Mahasiswi Program Studi Ilmu Komputer, Universitas Muhammadiyah A.R. Fachruddin.
Cara Cepat Menguasai Titik, Koma, dan Titik Dua dalam Tulisan
Jumat, 9 Mei 2025 08:35 WIB
Panduan cepat memahami kapan dan bagaimana menggunakan (.), (,), (:) untuk tulisan sempurna.
Cara penyampaian bahasa terbagi dalam dua hal, yaitu ragam tulis dan lisan. Dalam komunikasi lisan, penggunaan intonasi mempengaruhi terhadap pemaknaan dari penggunaan kata yang digunakan, sedangkan dalam komunikasi tulis, hal yang diperhatikan adalah tata cara penulisan atau penggunaan ejaan. (Lamongan, n.d.) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ejaan adalah kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam tulisan (huruf huruf) serta penggunaan tanda baca ini. Penjelasan itu mengandung pengertian bahwa ejaan hanya terkait dengan tata tulis yang meliputi pemakaian huruf, penulisan kata, termasuk penulisan kata atau istilah serapan, dan pemakaian tanda baca. (Alexander Alexander & Muhammad Himawan Haykal Firza, 2023)
Kesalahan-kesalahan ejaan yang banyak dilakukan dalam menuliskan bahasa Indonesia yang baik dan benar, memang merupakan kesalahan umum yang banyak terjadi, dan banyak atau pernah dilakukan oleh siapa saja diantara kita. Namun, kalau kita mengakui bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa nasional dan bahasa negara, kita harus berusaha menggunakannya sebaik mungkin. Bagaimana orang lain bisa menghargai bahasa kita kalau kita sendiri tidak terlalu peduli kepada bahasa kita itu, termasuk dalam hal penggunaan ejaan. (Khair, 2018)
Artikel ini akan membahas lebih jauh tentang pentingnya memahami dan menerapkan ejaan yang benar, khususnya dalam penggunaan Tanda Baca Titik (.), Koma (,), dan Titik Dua (:), agar pembaca semakin sadar bahwa ketelitian dalam menulis bukan hanya soal estetika, tetapi juga soal komunikasi yang efektif. Namun, sebelum masuk kedalam pembahasan tersebut. Mari kita ketahui terlebih dahulu Sejarah perkembangan ejaan bahasa Indonesia.
A. Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia
Ejaan merupakan cara menuliskan kata atau kalimat dengan memperhatikan penggunaan tanda baca dan huruf. Ejaan yang digunakan dalam berbahasa Indonesia telah berubah dan berkembang. (Mijianti, 2018) Berikut adalah lima perubahan utama nya:
-
Edjaan van Ophuijsen (1901–1947)
Edjaan van Ophuijsen adalah ejaan Latin pertama bagi Bahasa Indonesia, dirancang oleh sarjana Melayu‑Belanda seperti van Ophuijsen dan Holle pada 1901 untuk mentransliterasikan bahasa Melayu ke aksara Latin. (Sudaryanto et al., 2019)
-
Edjaan Soewandi (Ejaan Republik, 1947–1972)
Ejaan ini melambangkan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda dan mengikuti prinsip fonologis yang menghubungkan bunyi dan simbol.
-
Ejaan yang Disempurnakan (EYD, 1972–2015)
Ejaan ini merupakan kompromi antara prinsip fonemik, morfologi, dan etimologis alfabet Indonesia serta mengikuti evolusi dan perkembangan bahasa Indonesia. (Anggraeny et al., 2024)
-
Ejaan Bahasa Indonesia (Permendikbud 50/2015)
Pada 2015, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa menerbitkan Permendikbud No. 50/2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), menggantikan istilah EYD dengan “Ejaan Bahasa Indonesia”. (Palamutoǧlu & Sariçoban, 2016)
-
EYD Edisi V (2022–sekarang)
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Kemdikbudristek) mengeluarkan EYD Edisi V untuk menggantikan PUEBI sebelumnya, mengakomodasi perubahan kebahasaan dan perkembangan teknologi digital yang kian pesat. (Indo, 2022)
Setelah menelusuri perjalanan Ejaan Bahasa Indonesia dari masa ke masa, kini kita akan mengupas bagaimana Tanda Baca Titik (.), Koma (,), dan Titik Dua (:) seharusnya digunakan secara tepat.
B. Penggunaan Tanda Baca Titik ( . )
1) Tanda titik digunakan di akhir kalimat dan berfungsi untuk mengakhiri kalimat yang bukan pertanyaan dan seruan. Misalnya:
Ayahku bekerja di Bandung. (di akhir kalimat harus diberi tanda titik).
2) Tanda titik digunakan di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar. Misalnya:
BAB 1. PENDAHULUAN
2.1 Latar Belakang
2.2 Rumusan Masalah
3) Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan dan kelipatannya. Misalnya:
Penduduk kota itu lebih dari 2.000.000 orang.
4) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah. Misalnya:
Nomor rumahnya 48.
5) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya. Misalnya:
Bumi Manusia
C. Penggunaan Tanda Baca Koma ( , )
1) Tanda koma dipakai antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan. Misalnya:
Ibu membeli buah anggur, apel, jeruk, dan semangka.
2) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan. Misalnya:
Dia bukan adik kandungku, melainkan adik sepupuku.
3) Tanda koma dipakai dibelakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk didalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi. Misalnya:
Mahasiswa itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia mendapatkan nilai yang bagus.
4) Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimat. Misalnya:
Karena kelelahan, ibu itu beristirahat dibawah pohon.
5) Tanda koma digunakan untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, dan kata yang dipakai sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Nak. Misalnya:
Siapa namamu, Dik?
6) Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. Misalnya:
“Jangan lupa cuci tangan”, kata ibu.
7) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung yang berupa kalimat tanya, kalimat peritah, atau kalimat seru dari bagian lain yang mengikutinya. Misalnya:
“Kapan kamu selesai?” tanya Pak Guru.
8) Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya membatasi. Misalnya:
Guru saya, Pak Eriyanto, pandai sekali.
9) Tanda koma dapat dipakai untuk menghindari salah baca dibelakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat. Misalnya:
Atas bantuan aji, ayu mengucapkan terima kasih.
10) Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Misalnya:
Madiun, 15 Mei 2015
D. Penggunaan Tanda Baca Titik Dua ( : )
1) Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suat pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian. Misalnya:
Kita sering memerlukan bumbu untuk memasak: garam, lada, dan gula.
2) Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan. Misalnya:
Kita memerlukan garam, lada, dan gula.
3) Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian. Misalnya:
Ketua : Azzahra Nabila
Sekretaris : Nadila Sari
4) Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku percakapan. Misalnya:
Ayah : “Bu, Tolong buatkan kopi!”
Ibu : “Baik, Yah”.
5) Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) surah dan ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan penerbit dalam daftar pustaka. Misalnya:
Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Pusat Bahasa. (Ningrum, 2020)
Kesimpulan
Penggunaan ejaan yang tepat, terutama pada Tanda Baca Titik (.), Koma (,), dan Titik Dua (:) merupakan fondasi utama dalam komunikasi tulisan yang efektif. Seperti telah dibahas, ejaan bukan sekadar aturan formal, melainkan cerminan kepedulian kita terhadap bahasa nasional. Oleh karena itu, setiap penulis hendaknya menerapkan kaidah ejaan secara konsisten dan teliti. Kesalahan-kesalahan umum, meski sering terjadi, dapat diminimalkan dengan membiasakan diri merujuk pada pedoman resmi dan memperhatikan konteks pemakaian tanda baca.
Dengan mengakhiri kalimat penuh menggunakan titik, memisahkan unsur atau anak kalimat dengan koma, serta memperkenalkan rincian atau kutipan dengan titik dua sesuai fungsinya, tulisan kita tidak hanya menjadi lebih estetis, tetapi juga jelas makna dan alurnya. Oleh karena itu, marilah kita berkomitmen untuk terus memperbaiki ketelitian ejaan dalam setiap karya tulis, karena ketelitian inilah yang menjembatani ide dan pemahaman, serta menjunjung tinggi martabat bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa ilmu pengetahuan.
Daftar Pustaka
Alexander Alexander, & Muhammad Himawan Haykal Firza. (2023). Analisis Kesalahan Ejaan dan Tanda Baca Pada Salah Satu Surat Kabar. Jurnal Ilmiah Dan Karya Mahasiswa, 1(1), 24–28. https://doi.org/10.54066/jikma-itb.v1i1.38
Anggraeny, A. N., Pattipeilohy, K. C., & Pattipeilohy, M. (2024). Analisis Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia pada Masyarakat Sumbawa. MANTRA: Jurnal Sastra Indonesia (Sastra, Bahasa, Budaya), 2(1), 11–20. https://doi.org/10.36761/mantra.v2i1.3963
Indo, B. (2022). Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Balai Pustaka, 1(2), 1. http://luk.staff.ugm.ac.id/ta/Suwardjono/EYD.pdf
Khair, U. (2018). Analisis Kesalahan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) Dalam Proposal Skripsi Mahasiswa. ESTETIK : Jurnal Bahasa Indonesia, 1(1), 31. https://doi.org/10.29240/estetik.v1i1.508
Lamongan, K. (n.d.). PENGGUNAAN EJAAN BAHASA INDONESIA DALAM SURAT KELUAR DI KECAMATAN GLAGAH KABUPATEN LAMONGAN S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia , Fakultas Bahasa dan Seni , Universitas Negeri Surabaya. 1–5.
Mijianti, Y. (2018). Penyempurnaan Ejaan Bahasa Indonesia. International Conference on Computing Sciences and Engineering, ICCSE 2018 - Proceedings, 16(3), 1–6. https://www.weforum.org/whitepapers/cyber-resilience-in-the-oil-and-gas-industry-playbook-for-boards-and-corporate-officers%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.jnca.2018.04.004%0Ahttp://aisel.aisnet.org/pacis2007/73
Ningrum, P. A. (2020). Kesalahan Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca dalam Karangan Bebas Siswa Kelas IV SDN 01 Jember. Digital Repository Universitas Jember, September 2019, 2019–2022.
Palamutoǧlu, R., & Sariçoban, C. (2016). PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA. In Korean Journal for Food Science of Animal Resources (Vol. 36, Issue 6). https://doi.org/10.5851/kosfa.2016.36.6.807
Sudaryanto, Rahayu, A., & Wakhidah, S. (2019). Ejaan Van Ophuijsen (1907-1947) dalam Iklan Tempo Doeloe dan kebermaknaannya dalam Pengembangan Bahasa Indonesia. Jurnal Lentera, 2, 154–166.

Menulis bukan hanya tentang berbagi, tapi juga tentang belajar. Mengulas berbagai hal dari perspektif yang lebih luas dan mendalam.
0 Pengikut

Cara Cepat Menguasai Titik, Koma, dan Titik Dua dalam Tulisan
Jumat, 9 Mei 2025 08:35 WIB
Bahasa Indonesia dalam Dinamika Sosial: Fungsi, Kedudukan dan Peran Strategisnya
Sabtu, 3 Mei 2025 12:05 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler