Sehat dengan Bersilaturahim

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Berbagai studi menunjukkan bahwa silaturahim bermanfaat bagi kesehatan fisik dan jiwa.

Jejaring sosial (social networking) sesungguhnya istilah baru bagi silaturahim. Di era pra-internet, silaturahmi dilakukan melalui surat-menyurat, telegram, maupun percakapan telepon. Orang menanti kedatangan surat hingga berhari-hari tergantung kepada jarak antara pengirim dan alamat surat. Telegram dimanfaatkan untuk menyampaikan kabar darurat. Isinya singkat, mirip SMS—yang kelak diikuti dengan teknologi pager.

Telepon merupakan medium komunikasi paling cepat untuk bersilaturahmi, tapi ketika era telepon seluler belum tersedia seperti sekarang, keluarga yang memiliki pesawat telepon di rumah tidak banyak. Telepon umum hanya bisa dipakai untuk percakapan lokal. Hingga kemudian bermunculan penyedia jasa wartel. Ketika ngobrol melalui telepon seluler jadi begitu murah, silaturahim pun bisa dilakukan dengan lebih mudah.

Di hari Ied Fitri, silaturahim menjadi sejenis aktivitas sosial yang tidak ditinggalkan. Teknologi memang membantu kemudahan, tapi menemui orang yang kita kenal, mendatangi orang yang lebih tua, maupun menghubungkan kembali tali persahabatan dan persaudaraan yang lama terputus menjadi kelaziman yang secara sosial patut dilakukan.

Mengapa silaturahim selalu ditekankan, sebagaimana memperoleh penekanan di era media sosial bahwa membangun networking itu sangat penting? Studi-studi mengenai dampak positif silaturahim atau interaksi sosial menguatkan hal itu, bukan saja secara sosial teman menjadi lebih banyak, tapi juga secara jasmani dan batiniah jadi lebih sehat.

Semangkuk sup panas yang dibawakan oleh teman akan menimbulkan kehangatan yang melebihi supnya itu sendiri. Percakapan, berbagi cerita, dan bertatap muka dengan kerabat melipatgandakan kegembiraan dan meringankan kegetiran. Sebab itulah ada pepatah yang mengatakan: “sahabat itu bisa menjadi penyelamat hidup.”

Tetap bersehabat, menjalin hubungan dengan kerabat, dan berinteraksi sosial dianggap sangat penting dalam ikut “menyehatkan” kehidupan kita. Beberapa studi melaporkan, orang-orang yang menjalin interaksi sosial dan gemar bersilaturahim cenderung memiliki tekanan darah dan detak jantung yang normal. Harapan hidup mereka juga lebih tinggi dibandingkan dengan orang-orang yang jarang bergaul.

Orang-orang yang aktif berinteraksi sosial merasa punya banyak teman dan penyokong di kala kesulitan. Sebaliknya, orang yang sangat sedikit menjalin kontak sosial cenderung lebih mudah mengalami stres dan sakit karena merasa harus menanggungkan sendiri semua persoalan yang ia hadapi.

Kebutuhan untuk interaksi sosial atau bersilaturahim semakin penting bagi orang yang bertambah usianya. Peneliti Yale Medical Group menyebutkan, silaturahim diperlukan untuk menjaga kesehatan fisik dan mental maupun memelihara sistem ketahanan tubuh. Mereka yang aktif berinteraksi punya harapan hidup lebih tinggi ketimbang yang menyendiri. Silaturahmi, bagi orang berusia lanjut, membantu menurunkan tekanan darah, mengurangi risiko depresi maupun demensia dan Alzheimer, maupun osteoporosis.

Tak kalah penting ialah dengan bersilaturahim, otak kita tetap aktif. Cara baik untuk membuat otak kita ‘tetap terminyaki’ ialah bercakap-cakap dengan orang lain. Interaksi sosial sangat membantu kita dalam membangun dan memelihara ‘kemampuan kognitif’ kita, jauh lebih baik daripada mengisi TTS atau bermain games yang bersifat individual. Silaturahim atau interaksi sosial ikut menjaga otak kita tetap tajam hingga usia lanjut.

Studi yang diterbitkan dalam Nature Neuroscience (2011) menyebutkan bahwa ada korelasi positif antara ukuran amygdala dan luasnya serta kompleksitas jaringan sosial seseorang. Amygdala adalah bagian otak manusia yang memainkan peran utama dalam memproses memori dan reaksi-reaksi emosional. Dengan kata lain: semakin luas interaksi sosial, semakin besar ukuran amygdala, semakin tinggi kecerdasan emosionalnya, dan semakin baik kemampuan memorinya.

Bersilaturahim bukan hanya penting secara sosial, tapi juga sangat bermanfaat bagi kesehatan fisikal dan psikologis kita. Banyak cara untuk bersilaturahim: jalan pagi bersama, menyanyi, bercakap-cakap, bergabung dalam klub buku, menjadi relawan sosial, maupun ikut arisan. Jadi, stay connected! (sbr foto: lds.org) ***

Bagikan Artikel Ini
img-content
dian basuki

Penulis Indonesiana

1 Pengikut

img-content

Bila Jatuh, Melentinglah

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terpopuler di Peristiwa

img-content
img-content
img-content
img-content
Lihat semua