x

Iklan

Thamrin Dahlan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

[Kisruh Golkar] Pemenangnya Akbar Tanjung

Sosok Akbar Tanjung di tubuh Partai Golkar bisa dikatakan fenomenal. Tetap bertahan di Golkar asli ditengah gembos gembsan dari berbagai Kader yang hengkang kemudian membentuk partai baru.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Hari Senin, 18 Mei 2015 bisa jadi menjadi sejarah hitam,  putih  atau abu abu bagi Partai Golkar. Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta dijadualkan memvonis kasus sengketa Partai Golkar . PTUN akan memutuskan pekara terkait gugatan Aburizal Bakrie terhadap Surat Keputusan Menteri Hukum dan HAM yang mengesahkan kepengurusan Agung Laksono.

Sejarah hitam tercatat apabila salah satu dari kedua kubu tidak menerima Putusan Hakim sebaliknya sejarah menjadi putih seandainya sikap legowo ada di pihak yang dikalahkan.  Bagaimana dengan sikap abu abu artinya politik perseteruan akan berjalan terus sepanjang kecintaan kader kepada Golkar masih diselimuti oleh aura kekuasaan.

Putusan Sela dikeluarkan Hakim PTUN pada tanggal 1 April 2015 yang memerintahkan  agar dilakukan  penundaan pemberlakuan SK Kemenkumham dianggap belum Inkracht. Oleh karena itu ibarat pertandingan tinju 12 ronde maka Putusan Hakim hari ini dianggap sebagai pamungkas dari kekisruhan berkepanjangan Partai Golkkar

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Satu hal yang perlu direnungkan oleh kedua kubu adalah masa depan partai berlambang Pohon Beringin . Pasalnya Komisi Pemilihan Umum  hanya akan menerima pendaftaran Pilkada berdasarkan Putusan Hakim yang bersifat berkekuatan hukum tetap  (inkracht).  Seandainya pihak yang kalah masih berkutat pada niat banding atas putusan hakim maka yang dirugikan adalah Golkar sendiri.  Tentu saja KPU tidak mau lagi menunggu karena Pilkada Serentak akan dilaksanakan pada tanggal 9 Desember 2015.   Ada proses panjang pekerjaan KPU sebelum rakyat mencoblos bersama sementara Wakil Golkar masih ditimang timang akibat perebutan kekuasaan.

Kader Golkar di tingkat Propinsi dan Kabupaten menunggu Putusan hakim PTUN dengan hati berdebar.  Bukan berdebar soal siapa yang menjadi Ketua Umum Syah, namun mereka kuatir kisruh ini berkepanjangan.  Kisruh berkepanjangan mengakibatkan roda organisasi macet, Pilkada 2015 hanya jadi tontonan tanpa bisa ikut serta.   Artinya kader di kewilayahan berharap siapapun Ketua Umum,  kami tetap loyal dan dedikasi.  Mengambil jargon salah satu iklan ternama, apapun masakannya minumannya tetap teh botol.

Sejarah panjang Golkar memang mengagumkan.  Walaupun di gembosi beberapa kali, Partai yang mempunyai ruh karya tetap eksis di pelataran dunia Politik Nusantara.  Dimulai dari pecahan pertama menjadi Gerindra, kemudian kader golkar yang kalah di ajang seleksi membentuk pula Partai Hanura.  Terakhir Surya Paloh hengkang dari Partai Beringin,  membentuk ormas yang kemudian menjadi parpol bernama Nasional Demokrat (Nasdem). Kalau Golakr dibaratkan ban dalam mobil, maka kualitas ban itu boleh ditasbihkan ban bermutu kelas satu.  Ditambal beberapa kali namun masih bisa dipakai untuk ngebut.

Salut kepada Akbar Tanjung (AT), dedengkot murni Golkar yang menjadi “penambal ban.”  Akbar Tanjung tetap menjaga benang merah “kekaryaan” walaupun sering dilanda badai.  Badai terbesar terjadi sewaktu Reformasi 1998.  Sebagai warisan peninggalan Orde Baru, Golkar tahu diri, secara perlahan memperbaiki citra partai.  Hebatnya partai ini tidak bubar.  Inilah kehebatan Akbar sebagai politikus andal tetap bertahan di bahan naungan pohon beringin yang satu.  Kalaupun ada bujukan anak beringin lain AT tidak pernah tergoda.

Satu hal yang perlu jadi rujukan politik nasional adalah  peringatan SBY minggu lalu.  Gertak mantan Presdien RI ke 6 itu terkait gerakan de vide et impera dari pihak luar.  Gerakan pecah belah telah diantisipasi lebih awal sehingga Partai Demokrat tetap solid tidak seperti yang terjadi pada Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Golkar.

Nasi telah menjadi bubur, yang tinggal adalah kecintaan murni kepada partai. Peran Pemerintah yang sedang berkuasa untuk membina kehidupan partai ditanah air seharusnya mengkondisikan kehidupan yang damai, sejahtera dan nyaman.  Tetapi sebaliknya apabila pemerintah terlalu lebih jauh ikut campur maka istilah membina bisa jadi plesetkan menjadi membinasakan.

Kecintaan seorang penambal ban adalah kecintaan sejati.  Mungkin inilah terakhir kali ban itu di gembosi, namun AT akan tetap berdiri kokoh di bahwa Pohon Beringin yang satu.   Seharusnya para kader Golkar mencontoh sikap konsistensi AT,  Beliau tidak tergoda kepada bujuk rayu kekuasaan, tidak mengeyampingkan cita cita murni Golkar.  Menjaga benang merah perjuangan kekaryaan baik  ketika berada dilingkup kekuasaan ataupun ketika diluar pemerintahan.

Salam salaman

TD

Ikuti tulisan menarik Thamrin Dahlan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Taman Pecinta

Oleh: Wahyu Kurniawan

Senin, 29 April 2024 12:26 WIB

Terkini

Terpopuler

Taman Pecinta

Oleh: Wahyu Kurniawan

Senin, 29 April 2024 12:26 WIB