x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Lima Unsur Soft untuk Menopang Bekerja Jarak Jauh

Bekerja jarak jauh dianggap lebih efisien dalam pemakaian berbagai sumber daya, di samping manfaat fleksibilitas bagi karyawan. Meski begitu, sejumlah tantangan mesti diatasi bila perusahaan ingin beralih menuju pola kerja jarak jauh.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Bertambah banyak saja orang Amerika Serikat yang bekerja jauh dari kantor. Sejak 2005, jumlah karyawan yang bekerja dari rumah meningkat sebanyak 80 persen. Data Global Workplace Analytics menunjukkan bahwa saat ini terdapat sekitar 3,3 juta orang Amerika yang bekerja dari rumah. Dan, kecenderungannya terus meningkat. Di Indonesia, data semacam ini mungkin belum tersedia secara akurat.

Tapi jumlah sebanyak itu bukan hanya mencakup para pekerja lepas atau freelancers. Kian banyak perusahaan yang mengadopsi kultur bekerja jarak jauh. Perusahaan yang relatif terkenal seperti Basecamp, Mozilla, dan Automattic bahkan mengadopsi 100 persen pekerjanya terdistribusi. Automattic, misalnya, dijalankan oleh sekitar 300 orang yang tersebar.

Bekerja jarak jauh dianggap lebih efisien dalam pemakaian berbagai sumber daya, seperti waktu, energi, dan tenaga manusia, di samping manfaat fleksibilitas bagi karyawan. Meski begitu, sejumlah tantangan mesti diatasi bila perusahaan ingin beralih menuju pola kerja jarak jauh. Teknologi baru memang banyak membantu, tapi ada sejumlah unsur lain yang lebih bersifat soft yang mesti dipenuhi. Survei yang dilakukan Robert Half Technology pada 2014, umpamanya, menyebutkan bahwa 30% CIO memandang komunikasi sebagai tantangan manajerial yang paling besar.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Randy Rayess, pendiri VenturePact, semacam marketplace di bidang peranti lunak, berbagi pengalaman berharga mengenai adopsi kultur bekerja jarak jauh. Terdapat sejumlah unsur soft yang harus diperhatikan bila perusahaan bermaksud mengadopsi kultur bekerja jarak jauh.

Pertama, kenyamanan. Bagi karyawan yang bekerja jauh dari kantor, komputer yang cepat dan akses Internet yang leluasa termasuk kebutuhan penting agar nyaman bekerja. Ini akan mendorong mereka untuk bekerja keras dan cerdas serta meningkatkan produktivitas.

Kedua, transparansi. Perusahaan mesti berinvestasi dalam peranti-peranti terkait knowledge management yang mudah diakses dan dicari oleh siapapun di dalam perusahaan. Jangan sampai ada hambatan bagi pekerja jarak jauh untuk memperoleh pengetahuan yang ia butuhkan.

Ketiga, akuntabilitas. Bagaimana Anda tahu apa yang dikerjakan sejawat Anda satu tim jika Anda tidak bisa melihat mereka? Karena itu, penting untuk mendefinisikan tujuan secara jelas dan semua pekerja jarak jauh berkomitmen untuk mengikuti jalur yang sudah disepakati dalam mencapai tujuan itu.

Keempat, komunikasi. Seperti disebutkan oleh hasil survei di atas, komunikasi merupakan tantangan terbesar dalam membangun kultur bekerja jarak jauh. Sediakan waktu setiap minggu untuk berkomunikasi di antara anggota tim, atau manajer dengan anak buah. Banyak pilihan teknologi yang dapat digunakan agar komunikasi melalui tele-konferensi dapat dijalankan.

Kelima, kepercayaan. Pekerja yang jauh dari kantor mungkin kehilangan ‘ikatan’ dengan budaya perusahaan. Menjadi tugas manajemen untuk menjaga agar karyawan jarak jauh tidak merasa terasing dan tetap memegang nilai-nilai perusahaan. Ini bukan tugas yang mudah. Selalu melibatkan karyawan jarak jauh dalam isu-isu perusahaan merupakan langkah bagus agar mereka tidak merasa terisolasi dari karyawan lainnya. (sbr foto: onlinecareertips.com) **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Taman Pecinta

Oleh: Wahyu Kurniawan

Senin, 29 April 2024 12:26 WIB

Terkini

Terpopuler

Taman Pecinta

Oleh: Wahyu Kurniawan

Senin, 29 April 2024 12:26 WIB