Etika dan Emosi Menjaga Kesantunan dalam Situasi Konfklik

Kamis, 3 Juli 2025 10:40 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Tujuh Cara Mengurangi Konflik Uang dalam Perceraian
Iklan

Konflik merupakan fenomena sosial yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam situasi konflik, kemampuan individu

***

Konflik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dinamika hubungan antarindividu dalam masyarakat. Setiap individu memiliki latar belakang, nilai, kepentingan, dan sudut pandang yang berbeda-beda, yang sering kali menjadi sumber terjadinya konflik. Dalam dunia akademik, organisasi, maupun kehidupan sosial sehari-hari, konflik dapat membawa dampak positif apabila dikelola secara bijaksana, namun juga dapat berujung negatif jika ditangani dengan cara yang salah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Salah satu tantangan utama dalam menghadapi konflik adalah menjaga kesantunan. Dalam situasi yang penuh tekanan dan emosi, tidak jarang seseorang kehilangan kendali sehingga menggunakan kata-kata atau tindakan yang tidak etis. Padahal, kesantunan merupakan elemen penting dalam menjaga kualitas komunikasi dan relasi interpersonal. Di sinilah peran etika dan pengendalian emosi menjadi sangat relevan. Etika berfungsi sebagai kompas moral dalam menentukan tindakan yang benar dan layak, sementara kemampuan mengelola emosi memungkinkan seseorang untuk tetap tenang, berpikir jernih, dan merespons konflik secara proporsional.

Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengkaji secara konseptual peran etika dan emosi dalam menjaga kesantunan ketika menghadapi konflik. Dengan menggabungkan kajian teoretis dan refleksi praktis, diharapkan artikel ini dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam pembentukan karakter yang santun dan beretika, khususnya di kalangan mahasiswa sebagai agen perubahan sosial.

  1. METODE PENULISAN

Artikel ini disusun menggunakan metode deskriptif-kualitatif dengan pendekatan studi pustaka (literatur). Metode ini digunakan untuk menggali dan menganalisis berbagai konsep, teori, dan pandangan yang relevan mengenai etika, emosi, dan kesantunan dalam situasi konflik interpersonal.

Data yang digunakan dalam artikel ini bersumber dari berbagai literatur sekunder, seperti buku, jurnal ilmiah, artikel akademik, dan sumber teoretis lainnya yang membahas tentang etika komunikasi, kecerdasan emosional, dan strategi penyelesaian konflik. Analisis dilakukan secara deskriptif dengan tujuan memberikan pemahaman konseptual dan praktis mengenai pentingnya menjaga kesantunan melalui pengelolaan etika dan emosi.

  1. HASIL DAN PEMBAHASAN

Konflik merupakan bagian dari dinamika kehidupan sosial yang tidak dapat dihindari. Namun, yang membedakan dampak dari konflik bukanlah keberadaannya, melainkan bagaimana individu menyikapinya. Dalam hal ini, etika dan pengelolaan emosi menjadi dua unsur utama yang memengaruhi kesantunan seseorang dalam berinteraksi di tengah konflik.

2.1 Etika sebagai Kompas Moral dalam Konflik

Etika berfungsi sebagai kompas moral yang membimbing individu untuk bersikap adil, menghargai orang lain, dan menjunjung nilai-nilai kemanusiaan dalam setiap tindakan. Dalam konteks konflik, prinsip-prinsip etika sangat penting untuk menjaga agar komunikasi tidak berubah menjadi alat dominasi atau penghinaan. Menurut Bertens (2011), etika merupakan bentuk refleksi kritis terhadap tindakan manusia, yang berarti individu yang beretika akan cenderung mengontrol dirinya agar tidak melakukan tindakan yang merusak hubungan interpersonal. Dengan berlandaskan etika, seseorang akan lebih berhati-hati dalam menyampaikan ketidaksetujuannya, menghindari kata-kata yang merendahkan, serta tetap menghargai martabat lawan bicara. Hal ini sangat krusial dalam situasi konflik, di mana ketegangan emosi bisa membuat individu kehilangan kendali atas sikap dan ucapannya.

3.2 Emosi: Faktor Penentu dalam Respons terhadap Konflik

Emosi adalah reaksi alami manusia terhadap situasi tertentu, termasuk konflik. Rasa marah, kesal, kecewa, atau terluka sering kali muncul saat pendapat atau nilai-nilai pribadi tidak diterima oleh orang lain. Dalam kondisi tersebut, individu perlu memiliki kemampuan untuk mengenali dan mengelola emosinya agar tidak bertindak secara impulsif. Di sinilah konsep kecerdasan emosional menjadi sangat relevan.

Menurut Goleman (1995), kecerdasan emosional mencakup kemampuan mengenali emosi diri, mengendalikan dorongan emosi, serta memahami emosi orang lain. Individu yang memiliki kecerdasan emosional tinggi akan lebih tenang dalam menyikapi konflik, mampu menjaga nada suara, dan menyampaikan pandangannya dengan cara yang tidak menyakiti orang lain. Ini menunjukkan bahwa emosi tidak harus ditekan, tetapi perlu dikelola secara sehat.

3.3 Kesantunan sebagai Bentuk Integritas Sosial

Kesantunan bukan hanya merupakan bentuk sopan santun dalam berkomunikasi, tetapi juga mencerminkan integritas dan kedewasaan seseorang. Dalam situasi konflik, kesantunan berfungsi sebagai penyeimbang antara keinginan untuk menyampaikan pendapat dan kewajiban untuk tetap menghormati orang lain. Teori kesantunan oleh Brown dan Levinson (1987) menjelaskan bahwa setiap individu berusaha menjaga “muka” atau citra sosial dirinya dan orang lain. Oleh karena itu, menjaga kesantunan dalam komunikasi berarti menjaga hubungan sosial tetap harmonis meskipun terdapat perbedaan. Strategi menjaga kesantunan dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti :

  1. Menggunakan bahasa yang sopan dan tidak menyudutkan
  2. Menghindari serangan personal
  3. Fokus pada subtansi permasalahan, bukan pada karakter lawan bicara
  4. Menyampaikan perasaan dengan “I - message”, seperti “Saya merasa kurang nyaman...” daripada “Kamu selalu membuat saya marah.”

Dengan menggabungkan etika dan kecerdasan emosional, seseorang dapat tetap bersikap santun di tengah konflik, tanpa harus mengorbankan prinsip atau harga diri. Hal ini menunjukkan bahwa penyelesaian konflik yang damai dan konstruktif sangat mungkin dicapai ketika individu mampu mengintegrasikan nilai moral dan pengendalian emosi secara seimbang.

  1. KESIMPULAN

Konflik merupakan bagian yang tidak terhindarkan dalam kehidupan sosial, namun cara seseorang menyikapinya sangat menentukan dampaknya terhadap hubungan interpersonal. Etika dan emosi memiliki peranan yang sangat penting dalam menjaga kesantunan di tengah konflik. Etika memberikan landasan moral untuk bertindak secara adil, sopan, dan bertanggung jawab, sementara kemampuan mengelola emosi memungkinkan individu untuk tetap tenang, berpikir jernih, dan menghindari respons yang merugikan diri maupun orang lain.

Kesantunan dalam konflik tidak hanya mencerminkan tata krama, tetapi juga menunjukkan kedewasaan, empati, dan integritas pribadi. Dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip etis dan kecerdasan emosional, individu dapat menghadapi konflik secara konstruktif tanpa harus merusak hubungan sosial. Oleh karena itu, penting bagi setiap orang, terutama dalam lingkungan akademik dan profesional, untuk terus mengembangkan kesadaran etis dan kemampuan pengelolaan emosi sebagai bagian dari kecakapan hidup yang esensial.

 

 

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Muhammad Firdaus

Mahasiswa Universitas Pamulang

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler