Banyak orang mulai lebih suka bekerja tanpa berkantor karena berbagai alasan: segan menempuh kemacetan lalu lintas, menyukai fleksibilitas jadwal kerja, ataupun ingin terbebas dari suasana tidak nyaman di ruang rapat. Individu yang memilih untuk bekerja sebagai freelancer umumnya didasari oleh pertimbangan itu.
Sebagian perusahaan mulai memberi kesempatan kepada karyawannya untuk bekerja lebih banyak di luar kantor. Kemajuan teknologi gawai maupun Internet memudahkan karyawan untuk bekerja di tempat yang relatif jauh dari kantor tapi tetap terkoneksi.
Perusahaan yang memberi fleksibilitas seperti ini mempertimbangkan efisiensi yang dirasakan karyawan, seperti penghematan waktu dan biaya. Sejauh koneksi dengan kantor masih tetap terjaga, pada umumnya tidak masalah bagi karyawan untuk berkantor secara virtual.
Bila kita bekerja individual, sebagai desainer pakaian, arsitek, penulis laporan bisnis, perancang grafis, kerja virtual tanpa harus menjalani rutinitas pergi dan pulang dari kantor boleh jadi menyenangkan. Kita dapat menerima pesanan kerja di rumah. Berbagai peranti elektronik dan koneksi Internet menjadi andalan untuk berkomunikasi dengan klien.
Tentu saja, kerja individual berarti juga kerja mandiri. Tidak ada supervisor yang mengawasi kita, tidak ada manajer yang mengingatkan atau menegur kita saat kita tidur pada jam 10 pagi. Klien-lah yang akan menelpon dan menanyakan apakah desain rumahnya sudah selesai.
Jadi, yang dapat mengontrol pekerjaan kita adalah kita sendiri. Dibutuhkan disiplin diri dalam mengatur jadwal kerja. Fleksibel sih oke, tetapi disiplin tetap diperlukan. Salah satu cara agar kita disiplin ialah dengan menetapkan target harian: apa yang harus saya selesaikan hari ini. Kita dapat mengatur jadwal dengan mempertimbangkan urusan-urusan lain yang ingin kita tunaikan hari ini, tapi target tetap harus tercapai.
Godaan untuk beralih ke urusan lain lazimnya memang tinggi. Mungkin kita ingin bersantai dulu, nonton film dulu, dan seterusnya. Pengalih perhatian ini mesti kita waspadai agar fokus kita terhadap target tidak bergeser. Bila kita bekerja usai Subuh karena merasa badan dan pikiran sedang segar-segarnya, maka fokuslah 100 persen pada pekerjaan. Jangan tergoda untuk sibuk membuka dan membalas email dulu, membaca berita di media online, dll.
Sebaliknya, terkadang atau malah sering kita terlampau getol bekerja karena lagi bersemangat tinggi. Sepanjang hari berkutat terus di depan meja gambar, atau di depan laptop dan mengetik terus, atau membuat sketsa pakaian berkali-kali untuk menemukan desain terbaik. Kita mungkin lantas lupa untuk bertegur sapa dengan orang serumah, atau ngobrol sejenak dengan tetangga.
Kerap diingatkan bahwa kerja virtual yang individual dihadapkan pada dua hal yang kerap terlupakan: istirahat dan aktivitas sosial. Betapapun kita tengah bersemangat untuk mengejar target, istirahat merupakan hal mutlak yang kita perlukan—pikiran, tenaga, dan emosi membutuhkan jeda dari tekanan yang terus-menerus.
Tanpa jeda atau istirahat, kita akan lekas letih, patah semangat, ataupun kehilangan ide cemerlang. Bergaul dengan makhluk sosial lainnya juga kita perlukan meski kita bekerja individual agar kita tidak jadi makhluk yang terisolasi meski hidup di tengah-tengah banyak orang. **
Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.