x

Indonesiana - Mendiang Steve Jobs, memperlihatkan fotonya dengan komputer pertama Apple 1 di sebuah presentasi di tahun 2010. Komputer Apple 1 yang hanya terdiri dari papan sirkuit motherboard tergolong mahal di jamannya karena penggunanya harus mele

Iklan

rohmen ditahan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Bagaimana Mengemas Cerita?

Pada intinya, ini bukan soal APA yang diceritakan, karena sejatinya isinya sama saja. Ini soal BAGAIMANA menceritakannya. Cerita bisa sama. Tapi pengungkapan, akan berbeda.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Saat masih memimpin NeXT Computer di era 1990-an, legenda Steve Jobs bertanya pada salah satu karyawannya.

“Siapa orang paling berpengaruh di dunia?”

“Nelson Mandela” jawab karyawan itu mantap.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Kamu tak tepat. Orang paling berpengaruh di dunia adalah pendongeng”

 

Banyak mitos, anggapan atau bahkan petuah yang sejak kecil kita dapat lewat dongeng. Beberapa dongeng memang tak terbukti dalam kehidupan nyata. Tapi tak sedikit yang memang terbukti di kemudian hari, atau benar adanya. Kita percaya dongeng dan dongeng itu berpengaruh dalam hidup, hingga kanak-kanak itu sudah dewasa.

Salah satu dongeng yang dulu pernah aku dengar dan kuyakini adalah dongeng tentang raja yang mimpi buruk. Entah siapa penulis dongengnya.

Suatu malam, sang raja terbangun dini hari. Nafasnya terengah diselingi keringat. Ia mimpi buruk dalam lelapnya. Dalam sasmitanya, sang raja mendapati giginya tanggal. Gigi geraham bawah. Mimpi ini secara umum ditafsirkan sebagai akan adanya saudaranya yang meninggal. Karena takut dan cemas, raja memanggil ahli nujum guna menafsirkan mimpinya.

Satu ahli nujum dipanggil.  Paginya, dia langsung datang diantar pengawal kerajaan. Tubuhnya gempal tapi tetap gesit. Baunya semerbak oleh paduan kembang dan kemenyan. Setelah bersimpuh dan mengaturkan sembah, raja menceritakan mimpinya.

“Apa artinya mimpi itu wahai penujum?”

“Mohon ampun baginda raja, hamba tak bisa langsung menafsirkan mimpi baginda. Hamba perlu waktu semalam untuk menafsirkan mimpi ini”

“Baik, aku beri kamu waktu semalam.”

 

Ahli nujum undur diri. Bau wanginya masih tertinggal. Ia lalu bersemadi di pertapaannya  semalaman. Pagi hari ia sudah mendapati tafsiran mimpi sang raja. Siangnya, pengawal istana menjemputnya. Ahli nujum itu memasang wajah tegang. Aura wajahnya gelap. Raja menerimanya di balairung.

“Bagaimana, apa arti mimpiku penujum?”

“Celaka baginda, adik baginda akan meninggal dunia!”

Raja itu tercekat, bola matanya tertekan. Ia muntab dengan jawaban ahli nujum. Tak terima dengan jawaban penafsir mimpi, raja langsung menghukumnya. Penafsir mimpi itu dipenggal jagal kerajaan.

 

Tapi raja itu masih menyimpan rasa penasaran. Ia minta dipanggilkan penafsir mimpi lainnya.  Satu penujum dipanggil. Dia datang segera. Raut mukanya tak jauh beda dengan penujum pertama. Hanya saja, ia tak tegang. Tubuhnya juga gempal. Wangi badannya semerbak oleh kemenyan. Ia bersimpuh di hadapan baginda. Sang raja lalu menceritakan mimpinya.

“Apa arti mimpiku?”

“Ampun beribu-ribu ampun baginda. Mohon maaf, tanpa bermaksud lancang, saya hanya mengingatkan risleting baginda masih terbuka”

“Oh…tak masalah, tapi apa arti mimpiku?”

Penujum ini sudah mendengar nasib temannya yang tewas putus kepala. Ia hendak meniru cara pendahulunya. Ia juga perlu waktu semalam untuk menafsirkan mimpi ini. “Tak bisa instan baginda. Jika instan, hasilnya buruk dan kurang matang,” ujarnya.

Malam harinya, penujum ini tak bersemadi. Ia tidur, minum anggur dan menghirup tembakau seperti biasanya. Paginya, ia bangun kesiangan. Seperti biasanya.

Siangnya, pengawal kerajaan tiba menjemputnya. Penafsir ini sebenarnya tak melakukan ritual apapun untuk menafsirkan mimpi sang raja. Ia hanya akan mengutip hasil terawangan penujum sebelumnya. Soal nasib, itu urusan nanti.

 

Di bangsal kencana, raja sudah duduk di singgasananya. “Bagaimana penujum, apa artinya mimpiku?”

Penafsir mimpi itu mengingat hasil terawangan almarhum koleganya. Ia jiplak dengan sedikit perubahan.“Selamat baginda, semoga kesehatan, kesejahteraan & keselamatan selalu menaungi baginda. Menurut penerawangan hamba, baginda akan dilimpahi umur melebihi umur adik baginda.”

Raja puas dengan penjelasan itu. Ia diberi hadiah koin emas dan permata. Ahli nujum itu tersenyum. Ia segera undur diri.  Tak lupa meninggalkan sebagian koin emas. “Untuk beli resleting baru buat baginda” kata dia sambil melambaikan tangan.

Pada intinya, ini bukan soal APA yang diceritakan, karena sejatinya isinya sama saja. Ini soal BAGAIMANA menceritakannya. Cerita bisa sama. Tapi pengungkapan, akan berbeda. “Good artist copy, great artist steal,” kata Steve Jobs. Sebenarnya, itupun bukan kutipan Steve Jobs. Steve Jobs ‘mencurinya’ dari pelukis masyhur Pablo Picasso. 

Ikuti tulisan menarik rohmen ditahan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu