x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Sudah Duduk Lupa Berdiri

Tagline ‘sudah duduk lupa berdiri’ menggambarkan kenikmatan berkuasa, sehingga orang berusaha dengan beragam cara untuk mempertahankan kursinya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul ini saya pinjam dari iklan furnitur sebuah merek yang populer beberapa tahun lalu. Tagline iklan produk furnitur (lebih tepat: kursi) yang berbunyi ‘sudah duduk lupa berdiri’ ini betul-betul menggambarkan betapa orang yang sudah nyaman duduk di sebuah kursi akan lupa untuk bangkit meninggalkan kursi itu. Maklum, keenakan.

Tagline ini masih relevan dengan masa sekarang, maksud saya bukan dalam konteks pemasaran produk, tapi dalam kaitan dengan kekuasaan. Mereka yang sudah duduk di sebuah kursi jabatan akan enggan untuk bangkit berdiri dan menyerahkan kursi itu kepada orang lain. Tagline ini cocok untuk melukiskan perilaku para politikus.

Orang enggan, misalnya, untuk bangkit dari kursi ketua partai politik yang bahkan sudah ia duduki lebih dari dua periode, misalnya. Mengapa begitu? Umumnya, karena menjadi ketua itu menyenangkan: punya kekuasaan, memperoleh previlese, dihormati jika bukan ditakuti oleh pengurus lain dan anggota, diperebutkan pengaruhnya sehingga orang berusaha dekat dengan dirinya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kekuasaan menebarkan pesonanya kapan saja. Mereka yang tak sanggup bersikap kritis terhadap kekuasaan, dalam lingkup partai sekalipun, cenderung tunduk atau berusaha menyenangkan sang ketua.

Bagi sebagian orang, kekuasaan memang menyenangkan. Andai mereka percaya bahwa amanah dan tanggung jawab kekuasaan itu amat berat lantaran akuntabilitasnya bukan hanya kepada sesama manusia, tapi juga kepada sumber dari segala sumber kekuasaan, maka duduk di kursi kepemimpinan akan terasa sangat berat.

Tagline ‘sudah duduk lupa berdiri’ menggambarkan kenikmatan berkuasa, sehingga orang berusaha dengan beragam cara untuk mempertahankan kursinya. Banyak yang berpikir perihal kelanggengan kekuasaan dalam jangka panjang dengan menempatkan keturunan dan kerabat pada posisi-posisi strategis partai. Mereka mungkin istri, anak, menantu, atau besan. Mereka merintis tegaknya partai berbasis dinasti atau trah.

Para pemimpin yang enggan turun dari kursinya sangat mungkin punya alasan yang berbeda-beda. Di antaranya pertama, mereka cemas menghadapi kemungkinan terjangkit post-power syndrome. Mereka tidak siap untuk menyerahkan kursinya kepada orang lain, dan lebih suka duduk di situ terus-menerus—persis tagline iklan tadi. Secara tak sadar, mereka mengakui bahwa pengaruh dan karismanya berasal dari kursi.

Kedua, walau sudah beberapa kali menjabat, mereka memilih bertahan hingga keturunan dan/atau kerabatnya siap menggantikan. Ini merupakan upaya untuk menjamin bahwa kepentingannya terlindungi ataupun kekeliruannya di masa lampau tidak akan diungkit-ungkit.

Ketiga, yang mungkin agak idealis ialah kecemasan bahwa partainya akan menjadi lemah apabila ia melepaskan kursinya. Ia menganggap dirinya, atau dipuji-puji oleh banyak orang terdekat, sebagai perekat partai yang harus bertahan atau dipertahankan agar partai tetap utuh. Ia mungkin tidak sadar, dengan tetap duduk di kursi tertinggi, ia sesungguhnya tidak memupuk kekuatan partai, melainkan justru melemahkannya. Apa yang terjadi pada partai jika ia tiba-tiba dipanggil pulang? Perpecahan partai? Mungkin saja.

Regenerasi kepemimpinan hanyalah dongeng belaka. Padahal, dari pengalaman historis kepemimpinan di berbagai belahan bumi, keberhasilan seorang pemimpin bukanlah diukur dari kemampuannya menghimpun sebanyak mungkin pengikut. Tapi, pada kemampuannya dalam melahirkan banyak pemimpin baru.

Pemimpin yang hebat akan menahan diri dari godaan untuk berkuasa lebih lama. Ia akan membantah kebenaran tagline ‘sudah duduk lupa berdiri’. Ia akan tetap menjaga kesadarannya—tetap eling alias ingat. (sbr foto: izabelamarcinkiewicz.blog.onet.pl) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu