x

Ilustrasi Buka Puasa. Jefri Tarigan/Getty Images

Iklan

Suprijanto Rijadi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Mengapa Kita Berpuasa?

Apakah Tujuan Berpuasa? Bagaimana kita mencapai tujuan tersebut? Terjemahan bebas dari Kuliah Nouman Ali Khan "Why Fast"

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Terjemahan bebas dari “Why Fast” Nouman Ali Khan

             https://www.youtube.com/watch?v=QEgxJFsC9Fk

            Al Quran menyebut taqwa, dan sholat puluhan bahkan ratusan kali dalam Al Quran, tetapi perintah berpuasa hanya diperintahkan Satu Kali saja yaitu di Surat Al Baqarah yaitu pada beberapa ayat saja dari ayat 183 sd 187.   Ayat 183 jelas sekali menyebutkan bahwa tujuan berpuasa adalah “la’allakum tattaqun” .

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Apakah arti la’allakum tattaqun ?  La alla dalam bahasa Arab mempunyai beberapa arti, pertama dapat diartikan “dengan maksud” atau “dengan tujuan”.   Arti kedua adalah “mudah2an kamu mencapai” dalam arti positif.  Kata tattaqun adalah dari kata taqwa yang berarti “dorongan untuk melindungi diri” .  Sehingga la’allakum tataqun bisa diterjemahkan sebagai “mudah2an kamu mampu melindungi dirimu sendiri, pertanyannya melindungi dari apa?   Melindungi diri dari melanggar larangan Allah SWT dan menyebabkan kemarahanNYA, dan melindungi diri dari merendahkankan diri kita sendiri.

Pada hari Akhir dimana semua dibangkitkan, ketika semua orang harus mempertanggung-jawabkan apa yang dilakukannya didunia, tak ada tempat berlindung dari pengadilan Allah SWT.  Maka pada saat itu semua upaya yang kita lakukan saat Ramadan, baik puasa, menahan diri dari godaan lapar harus, menahan penglihatan, pendengaran dan pikiran, amal soleh, membaca dan memahami Al Quran semua itu adalah Taqwa yang akan melindungi diri kita dari api neraka.

Kalau kita mendengar kata puasa maka yang pertama terpikir adalah larangan makan dan minum, sehingga Badan kita merasakan haus dan lapar terutama pada hari hari pertama berpuasa.  Secara fisik kita merasakan tenggorokan yang kering karena haus, dan perut yang keroncongan karena lapar.  Dan secara alamiah maka tenggorokan yang haus dan perut yang lapar tadi akan mengajak kita mengabaikan perintah Allah SWT untuk berpuasa. 

Manusia dalam hidupnya mempunyai dua pilihan, mengikuti perintah Allah SWT atau mengabaikan perintah itu. Kalau kita mencoba untuk menjalani  jalan kebaikan , maka kita harus melakukan dua hal yaitu menjalani perintah2NYA dan menjauhi laranganNYA.  Jadi secara naluri Jiwa kita akan menekan pemberontakan Badan dari tenggorokan dan perut tadi, dan memerintahkan mereka agar diam dan menunggu sampai dengan waktu magrib tiba. Peperangan antara Badan dan Jiwa ini akan terus berlangsung setiap hari dalam bulan Ramadan,  umumnya Jiwa kita yang menjadi pemenangnya. Perang 30 hari antara keinginan fisik Badan untuk memuaskan diri vs kekuatan Jiwa kita yang mentaaati perintah Allah SWT karena perintah berpuasa, sehingga tercipta kondisi Jiwa secara teratur menang terus menerus selama 30 hari yang akan meningkatkan kekuatan  Jiwa kita.

Kalau untuk pemberontakan Fisik Badan yang merasa haus dan lapar ini bisa ditekan oleh Jiwa, bagaimanakan dengan pergumulan Panca Indera yang juga termasuk Fisik kita?   Ketika ada seorang gadis yang cantik dengan pakaian yang ketat membungkus badan, mata kita akan otomatis melihat dan melahapnya dengan pandangan yang bernafsu.   Hal yang sama untuk Indera penciuman, Indera Pendengaran dan Pikiran kita yang liar berkelana ke daerah2 yang terlarang saat kita berpuasa.  Mampukan Jiwa kita menekan penglihatan, pendengaran, pikiran yang liar tadi dan mengatakan STOP dan membuang godaan jauh2  untuk melindungi Jiwa kita karena kita sedang berpuasa? Karena kata shaum sendiri maknanya adalah menahan diri dimana Jiwa kita dilatih untuk mengatakan tidak pada hal2 yang Halal dilakukan pada hari hari biasa. Juga melatih menahan panca indera kita untuk menahan diri dari hal hal yang negatif, seperti mengumpat, berdusta, melihat hal hal yang tidak layak, dsbnya.

Puasa dibulan Ramadan selama 30 hari ini akan melatih penglihatan, pendengaran, pikiran  yang liar, dan rasa haus lapar yang biasa kita nomor satu kan saat kita tidak berpuasa.  Sebagaimana pelatihan Tentara Khusus seperti Kopassus atau Marinir yang dilatih sejak awal agar mampu bertempur dengan terlatih. Pada saat awal latihan tidak mungkin mereka langsung diterjunkan ke pertempuran bebas dengan musuh2nya.  Saat awal mereka dilatih dengan membuat simulasi pertempuran, tembakan dengan peluru kosong, serangan mendadak untuk melatih kesiagaan mereka, dll. Seluruh pelatihan ini dilakukan secara terproteksi, dan terlindung  oleh pelatihnya.

Puasa Ramadan 30 hari ini juga dilakukan secara terproteksi oleh Allah SWT, dengan mengikat musuh manusia yang terbesar, setan setan pengganggu manusia, sehingga manusia bisa terproteksi melatih Jiwa agar menjadi kuat selama 30 hari, sehingga Jiwa kita yang kuat mampu menghadapi pertempuran yang panjang 11 bulan kedepan dengan setan sebagai musuh utama manusia yang terbesar.

Sebagaimana tercantum dalam Firman NYA:”… Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu” (Al Baqarah 185). Karena puasa 30 hari di bulan Ramadan akan terasa lebih mudah karena tidak adanya gangguan setan2 musuh manusia, yang diikat olehNYA sehingga puasa kita bisa berjalan dengan baik.  Coba Bandingkan dengan Puasa Awal Syawal yang hanya 6 hari yang terasa sangat sulit, karena setan2 musuh manusia sudah dilepas kembali dan mulai menyerbu pikiran dan indera kita.

Mudah2an kita mampu berpuasa dibulan Ramadan seperti yang diharapkan Allah SWT agar kita menjadi “la’allakum tattaqun”.   Kita berdoa agar  kita bisa menjalani training Jiwa selama 30 hari kedepan sehingga  mempunyai Jiwa yang kuat untuk melindungi diri sendiri dari gangguan setan selama 11 bulan sesudah Puasa, dan menjadi manusia yang kuat dan terlatih untuk tetap berada di Jalan yang Lurus,  dengan selalu melakukan “walitukabbirullaha” Mengagungkan Asma Allah SWT dan “wala’allakum tasykuruna” agar kamu bersyukur (Al Baqarah 185).

Amin ya Robb Amin

Bekasi Awal Ramadan 1436 H

 
 
 
 
 
 

Ikuti tulisan menarik Suprijanto Rijadi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler