x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Perlukah Kita Angka Nol?

Apa yang terjadi bila tidak ada angka nol? Kebingungan?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Untuk apa angka nol?

Aku punya empat buah pisah dan nol buah apel. Bagaimana kita menghitung buah apel yang tidak ada? Untuk apa pula menyatakan sesuatu yang tidak ada?

Pertanyaan ini mungkin tidak penting, toh kita sudah menerimanya sebagai bagian dari hidup kita sehari-hari. Tapi barangkali ada manfaatnya menengok ke lintasan sejarah hingga jauh ke masa lalu, kira-kira 3.000 tahun yang silam, tatkala manusia berpikir untuk membuat pembedaan antara empat dan empatpuluh. “Apa yang kita butuhkan?” kira-kira begitu pertanyaan orang purba.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di masa sekarang, kita sudah terbiasa menulisnya 4 dan 40 (angka 4 dan nol ditulis berurutan). Tanpa bilangan nol, kedua angka itu terlihat sama (4 dan 4 ), padahal dimaksudkan berbeda. Karena pertimbangan inilah, orang membutuhkan angka nol sebagai penanda nilai suatu bilangan berdasarkan tempatnya (placeholder).

Misalnya kita tengah berbicara tentang kursi. Bila ditulis 7, yang dimaksudkan adalah jumlah kursi (misalnya) adalah tujuh buah. Bila ditulis 70, yang dimaksudkan adalah jumlah kursinya tujuh puluh buah. Bila ditulis 700, yang dimaksudkan jumlah kursinya tujuh ratus buah.

Bagaimana dengan 007? Kita tidak pernah menuliskan tujuh buah apel dengan 007—angka nol, dalam konteks jumlah, tidak punya makna. Namun ia bisa berarti sebagai sandi untuk salah satu agen dinas intelijen MI, yakni James Bond.

Ketika angka nol berada di antara angka-angka lain, bukan di depan atau di belakang—untuk apa? Umpamanya, 403—bagaimana jika angka nol dibuang saja, jadi 4 3? Apa bedanya dengan 43? Rupanya kita memerlukan nol sebagai simbol untuk menunjukkan ‘tidak ada digit tertentu di sini’. Jika ditulis 4023 berarti ada 4 ribuan, tanpa ratusan, 2 puluhan, dan 3 satuan. Ketika angka nol dipindahkan letaknya, berubah pula maknanya: 4203, misalnya.

Namun, hanya itukah kegunaan angka nol?

Gagasan nol begitu berbahaya, dan semakin berbahaya ketika orang mulai berpikir perihal nol sebagai bilangan yang sesungguhnya dan mewakili dirinya sendiri sebagaimana angka 1, 5, hingga 9, bukan sekedar penanda lantaran letaknya. Inilah awal dari petualangan angka nol yang membukakan dimensi baru mengenai banyak hal ketika nol dikalikan dengan angka lain, sebagai bilangan pembagi, atau sebagai pangkat yang membuahkan hasil untuk bilangan berapapun sama dengan 1.

Sebagai penanda maupun sebagai bilangan yang mewakili dirinya sendiri, nol begitu penting. Sejarawan ilmu pengetahuan menyebutkan, tanpa konsep tentang nol, aljabar akan mandeg pada tahap pencapaian sekitar tahun 800. Tanpa nol, sebagian besar aljabar, kalkulus, maupun lainnya akan terlalu sulit untuk dipelajari dan diterapkan. Tanpa nol, perintah-perintah dalam komputasi modern tidak akan berjalan.

Tapi sesungguhnya, nol bahkan bukan sekedar penanda nilai bagi bilangan lainnya maupun menjadi bilangan yang mewakili dirinya sendiri, melainkan memiliki dimensi lain yang menjangkau jauh ke dalam kekosongan, kenihilan, ketiadaan, dan juga suwung (bahasa Jawa)ada di dalam ketiadaan.

Nama bilangan itu, dan asal-usulnya, menggambarkan kekosongan. Kata zero dalam bahasa Inggris (digunakan pertama kali pada 1598) berasal dari Italia zero setelah melewati Prancis, zéro. Di Italia, zero merupakan penyingkatan dari Venesia, zefiro, yang berasal dari dunia Arab, safira atau sifr yang bermakna ‘kosong’. (foto: livescience.com) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu