x

Iklan

Thamrin Dahlan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kenapa Anak-anak Lebih Gembira Menyambut Bulan Suci

Bulan suci ramadhan sebentar lagi. Insha Allah lusa umat Islam sedunia menunaikan kewajiban puasa sebulan penuh. Anak anak nampaknya lebih gembira.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Puluhan  anak berlarian di serambi masjid. Mereka saling bekerjaran mengelilingi tiang tiang penyanggah masjid.  Para remaja itu ada yang memegang slang air, ada yang menyeret pembersih lantai dan ada pula yang memegang ember.  Ya anak anak sedang ikutan membersihkan baitullah.  Mereka terlihat sangat riang gembira bermain di Rumah Allah ketika almanak menunjukkan hari Ahad,  14  Juni 2015 , empat hari menjelang tibanya bulan suci ramadhan. 

Agak istimewa tahun ini ketika khadimullah Masjid Jami An Nur mengadakan kegiatan kerja bhakti membersihkan baitullah.   Istimewa karena anak anak mulai ikut serta bergotong royong dengan para jamaah dewasa.  Biasanya anak- anak itu malah bermain di lapangan futsal depan masjid, namun  ada perubahan tahun ini nampaknya anak anak lebih senang berbasah basah di masjid kesayangan.

Kerja  bhakti di lakukan dalam rangka menyambut Bulan Suci Ramadhan 1436 Hijiriah /2015.  Mensucikan masjid merupakan kegiatan rutin Warga RW 05 Kelurahan Rambutan sebagai bentuk penghormatan dan pemuliaan Rumah Allah. Masjid Jami An Nur didirikan pada tahun 1962 terletak di Komplek Polri Polsek Ciracas atau lebih dikenal dengan nama asrama boedray.  Terkadang asrama ini di namakan pula dengan Komseko oleh sopir angkot jurusan Cilitan - Pasar Rebo Jakarta Timur.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Anak anak yang masih duduk di Sekolah Dasar itu adalah putra dari anggota Polri. Sebagian lagi anak anak pedagang di sekitar asrama.  Anak anak anggota Polri lebih banyak, mereka suka sekali kalau panggil sebagai anak kolong.   Anak kolong istilah baku untuk anak anak yang dilahirkan di asrama. Bukan sebarang asrama tetapi asrama prajurit.  

Bisa jadi istilah anak kolong disandangkan berhubung di zaman dulu asrama parjurit itu kecil alias super sempit.  Memang sih belum ada ukuran luas seperti rumahan BTN, seperti type 21, 36, 45 54 type 70. Barak barak tentara atau polisi itu memang saling berdempetan.  Sehubungan   sangat sempit tempat tinggal para penjaga keamanan itu maka anak anak mereka  dengan sangat terpaksa di tidurkan di bawah ranjang. Sejak itu menempellah panggilan anak kolong.  Tidur di bawah kolong ranjang prajurit .  Untunglah  anak anak bobo bukan di kolong jembatan.

Selepas kemerdekaan 17 Agustus 1945 kehidupan prajurit  memang sangat memprihatinkan.  Keuangan negara saat itu belumlah sanggup menyediakan perumahan layak.  Kondisi seperti ini mulai berangsur membaik dari tahun tahun.  Terutama ketika Jendral M. Yusuf menjabat sebagai Menteri Keamanan dan Pertahanan (Menhankam).  Masih teringat di kenangan setiap prajurit betapa besarnya perhatian Jendral yang berasal dari Makasar ini terhadapat perikehidupan anak buah.  Jendral Yusuf meninjau asrama Tentara dan Polri di seluruh Indonesia yang reyot nyaris rubuh.  Seketika Beliau memerintahkan agar asrama bobrok itu segera di renovasi sehingga layak di huni.

Peristiwa bersejarah Jendral M Yusuf  mampir di komseko masih diingat oleh para sesepuh Polri yang berdiam di Asrama Polri.  Ketika itu Jendral TNI M Yusuf memerintahkan agar asrama Polri segera di renovasi.  Perintah tersebut langsung dilaksanakan dan dalam waktu tidak terlalu lama wajah asrama sudah layak dipandang dan tentu saja layak di huni. Waktu itu Polri masih berada di bawah naungan organisasi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) jadi wajar apabila Jendral Yusuf memberikan bantuan untuk Asrama Polri. 

Kalau dulu dinding rumahasrama terbuat dari batu  merah, kini dinding semakin kokoh di karena di buat dengan batu bata serta di plester rapi.  Atap rumah pun sudah ditinggikan dan kamar mandi umum diperbaiki.  Anak anak sudah tidak lagi tinggal di kolong ranjang orang tua.  Mereka sudah nyaman tinggal di asrama.  Sebutan anak kolong ternyata tidak bisa ditanggalkan sampai saat ini.  Mungkin ini sebagai pembeda dena anak anak swasta bahwa anak tentara dan anak polisi itu bisa tampil lebih perkasa. 

Keberadaan rumah tinggal sebagai tempat bermukim di persatukan  dengan satu  rumah lagi.  Anak anak kolong kini memiliki rumah kedua.  Rumah kedua itu adalah Rumah Allah.  Masjid Jami An Nur yang berlokasi persis di tengah asrama kini menjadi sentral kegiatan anak remaja.  Generasi berganti, remaja masjidpun demikian.  Namun dengan kehadiran hadrah atau tetabuhan  rebana maka jumlah anak anak kolong yang berdatangan ke Masjid Jami An Nur semakin bertambah.

Alhamdulillah niat khadimullah beserta seluruh jamaah untuk memakmurkan masjid semakin terwujud.  Kehadiran anak anak sebagai generasi penerus Umat Islam dalam memegahkan dan meramaikan baitullah memberikan rasa lega.  Rasa lega itu menyeruak sehubungan dengan satu keyakinan bahwa dari usia dini anak anak sudah gembira dan senang berada di masjid.  

Anak anak selalu gembira ria menyambut bulan suci bukan karena mereka diliburkan sekolah tetapi ada suasana khusus yang tidak didapat di bulan lain.  Suasana khusus itu seperti nikmatnya berbuka puasa, ramainya shalat taraweh dan suasana bangun malam untuk sahur.

Marhaban Ya Ramadhan

Salam salaman

TD

Ikuti tulisan menarik Thamrin Dahlan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terkini