x

Iklan

Thamrin Dahlan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Mencoba Memahami Niat ARB

Berdasarkan analisa Teori Abraham Maslow. niat ARB mencalonkan diri lagi menjadi Ketua Umum Partai Golkar adalah dalam rangka Aktualisasi Diri.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Munas Golkar Aman

Musyawarah Nasional IX Partai Golkar telah di buka minggu malam 30 November 2014 di Nusa Dua Bali.  Pembukaan Munas Partai Tertua di tandai oleh pemukulan gong oleh Ketua Umum Golkar Aburizal Bakri (ARB) di dampingi oleh Gubernur Bali Made Mangku Pastika dan beberapa orang Pimpinan Teras Golkar. Walaupun ada beberapa warning dari berbagai pihak terutama dari Menko Polhukam tentang rawan ricuh penyelenggaraan Munas di Bali, ternyata tidak mengurangi antusias  Dewan Pimpinan Daerah  dari seluruh tanah air untuk menghadiri perhelatan penting yang akan menentukan masa depan Partai Golkar.

Penyelengaraan Munas Partai terbesar kedua ini  mempunyai agenda pokok memilih Ketua Umum baru periode 2014-2019.  Sebelum penyelenggaraan Munas sempat terjadi 2 kali kekisruhan  di Jakarta yang berbuntut aksi kekerasan sehubungan adanya perbedaan pendapat tentang agenda pelaksanaan Munas. Perbedaan pendapat itu ditanggapi dingin oleh ARB karena dianggap sebagai dinamika Partai Golkar terkait dengan munculnya beberapa Kandidat Ketua Umum ditenggarai oleh aspirasi yang tidak ter-akomodasi.   ARB menyerahkan aksi kekerasan itu kepada aparat keamanan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kekecewaan beberapa kader dipicu oleh fakta bahwa telah terjadi penurunan perolehan suara Partai Golkar pada Pemilu 2014.  Beberapa kader menginginkan terjadi perubahan total di puncak kepengurusan karena ARB di anggap gagal mengangkat harkat martabat Golkar selama periode kepemimpinannya. Tentu saja kekecewaan ini bisa jadi meng atas-nama kan kader namun dibalik semua itu yang menjadi pertanyaan apakah sikap kritis tersebut murni dari aspirasi seluruh anggota Golkar.

Golkar Partai Besar

Sebenarnya apabila di lihat ditribusi perolehan suara di pemilu 2014, prestasi Golkar tidak jelek jelek banget.   Golkar berada di posisi ke dua bawah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan diatas perolehan suara Partai Gerindra.   Catatan ini perlu di nilai sebagai suatu persaingan ketat karena di alam demokrasi yang semakin transparan,  sangat sulit bagi  Parpol peserta pemilu mendapatkan suara secara dominan.  Lihat saja keterpurukan Partai Demokrat yang anjlok dalam perolehan suara akibat kasus korupsi oknum kader, sementara partai partai lainnya memperoleh suara dalam distribusi normal kecuali Partai Bulan  Bintang dan PKPI yang tergrederasi.

Munas Golkar akan berakhir tanggal 4 Desember 2014.  Ketua Umum terpilih mempunyai agenda besar meningkatkan kinerja mesin partai agar dalam pemilu 2019 Golkar kembali berjaya mengulangi sejarah sukses selama zaman orde baru. Sebagai partai tertua dan terbesar pada zamannya Golkar memiliki keunggulan tersendiri berupa kemampuan sistematis membentuk regenerasi kader.  Golkar adalah partai pemerintah pada dua puluh tahunan lalu, dimana proses regenerasi  kader yang tersebar di seluruh Indonesia berjalan secara alamiah. Sebagai partai pemerintah saat itu kader Golkar sejatinya adalah para pejabat pemerintahan dari tingkat desa sampai ketingkat pusat.

Memang ada penurunan elektabilitas secara signifikan setelah era reformasi, namun setelah itu secara perlahan dan pasti Golkar bangkit.  Keterikatan kader plus pejabat atau pegawai pemerintah ini lah yang masih dirasakan sehingga Golkar tetap berada dijajaran partai besar. Atribut kuning seolah sudah menjadi jati diri Golkar yang konsisten berada di jajaran pemerintahan dengan kualitas intelektual kader terpilih tidak bisa dibantah lagi.

Konsistensi  KMP

Saat ini Golkar berada di Koalisi Merah Putih (KMP).  Tidak bisa dipungkiri perubahan posisi dari eksekutif ke legislatif di masa lima tahun kedepan sebagai pihak penyeimbang di legislatif merupakan komitment untuk tetap berbhakti kepada bangsa. Bersama Prabowo dan Hatta Rajasa, ARB berada dijajaran pemuka KMP.  Secara psikologis ada hubungan bermakna antara Jabatan Ketua Umum Golkar dengan keberlangsungan KMP.   Oleh karena itu dukungan dari KMP untuk mempertahankan ARB sebagai Ketua Umum Golkar periode 2104-2019 adalah sikap wajar di tinjau dari sisi kebersamaan dan keterikatan hubungan emosional.

Disamping itu agak sulit mencari figur lain dalam kader Kartai Golkar yang mempunyai akses berlebih di segala bidang terutama ke jajaran  DPD Tk I dan DPD Tk II.  Bisa jadi dalam alam pikiran kader Golkar se nusantara yang mempunyai hak suara belum terbayang Tokoh Golkar lain (kecuali Yusuf Kalla) yang layak di posisikan sebagai Ketua Umum.  Akbar Tanjung sebagai tokoh sentral partai telah berupaya mendamaikan pihak bertikai, namun secara samar sebenarnya Mantan Ketua Umum Golkar ini mendukung ARB.

Sementara itu  mohon maaf Agung Laksono dan Priyo serta kandidat lain sepertinya kurang percaya diri walaupun ada dorongan dari berbagai pihak agar maju mencalonkan diri sebagai kandidat Ketua Umum.  Tentu saja kesimpulan ini diambil dari dinamika Partai Golkar akhir akhir ini, dimana apabila Kader Golkar  ingin serius menjadi ketua umum seharusnya mereka berjuang all out menyampaikan program kerja.   Ataukah kaderisasi kepemimpinan Golkar itu terhambat akibat adanya benturan kepentingan sepihak ataukah ada permainan dari pihak luar yang ingin memecah belah Golkar, seperti yang terjadi pada Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

ARB tentu saja bila di takdirkan kembali mendapat amanah menjabat sebagai Ketua Umum Golkar periode 2014-2019 harus merangkul kembali kader yang bersebelahan paham.  Keinginan konsulidasi tersebut terucap pada pidato ARB ketika menyampaikan sambutan pada pembukaan Munas Golkar di Bali.  ARB menyadari dia bukan manusia sempurna, namun apabila dilihat dari niat ingin memberikan darma bhakti terbaik untuk nusa bangsa melalui Golkar mengapa tidak  keinginan menjabat Ketum di analisa  berdasarkan Teori Abraham Maslow.

Aktualisasi Diri ARB

Abraham Maslow mengatakan bahwa dalam menjalani proses hidup dan kehidupan,  manusia tidak terlepas dari kebutuhan (need).  Teori Psikologi Maslow  membagi tingkat  kebutuhan manusia itu secara berjenjang dari kebutuhan yang paling mendasar sampai pada level kebutuhan tingkat teratas. Hirarkie kebutuhan manusia itu meliputi Kebutuhan Fisiologis atau dasar, Kebutuhan akan rasa aman, Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi, Kebutuhan untuk dihargai, Kebutuhan untuk aktualisasi diri.

ARB saat ini berada di hirarkie kebutuhan paling atas yaitu Kebutuhan Aktualisasi Diri.   Apa lagi yang belum dimiliki ARB dalam dunia nyata ini, semua cita cita telah tercapai. Kemungkinan memperkaya diri atau korupsi sangat kecil karena ARB telah melewati kebutuhan dasar manusia (basic need).  Justru ARB akan mendermakan hartanya untuk kemaslahatan publik melalui event event kemasyarakatan bhakti Golkar.  Ciri sejati seorang yang menuju level aktualisasi adalah mendirikan Fund karena semua orang menyadari bahwa keberadaan lembaga keuangan untuk kegiatan social dan bea siswa lebih panjang melebihi usia sang dermawan.

Insya Allah dengan kendaraan Golkar,   secara naluriah ARB bercita cita agar  nama nya tercatat dalam goresan tinta emas sejarah Indonesia.  ARB menuju ke aktualisasi diri berusaha menempatkan diri pada  posisi seorang Tokoh  disejajarkan dengan Tokoh Nasional.  Anak kelahiran Lampung ini pasti akan berupaya se optimal mungkin menjadikan diri pribadi  sebagai  kemuliaan  keluarga besar Bakrie dan kebanggaan daerah asalnya sebagai Tokoh Nasional.

Tidak bisa dipungkiri ada kekurangan dan kelemahan ARB selama memimpin Partai Golkar, disamping itu agar seimbang ada pula kesuksesan dan kekuatan ARB menjaga eksistensi Golkar.  Ada satu momnet mengagumkan yang terjadi pada diri ARB menjelang pemilihan Presiden tahun 2014.  Sebelumnya ARB bersikeras ingin mencalonkan diri sebagai Presiden RI 2014 - 2019.  Iklan ARB setiap hari memenuhi layar televisi.  Pola komunikasi ARB semakin baik dan dewasa, berusaha menampilkan diri sebagai Bapak Budaya mengajak dan menghimbau masyarakat untuk berbuat yang terbaik.  

Dalam perjalanan waktu dan fakta,  perolehan suara Partai Golkar tidak sesuai target.  Perolehan suara  tidak memenuhi syarat mencalonkan Presiden secara mandiri.  Dalam kondisi seperti itu sikap ARB berbalik 100 persen mendukung Prabowo Hatta .  Inilah sikap terpuji setelah mengukur diri, bahwa sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kekurangan  kelebihan.  ARB memutuskan lebih berkosentrasi membesarkan Partai Golkar sebagai ladang pahala menyumbangkan segala daya upaya untuk Indonesia.

Point dari tulisan ini adalah mencoba memahami secara objektif sikap ARB ditinjau dari Teori Abraham Maslow terkait dengan keinginannya mencalonkan diri kembali sebagai Ketua Umum Golkar.  Kebesaran hati dan kerendahan hati memberikan kesempatan kepada kader potensial untuk memimpin Golkar sebenarnya nampak pada diri ARB.  Namun apabila seluruh kader  dalam muyawarah mufakat menginginkan ARB kembali menjabat sebagai Ketua  Umum Golkar, maka marilah kita melihatnya sebagai suatu Takdir.  Ya Takdir itu akan tersurat dan tersirat  dalam satu dua hari ini ketika proses pemilihan Ketua Umum berlangsung secara demokratis tanpa tekanan di Bali telah usia. Apakah sejarah akan mencatat ARB untuk kedua kali menjabat Ketua Umum Golkar ?

Salam salaman

TD

 

Ikuti tulisan menarik Thamrin Dahlan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Taman Pecinta

Oleh: Wahyu Kurniawan

Senin, 29 April 2024 12:26 WIB

Terkini

Terpopuler

Taman Pecinta

Oleh: Wahyu Kurniawan

Senin, 29 April 2024 12:26 WIB