x

Dahlia (60) seorang lansia yang hidup digubuk diatas Selokan gang di kawasan Banta-bantaeng, Makassar, (22/5) malam. Lansia yang ditinggal mati suaminya ini terpaksa harus hidup diatas Selokan tepat di depan rumah saudara kandungnya, selama 6 tahun.

Iklan

Ni Luh Dwi Indrayani

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Sepucuk Kertas Lanjut Usia

Tentang keberadaan lansia dan tantangan masa depan

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Manusia kelak akan mencapai tahap akhir perkembangan hidup. Inilah fase dewasa akhir atau yang lebih dikenal dengan lansia, dimulai dari usia 65 tahun sebagaimana kategori World Health Organizaton. Lazimnya dialami para lansia di dunia, ini merupakan tahapan yang terbilang sulit, di mana mereka harus menghadapi kenyataan pelik seperti ketidakmampuan fisiologis, kehilangan perhatian lingkungan, serta aneka bentuk krisis psikologis lainnya.

Beberapa bulan lalu, saya pernah merawat lansia di salah satu keluarga di komunitas. Ia jarang mau menghabiskan makanannya, keluhan ini juga seringkali terjadi pada hampir sebagian besar lansia lainnya. Mengapa? Sejatinya di usia tersebut, para lansia akan mengalami perubahan fisiologis seperti menurunnya fungsi kelenjar saliva (air liur) yang berdampak pada sulitnya makanan dilumat dalam mulut. Fungsi sel pada saluran cerna pun demikian yang menyebabkan penurunan nafsu  makan. Kita juga sering menjumpai lansia yang mengeluhkan hambarnya rasa makanan. Namun bila ditelisik, hal ini lumrah adanya, sebab dimasa-masa itu pula mereka mulai kehilangan pengecap rasa asin di lidahnya.

Fenomena lainnya, lansia lebih sering bernapas dengan ritme yang pendek. Hal itu terjadi karena dinding paru-paru perlahan-lahan menjadi kaku dan mengakibatkan otot-otot pernapasan mereka melemah. Organ penting dalam tubuh yaitu jantung mengalami hipertrofi atau pembesaran. Dinding otot jantung menebal dan kaku, hal ini menyebabkan upaya pompa jantung berkurang. Berawal dari ini, acap kali kita melihat maupun mendengarkan mereka mengeluh “cepat lelah atau sesak napas, bahkan ketika bekerja sedikit”.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Lansia membutuhkan akses toileting yang mudah. Pernah suatu hari, saya mendapati lansia di salah satu panti sosial Indonesia buang air kecil di celana. Sungguh bukan kehendak mereka untuk buang air kecil sembarangan karena memang mereka sudah cukup berumur untuk mengerti tempat buang air. Pada usia ini, kekuatan katup pada kandung kemihnya melemah, rangsang saraf lambat terhadap suatu respon, sehingga kekuatan menahan pun menurun. Hal itu yang menyebabkan kerap kali mereka buang air kecil tidak pada tempatnya. Selain itu, kemampuan fisik seperti mengangkat benda berat menurun kualitasnya karena massa ototnya juga telah melemah.

Pada masanya, anak yang di didik oleh orangtua dari kecil juga akan berkelurga. Masa lansia menjadi masa yang kurang akan perhatian. Kehilangan perhatian keluarga terjadi, terutama karena lansia sudah melewati fase bersama anak-anaknya. Loneliness pada lansia sangat tampak disini. Begitu adanya ketika usai kunjungan, raut wajah mereka berubah karena lingkungan tak lagi ramai. Tidak hanya itu, lansia tentu pada akhirnya juga akan mengalami kehilangan aspek yang signifikan seperti pasangan hidup. Apabila upaya mengatasi masalah maladaptif, yang ditinggalkan dapat melakukan bunuh diri beberapa saat setelahnya.

Dukungan bagi Kaum Lansia

Sehari-harinya kadang tak luput dari pendengaran, anggapan “lansia sudah tua butuh banyak istirahat, jadi tidak perlu banyak kegiatan”. Pola pikir inilah yang justru menyebabkan lansia menghabiskan sebagian besar hidupnya dengan hanya berduduk dan mengurangi aktivitas fisiknya. Padahal dengan bersosialisasi dengan lingkungan dapat meningkatkan memorinya dan menurunkan risiko demensia. Aktivitas seperti berjalan kaki merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat untuk lansia. Mengapa? Karena aktivitas itu dapat menguatkan otot jantung, mengurangi kebutuhan insulin bermanfaat pada penderita diabetes, dan menurunkan risiko penyakit jantung.

Mari kita melihat sejenak pada hiruk pikuk dunia kerja sehari-hari. Wanita karir biasanya akan menitipkan anaknya pada orang terpercaya, jawabannya adalah orangtua. Terkadang ibu-ibu menilai, orang tua memerlukan hiburan salah satunya dengan bersama cucunya. Kegiatan ini terjadi secara rutin. Tanpa sadar mereka lupa lansia juga butuh diberikan waktunya sendiri untuk mengaktualisasikan dan menikmati masa tuanya. Menurut hierarki Maslow tentang kebutuhan dasar manusia, tahapan terakhir  manusia yaitu aktualisasi diri. Lansia membutuhkan waktunya sendiri untuk mengaktualisasikan diri bersama sebayanya. Sama seperti kita, mereka juga membutuhkan waktu untuk mengaktualisasikan dirinya. Hal ini dapat meningkatkan kesejahteraan lansia, umumnya.

Lansia harus diperhatikan

Apabila menilik dari indeks perkembangan manusia, populasi lansia ternyata akan terus meningkat. Menurut Kementerian Sosial RI, bahkan tahun 2020 jumlah lansia diprediksikan mencapai 28,8 juta jiwa (11,34%) dengan usia harapan hidup 71,1 tahun. Keadaan fisiologis lansia yang mengalami penurunan menyumbangkan angka kesakitan yang lebih tinggi. Institusi kesehatan masih berfokus sampai dengan dewasa awal, sementara lansia dipetakan dalam tempat perawatan seperti panti yang belum memiliki tenaga kesehatan memadai. Disamping itu, pemahaman terhadap fisiologis dan karakteristik psikososial lansia masih belum banyak yang mengetahui maupun menyadari. Inilah yang dikatakan tantangan. Bayangkan, apa yang akan terjadi apabila belum ada tindakan preventif dan kolaboratif dalam menanggulangi peledakan penduduk lansia?

Pada akhirnya, lansia membutuhkan wadah bersosialisasi, kebutuhan untuk pemenuhan dasarnya, dan jaminan terhadap kesehatannya. Beberapa negara telah menganggarkan kebijakan untuk membangun rumah perawatan khusus lansia. Harapannya kebutuhan lansia berupa biologis, psikologis, sosial, kultural, dan spiritualnya terpenuhi. Contoh yang dekat saja dengan Indonesia yaitu Thailand, ternyata pemerintah setempat telah menganggarkan dana untuk merawat lansia secara gratis di rumah perawatan lansia. Rumah perawatan ini memiliki tenaga kesehatan yaitu perawat lengkap dengan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Hal yang paling mudah dicontohkan yaitu kamar mandi. Memang seiring dengan bertambahnya usia dan menurunnya kemampuan, para lansia sebaiknya diberikan fasilitas yang layak. Dan ini telah tercermin di rumah perawatan tersebut, dimana kamar mandinya dalam kondisi yang baik dilengkapi dengan handrail, shower, alas anti selip yang menurunkan risiko jatuh pada lansia.

Memang fasilitas layak guna dibutuhkan, akan tetapi kreativitas dan sentuhan lingkungan juga penting untuk mereka. Hal itu dapat direalisasikan di kegiatan sehari-harinya. Daily routine yang dilakukan juga menyesuaikan dengan upaya peningkatan kognitif lansia seperti aktivitas sosialisasi untuk meningkatkan memori lansia. Kartu nama ataupun kalender untuk mengingat hari dan tanggal nampaknya sederhana, namun bisa menjadi alternatif membantu daya ingat mereka. Kondisi yang nyaman, lingkungan tenang, dan health provider yang tulus memberikan intervensi sangat kuat membantu lansia menikmati masa tuanya disana.

Baik sekali bukan apabila sarana tersebut diadaptasi di Indonesia? Tujuannya tentu untuk menanggulangi fenomena pada lansia. Sebagai tahap awal, kita harus bergaung untuk turut menjawab tantangan masa depan untuk lansia. Hanya perlu menilik dari upaya beberapa negara membuat rumah perawatan. Itu  dapat menjadi pelajaran untuk diadaptasikan pada ranah kesehatan di Indonesia, gunanya sebagai upaya penanggulangan peledakan penduduk lansia. Sembari mendapat dukungan dari pemerintah untuk mempertimbangkan perhatian khusus pada lansia. Kita dapat mengawali perhatian untuk mereka dengan membentuk komunitas ramah lansia. Bekerjasama dengan  tokoh yang dekat dengan mereka, contohnya saja menjajaki beberapa posbindu, kemudian berkolaborasi dengan tenaga kesehatan setempat untuk diterapkan upaya meningkatkan kualitas hidup lansia. Konkretnya bagaimana? Mencetuskan rumah persinggahan yang menyerupai rumah perawatan lansia. Karena mereka begitu bermakna, maka kita perlu berikan yang berharga di masa tuanya!

Ikuti tulisan menarik Ni Luh Dwi Indrayani lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu