Pensiunan PT Chevron Pacific Indonesia. Menjadi Pemerhati aspal Buton sejak 2005.

Bertanya Kepada Diri: Setelah Itu Apa?

Sabtu, 16 Agustus 2025 17:08 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Doa Pendosa
Iklan

Jadi sebelum terlambat, tanyakan lagi kepada diri sendiri, "Setelah itu apa?" Jangan sampai kita mati dalam keadaan belum siap dan menyesal.

***

Setiap kali manusia berbuat dosa, sekecil apa pun itu, seharusnya satu pertanyaan menghantui benaknya: Setelah itu apa? Tetapi sayangnya, kita hidup di zaman di mana dosa dianggap sebagai bagian dari gaya hidup. Tidak ada rasa takut, tidak ada rasa bersalah. Seolah-olah tidak akan ada hari perhitungan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Manusia modern pandai membuat justifikasi. Dosa dipoles dengan alasan: demi anak istri, demi jabatan, demi keamanan, demi kenyamanan. Bahkan tidak sedikit yang tega mencuri hak rakyat lalu berdoa dengan penuh kekhusyukan di depan kamera. Dunia ini telah menjadi panggung sandiwara, dan dosa menjadi naskah yang dibacakan dengan bangga.

Jika kita bertanya pada diri sendiri: setelah mencuri, lalu apa? Setelah korupsi, lalu apa? Setelah menzalimi orang lain, lalu apa? Jawabannya selalu: “Yang penting saya untung. Urusan akhirat nanti saja.” Tetapi apakah kita lupa bahwa nanti itu pasti akan datang, dan bisa datang kapan saja?

Yang mencuri tidak takut dipenjara. Yang berzina tidak takut aib. Yang menipu tidak takut karma. Mengapa? Karena nurani sudah dibius oleh dunia. Kebenaran dikalahkan oleh gengsi. Neraka pun hanya dianggap dongeng pengantar tidur, bukan ancaman nyata dari Allah.

Kita lupa, kehidupan ini bukan tentang sekarang saja. Hidup bukan dimulai ketika kita lahir, dan bukan berakhir ketika kita mati. Ada kehidupan setelah kematian. Ada pertanggungjawaban. Ada hisab. Ada malaikat yang menunggu untuk bertanya: Apa yang kau lakukan dengan hidupmu?

Ironisnya, manusia justru sibuk menabung untuk hari tua, tetapi tidak menabung untuk kehidupan setelah mati. Kita sibuk menyiapkan warisan untuk anak, tetapi tidak menyiapkan jawaban untuk malaikat Munkar dan Nakir. Kita mempersiapkan pensiun dunia, tetapi lupa mempersiapkan nasib di akhirat.

Jangan bilang kita tidak tahu. Semua agama, semua kitab suci, semua nabi, semua rasul sudah memperingatkan. Tetapi manusia memang keras kepala. Ia hanya percaya pada yang bisa dilihat. Surga dan neraka dianggap mitos karena tidak bisa difoto dan diunggah ke media sosial.

Cobalah renungkan: ketika tubuh kita dikafani, lalu dimasukkan ke dalam liang lahat, dan semua orang pergi meninggalkan kita sendirian dalam gelap. Setelah itu apa? Saat kita tidak bisa membeli cahaya dengan uang, tidak bisa menyuap malaikat dengan koneksi, tidak bisa lari karena semua sudah ditutup rapat oleh tanah.

“Setelah mati, lalu apa?” adalah pertanyaan yang hanya bisa dijawab oleh amal. Bukan gelar. Bukan harta. Bukan popularitas. Bahkan bukan postingan amal di Instagram. Semua akan lenyap, kecuali satu: siapa kita sebenarnya di hadapan Allah, bukan di hadapan manusia.

Apakah kita tidak takut, ketika suatu hari malaikat mencatat dosa kita dan berkata: “Ini yang kau lakukan saat kamu pikir Allah sedang tidak melihatmu.” Apakah kita yakin bisa menjawab pertanyaan itu tanpa gemetar?

Cucu kita yang polos bertanya dengan polos: “Setelah itu apa?” Tetapi kita yang tua sering menghindari pertanyaan itu dengan alasan: "Sudah tua, sudah cukup ibadah, tinggal menunggu mati.” Padahal tidak ada jaminan mati dalam keadaan husnul khatimah.

Berapa banyak orang yang hidupnya terlihat alim, tetapi matinya dalam maksiat? Berapa banyak yang tampak jahat, tetapi matinya dalam tobat? Mati bukan tentang tua atau muda. Mati adalah misteri yang tidak bisa ditunda dan tidak bisa dinegosiasi.

Jadi, apakah kita masih mau bermain-main dengan dosa? Apakah kita masih merasa aman karena belum dipanggil hari ini? Ingat, setiap hari yang kita lewatkan tanpa tobat adalah perjudian besar dengan takdir.

Kita bukan malaikat. Kita pasti pernah berdosa. Tetapi pertanyaannya: Apakah kita masih peduli? Masihkah kita takut? Atau hati kita sudah sedingin batu, beku, mati rasa terhadap peringatan Allah?

Dosa adalah alarm. Ia seharusnya membangunkan kita. Tetapi jika kita terus menekan tombol "snooze", jangan salahkan siapa-siapa ketika kita dibangunkan oleh malaikat Izrail, bukan oleh waktu subuh.

Setiap dosa yang kita biarkan tanpa tobat adalah tiket menuju kebinasaan. Dan setiap tobat yang kita tunda adalah langkah menuju kehancuran batin. Setelah itu apa? Neraka? Atau ridha Allah? Semua tergantung keputusan kita hari ini.

Hidup ini hanya transit. Dunia adalah Bandara, bukan tujuan akhir. Tujuan sejatinya adalah akhirat. Tetapi mengapa kita sibuk mempercantik ruang tunggu, dan melupakan tiket perjalanan ke surga?

Waktu terus berjalan. Detik ini bisa jadi detik terakhir kita. Jadi sebelum terlambat, tanyakan lagi kepada diri sendiri, "Setelah itu apa?" Jangan sampai kita mati dalam keadaan belum siap… dan menyesal selamanya.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Indrato Sumantoro

Pemerhati Aspal Buton

6 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler