x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Cara Menyenangkan Mengasah Otak

Banyak cara menyenangkan untuk menstimulasi otak agar semakin tajam.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Otak akan semakin terasah dan berkilau ketika sering digunakan ketimbang dibiarkan teronggok untuk bergosip. Orang-orang yang disebut outlier dengan capaian yang mencengangkan sesungguhnya bukanlah orang yang senang berleha-leha. Mereka mengasah otak sepanjang hari untuk mencipta lagu yang disukai orang, menemukan formula matematis yang menggemparkan, ataupun merancang peranti digital yang orang enggan melepasnya.

Setiap orang, kata ilmuwan, bisa meningkatkan potensi yang ia punya walaupun hasilnya tak selalu secemerlang para outlier. Banyak cara dapat ditempuh agar otak semakin tajam dan potensi semakin berkilau. Bahkan, melalui aktivitas yang disukai seperti hobi—jika kita melakukan aktivitas hobi, kita akan menjalaninya dengan suka cita. Sebagian orang mungkin lebih senang bermain musik, yang lain barangkali mempelajari hal-hal baru seperti bahasa.

Banyak hobi yang dapat berkontribusi dalam menstimulasi fungsi-fungsi otak, menyegarkan suasana hati alias mood, bahkan jadi sarana mengekspresikan diri. Sebagian di antaranya:

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pertama, bermain musik. Sejumlah riset menyebutkan bahwa bermain musik secara teratur dapat meningkatkan ketajaman otak dalam berpikir. Tatkala bermusik, kita melatih otak dengan nada, irama, tempo, harmoni, dan menyimpan informasi audio. Stimulasi permainan musik, apakah bernyanyi atau bermain piano dan gitar, menstimulasi otak untuk aktif. Bukankah musik terkait pula dengan pola-pola matematis—seperti pernah didiskusikan oleh ilmuwan masa lampau, termasuk al-Farabi. Kita bisa memilih alat musik apa saja yang kita sukai, dari kecapi, rebab, hingga piano dan saxophone.

Kedua, membaca. Membaca, buku khususnya, baik fiksi maupun non-fiksi berpengaruh terhadap kemampuan kognitif otak. Bacaan fiksi menstimulasi kemampuan berempati, membiasakan diri terhadap suasana tak pasti dan berubah-ubah, serta memahami pandangan yang berbeda. Seperti kata Susan Sontag (The Art of Fiction No. 143, Paris Review), membaca novel itu mendidik kalbu, meningkatkan kepekaan kemanusian, mengasah pemahaman tentang watak manusia, dan meningkatkan kesadaran tentang apa yang terjadi di dunia ini.

Ketiga, belajar bahasa baru. Sebagian orang punya kegemaran memelajari bahasa baru, baik bahasa daerah maupun bahasa asing. Banyak orang yang mampu menguasai lebih dari dua bahasa. Kemampuan kognitif para poliglot ini umumnya menonjol karena penguasaan dua bahasa asing, misalnya, memerlukan penguasaan tata bahasa yang mungkin berbeda, kosakata yang berlainan, maupun gaya bahasa dan pengucapan yang berbeda pula. Belajar bahasa adalah belajar mengungkapkan pikiran dan perasaan.

Keempat, menulis. Untuk menyusun sebuah kalimat diperlukan upaya pengerahan kemampuan tata bahasa, kosakata, pengucapan atau ekspresi, hingga tingkat tertentu pilihan diksi. Lewat kebiasaan menulis, kemampuan tadi akan terus meningkat. Maknanya pula, kemampuan kognitif akan meningkat pula—otak terasah untuk menyusun kalimat yang bernas, yang mampu menggerakkan orang lain, atau mempersuasi dan menghibur. Semakin sering menulis, lazimnya semakin artikulatif pengungkapan pikiran dan hati seseorang.

Mungkin ada hobi lain yang punya manfaat serupa, menstimulasi otak agar terus ‘bekerja’. Dengan bekerja, sel-sel saraf akan terus berkomunikasi satu sama lain. Tak ubahnya pisau, semakin diasah akan semakin tajam, begitu pula otak kita. Mengisi teka-teki angka ala Jepang Sudoku adalah cara menaik lainnya, atau bisa pula bermain digital game. Pendeknya, banyak cara menyenangkan untuk mengasah otak, tinggal pilih mana yang Anda suka. (foto: tempo) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terkini