Setelah selesai menunaikan Shalat Jum’at 16 Januari 2015, di Masjid Al Kautsar Polda Metro , saya menyaksikan Anggota Polri langsung siap melaksanakan tugas. Masih mengenakan Pakaian Dinas Lapangan (PDL) para bintara itu berbaris rapi per peleton menuju pos siaga masing masing.
Sebenarnya Polisi di Jakarta itu selain Polisi Masa Depan mereka juga adalah Polisi depan massa. Tahu sendirilah Jakarta sebagai Ibukota adalah pusat semua kegiatan warga yang merupakan barometer keamanan dan ketertiban Indonesia.
Sebutan sebagai Polisi depan massa sering di juluki kepada Anggota Polri Jakarta, karena dalam keseharian mereka memang berada dalam posisi di depan massa. Massa yang di maksud di sini adalah para pengunjuk rasa atau demonstran. Bisa jadi demonstran itu komunitas mahasiswa, kaum buruh atau rakyat biasa yang tidak puas terhadap kebijakan pemerintah.
Tiada hari tanpa demonstrasi di Jakarta. Terdapat 3 tempat saja untuk ber unjuk rasa. Tempat tersebut adalah di depan Istana Negara, di seputar Bunderan Hotel Indonesia dan di depan Gedung DPR. Inilah tempat paling favorit untuk eksis diliput masa ketika menyampaikan uneg-uneg kepada pemerintah berkuasa.
Memilih jalan hidup sebagai Anggota Polri adalah panggilan hati. Melalui proses seleksi yang cukup ketat bersaing dengan puluhan ribu pelamar, pemuda dan pemudi Indonesia mengikuti proses panjang yang harus dilampaui sebelum di lantik sebagai Anggota Polri. Sumber Anggota Polri selain melalui Pendidikan Akademi Kepolisian terdapat pula Anggota Polrui yang berasal dari pendidikan Bintara. Guna meningkatkan dukungan keilmuan Polri menerima Sarjana untuk berbhakti di Kepolisian melalui Pendidikan Perwira Sumber Sarjana. Setelah dinyatakan lulus dalam seleksi warga negara ini wajib mengikuti pendidikan Polri dalam waktu tertentu.
Hampir 400 ribu Anggota Polri bertugas di seluruh nusantara, sampai ketingkat desa dalam lingkup organisasi ujung tombak yang disebut sebagai Kepolisian Sektor (Polsek). Peran Polri dalam melayani, mengayomi dan melindungi masyarakat bersentuhan langsung dalam kehidupan keseharian. Sikap inilah yang seharusnya mewarnai pelaksanaan tugas sebagai penegak hukum dan penjaga kamtibmas dalam negri.
Tugas Polri tentu saja penuh dengan resiko. Seperti warga negara lainnya Anggota Polri mempunyai keluarga dan tanggung jawab sosial terhadap lingkungan. Dengan gaji perbulan sesuai dengan tingkat kepangkatan Anggota Polri bergelut hidup menghadapi kebutuhan rumah tangga . Fasilitas rumah dinas masih belum mampu menampung seluruh anggota Polri sehingga dengan segala keterbatasan mereka terpaksa mengeluarkan dana lebih untuk biaya kontrak rumah. Bagi anggota Polri yang bertugas di kota kota besar perumahan menjadi masalah besar yang harus dihadapi.
Dalam kondisi demikian Anggota Polri berangkat melaksanakan tugas yang tidak mengenal waktu. Tantangan kehidupan inilah selayaknya mendapat apresiasi dari pemerintah terutama dalam penyediaan perumahan. Apabila pemerintah mampu menyediakan flat sederhana untuk bintara polri, maka mereka tentu akan bisa lebih kosentrasi dalam melaksanakan tugas melindungi dan melayani serta mengayomi masyarakat.
Selamat bertugas Bhayangkaraku, siapapun Kapolri, hanya satu ucapan yang Engkau teriakkan : Siap ndan ,…..
Salam salaman
TD
Ikuti tulisan menarik Thamrin Dahlan lainnya di sini.