Peramu kata, penikmat prosa

Diaspora Indonesia Satukan Gagasan untuk Wujudkan Indonesia Emas 2045

Kamis, 26 Juni 2025 11:36 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
ISIC PPI
Iklan

Pada 5-6 Juli 2025,ratusan Diaspora Indonesia akan berdiskusi di Indonesia Scholars International Convention (ISIC) di Imperial College London

London — Diaspora Indonesia, bagian dari bangsa Indonesia yang tersebar di mancanegara ikut menyoroti wacana Indonesia emas 2045. Di tengah tantangan geopolitik yang sedang berkobar di belahan dunia, mampukah wacana tersebut terwujud? Bagaimana sikap generasi muda Indonesia sebagai penerus estafet kepemimpinan Indonesia di masa depan?

Menyikapi hal itu, Perhimpunan Pelajar Indonesia di Britania Raya (PPI UK) kembali menggelar ajang prestisius Indonesian Scholars International Convention (ISIC). Bedanya dengan penyelenggaraan ISIC sebelumnya, kali ini topik diskusi yang dibahas lebih spesifik membahas tentang “Bridging the Islands – Empowering the Golden Generation 2045.”

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“ISIC 2025 bukan sekadar konvensi. Ini adalah ruang temu gagasan, tempat kita bersama-sama menyusun ulang masa depan Indonesia dari para Diaspora Indonesia yang bermukim di mancanegara. Sebagai bagian dari bangsa Indonesia, kami berharap pertemuan para diaspora indonesia kali ini, dapat memberikan sumbangsing yang nyata untuk menjaga kedaulatan bangsa, memperkaya ide dan membekali generasi masa depan Indonesia emas 2045,” kata Ketua ISIC 2025, Brevadhya Bulandra Anwari.

Sejumlah akademisi dan profesional diaspora yang telah berkiprah secara global akan tampil sebagai pembicara utama. Di antaranya Bagus Mulyadi dan Benny Tjahjono, yang akan membedah berbagai isu strategis Indonesia dalam menyikapi tantangan global dan geopolitik yang kian dinamis. 

Selama 5-6 Juli 2025, ratusan Diaspora Indonesia akan berjumpa langsung di Imperial College London. Mereka akan memetakan gagasan dan ide dalam delapan topik yang saling berkaitan untuk menjembatani Indonesia Emas 2045. Mulai dari tema ekonomi, keuangan, dan bisnis. Tema seputar sains, teknologi, teknik, dan matematika. Tema infrastruktur dan tata ruang, pendidikan, kesehatan dan ilmu pengetahuan alam. Energi, lingkungan, dan keberlanjutan. Hukum, politik, dan kebijakan publik. Serta tema seputar humaniora, seni, media, dan ilmu komunikasi.

Menurut Brevadhya, ISIC juga menjadi panggung bagi para pemenang kompetisi esai untuk mempresentasikan ide-ide mereka di hadapan panelis dan peserta lainnya. Presentasi ini diharapkan dapat memperkaya diskusi, memberi kontribusi berarti bagi Indonesia, serta menginspirasi lahirnya solusi konkret atas tantangan pembangunan nasional.

“Tak hanya forum ilmiah, ISIC turut menghadirkan pameran seni lintas medium—mulai dari lukisan, fotografi, ilustrasi, instalasi, AR/VR, hingga desain UI/UX. Pameran ini menjadi ruang kolaborasi lintas disiplin yang inklusif, sekaligus menjembatani interaksi antara seniman dan pelaku industri kreatif melalui pasar seni dan buku yang melibatkan berbagai tenant kreatif,” tutur Brevadhya.

Dengan dukungan dari komunitas diaspora Indonesia di Inggris serta kehadiran ratusan peserta dan akademisi, ISIC 2025 menjadi momentum strategis untuk membangun jejaring, memperkuat kolaborasi, dan menyatukan gagasan diaspora Indonesia untuk berkontribusi nyata membekali generasi masa depan menuju Indonesia Emas 2045.



Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler