Risalah Pelangi Sore

Kamis, 29 Mei 2025 10:01 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Risalah Pelangi Sore
Iklan

Mungkin pula hujan es sebab iklimnya mendadak memilih perubahan tanpa kompromi.

Barangkali ada hal tak pernah terpikir oleh sebuah negara, semisal begini.; Apa kan terjadi apa bila sebuah negara ditinggalkan rakyatnya, eksodus massal ke benua-benua atau kepulau-pulau impian, sebagaimana cita-cita rakyatnya masing-masing. Seru juga barangkali. So pasti sebuah negara akan karam diterkam zaman.

Pertanyaannya kemudian, so why gituloh eksodus itu bisa terjadi, banyak faktor; bisa saja sebab sebuah negeri di azab, menjadi tandus atau menjadi negeri hujan terus menerus. Nah baiklah kalau begitu; maka ketentuan pilihan ada pada penghuni negara bersangkutan. Gitu deh kira-kira. Mau memilih tetap tinggal atau pindah kelain hati.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Barangkali akan banyak menuai komentar apabila, seumpama nih ya, mau meneliti sebab-sebabnya; multikompleks, multipilihan, multidisiplin, kembali ke nurani personal. Bisa kelompok atau perorangan. Namun ketika  hal itu kelak kemudian hari menjadi sejarah, ternyata, konon, pada masa telahnya, baru diketahui, para eksodus itu semuanya mati dengan rasa menyesal, kecewa pada situasi kebaruan dari cita-citanya.

Sebuah kisah atau sebuah cerita mungkin saja bisa terjadi oleh sebab akibat tak terduga kalau kembali mau menilik sifat dasar alami, mendadak hujan mendadak kemarau. Mungkin juga sewenang-wenang entah dari mana datangnya hujan batu. Mungkin pula hujan es sebab iklimnya mendadak memilih perubahan tanpa kompromi. Ada enggak ya iklim mau berubah kompromi dulu.  Ups!

Oke. Gini deh. Kalau melihat mendung pasti berpraduga akan hujan, belum tentu, ternyata hanya gerimis rintik di bawah matahari sejenak alias hujan panas. Setelahnya kemarau sepanjang hari, demikian pula sebaliknya. Cuaca bisa terduga lewat mesin ramalan cuaca untuk sementara waktu. Lantas apa sebenarnya tujuan kan terjadi di balik cuaca itu, tak satupun tahu. Buktikan saja sendiri, kan konon punya mesin deteksi canggih perubahan musim. Gong!

Kalau ternyata hujan, basah kuyuplah bagi siapapun tak memiliki jas hujan atau tak membawa payung, bagi kaum sebaliknya sedia payung sebelum hujan selamatlah dari basah meski di bawah hujan, lantas bagi sebagian lain biarlah kehujanan demi sampai ketujuan. Kembali pada pola personal pilihan, untung rugi tanggung sendiri.

Apapun kan terjadi ataupun telah terjadi di lampau di sejarah prapurba telah lama lewat sekalipun. Penyesalan di balik keberuntungan barangkali terjadi lantas apa mau dikata ketika perjalanan harus mencapai tujuan. Apapun pilihannya tentu menguntungkan bagi pihak lain, merugi ataupun penuh penyesalan bagi pihak sebaliknya. Itu pun masih menilik kembali pada hukum alami.

Itu sebabnya ada sebutan pilihan kembali pada hati nurani, namun dilarang munafik atau oportunis. Ken bae lah sing penting untung diri sendiri, ada lagi sono sini sama aja menunya, ada lagi ya sudah mau apa lagi terlanjur sampai di tujuan, ada lagi menyesal dalam kegelisahan sepanjang hidupnya mengubur cita-cita bersama jasadnya.

Hati nurani milik personal, tak bisa dibeli atau diperjual belikan, namun semua hal terkait, sebuah keputusan apappun itu sungguh domain pribadi, meski ada juga hal demikian mugkin terjadi dengan alasan keterpaksaan tak ada jalan lain ke Roma, atau lebih baik ke kiri dari pada ke kanan. Ada pula di sana senang di sini pun senang. 

***

Jakarta, Indonesia, Indonesiana, Mei 28, 2025.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Taufan S. Chandranegara

Penulis Indonesiana

1 Pengikut

img-content

Bronk

Minggu, 6 Juli 2025 17:50 WIB
img-content

Militerisme? Biarin Aja

Sabtu, 5 Juli 2025 14:29 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler