x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Sang Penghela Zaman

Dalam sejarah panjang manusia, kuda memperoleh tempat begitu istimewa—sosok hewan ini berkembang menjadi mitologi dalam beragam budaya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kisah-kisah mitologi China klasik kerap menyebut Bole. Bole diasosiasikan dengan qianlima, yang bermakna ‘kuda dengan 1.000 li’. Itulah kuda yang mampu berpacu hingga mencapai seribu li atau hampir sama dengan 400 km dalam satu hari.

Selama berabad-abad sejarah China, kuda telah dianggap sebagai hewan yang mampu memperlihatkan kinerja yang memerlukan kekuatan dan daya tahan luar biasa. Barangkali, lantaran alasan itulah sejak masa lampau kuda digunakan secara alegoris untuk merepresentasikan orang-orang yang luar biasa. Dalam kepustakaan China klasik, qianlima diartikan pula sebagai orang dengan bakat dan kemampuan luar biasa.

Tempat kuda yang begitu istimewa di hati masyarakat bukan hanya dijumpai dalam budaya China klasik. Dalam banyak kebudayaan, bahkan hingga kini, kuda memperoleh tempat begitu istimewa—khususnya kuda berwarna putih, lantaran putih merupakan warna langka bagi kuda.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kuda putih kerap kerap dikisahkan berbarengan dengan kisah-kisah pertempuran sebagai penarik kereta-kereta perang. Kuda putih diceritakan bersama para pahlawan yang unggul di medan-medan lega. Juga dengan kesuburan, atau dengan gagasan ‘sang penyelamat’.

Baik kuda yang benar-benar putih maupun kuda abu-abu, dengan rambut yang benar-benar putih, dianggap sebagai ‘putih’ oleh berbagai tradisi keagamaan maupun budaya. Di bukit Uffington, Inggris, umpamanya, ditemukan gambar Kuda Putih berukuran besar yang ditaksir berusia 3.000 tahun atau dibuat manusia yang hidup pada Zaman Perunggu.

Lantaran dianggap memiliki sifat-sifat luar biasa, kuda putih tumbuh menjadi mitos—bahkan sejak zaman kuno. Dalam mitologi Yunani, Pegasus adalah kuda putih yang mampu mentransendenkan dunia karena memiliki sayap. Bila bertanduk tunggal, ia disebut Unicorn. Dalam budaya India kuno, unicorn juga dikenal. Pada stempel berusia 2.500 tahun yang ditemukan di Mohenjo Daro dan Harappa, terlihat seekor unicorn beserta inskripsi yang belum terpecahkan hingga kini.

Dalam novel-novel karya penulis kontemporer, unicorn kerap muncul. Dalam serial Harry Potter yang ditulis oleh J.K. Rowling, unicorn dianggap sebagai hewan sakral yang bila membunuhnya berarti melawan alam. Namun tokoh antagonis Voldemort tetap membunuh dan mengisap darahnya karena meyakini itu membuatnya hidup abadi.

Dalam mitologi lain, kuda putih bahkan dilukiskan mempunyai tujuh kepala (Uchaishravas) atau berkaki delapan (Sleipnir). Ada pula kuda putih yang dianggap mampu meramalkan atau memeringatkan akan datangnya bahaya.

Sebagai simbol yang sangat khas, kuda putih juga sering dianggap mewakili figur pahlawan yang berperan menumpas kekuatan-kekuatan jahat. Herodotus melaporkan bahwa kuda putih dianggap sebagai hewan sakral dalam pengadilan Xerxes yang Agung (berkuasa pada 486-465 Sebelum Masehi.

Dalam berbagai tradisi lainnya, kuda-kuda putih membawa para wali atau penyelamat dunia. Dalam mitologi Celtic, seorang figur mistis bernama Rhiannon menunggangi seekor kuda putih-pucat. Ia dihubung-hubungkan dengan dewi Epona. Dalam mitologi lain, Bellerophon digambarkan menunggangi Pegasus, kuda putih bersayap putera Poseidon dan Medusa.

Dalam mitologi Nordik, yakni masyarakat yang menetap di wilayah Norwegia, Denmark, Islandia, dan sekitarnya, dikenal Sleipnir—kuda berkaki delapan, yang dianggap sebagai kuda terbaik di antara para dewa dan manusia, digambarkan berwarna abu-abu. Sleipnir juga merupakan moyang kuda abu-abu Grani, yang dimiliki oleh pahlawan Sigurd. Dalam batu bergambar Tjangvide dilukiskan penunggang kuda berkaki delapan tengah memasuki Valhalla—rumah para dewa dalam mitologi Nordik.

Kuda jantan putih menjadi salah satu representasi Tishtrya dalam tradisi Zoroaster—dua lainnya ialah pria muda dan sapi jantan. Spirit Kedewaan mengambil rupa kuda putih selama 10 hari terakhir setiap bulan dalam kalender Zoroaster serta dalam pertempuran memperebutkan kendali terhadap hujan. Kuda putih juga dilukiskan menjadi penarik kereta Aredvi Sura Anahita, yang menguasai air. Empat ekor kudanya mewakili ‘angin’, ‘hujan’, ‘awan’, dan ‘hujan bercampur es’.

Kuda putih muncul dalam mitologi Hindu. Pengorbanan kuda Vedic atau Ashvamedha berlangsung dalam ritual kesuburan yang melibatkan pengorbanan seekor kuda jantan abu-abu atau putih. Ritual serupa juga ditemui pada orang-orang Romawi, Celtic, dan Nordik, tapi diskripsinya tidak begitu lengkap.

Dalam tradisi Buddha, dikenal kuda putih bernama Kanthaka yang merupakan kuda kesayangan dan pelayan setia Pangeran Siddharta sebelum menjadi Buddha Gautama. Siddharta mengendarai Kanthaka setiap kali menghadiri peristiwa penting sebelum ia memilih untuk menolak dunia. Menyusul kepergian Siddharta dari istana, dikisahkan bahwa Kanthaka wafat karena hatinya terluka.

Seekor kuda putih berukuran besar dalam mitologi Korea muncul dalam cerita tentang Kerajaan Silla. Ketika orang-orang berkumpul untuk mendoakan raja, kuda ini muncul dari kilatan halilintar lalu menunduk pada sebutir telor yang bersinar. Setelah kuda kembali ke surga, telor itupun terbuka dan seorang anak lelaki Park Hyeokgeose muncul. Ketika ia tumbuh dewasa, ia berhasil mempersatukan enam negara yang berperang.

Barangkali, kisah tentang kuda—termasuk mitologinya—akan terus ada sepanjang usia umat manusia. Selain dalam Harry Potter, simbolisme mitologis tentang kuda putih telah diangkat dalam berbagai karya sastra, film, maupun cerita lainnya.

Penulis Inggris G.K. Chesterton menulis syair epik berjudul ‘Ballad of the White Horse’. Dalam Book I, The Vision of the King, ia menulis Inggris di masa-masa awal, dengan menampilkan figur kuda putih dan para dewa. Drama Rosmersholm karya sastrawan Denmark yang mashur, Ibsen, juga menampilkan karakter kuda putih. Para penggemar cerita fiksi karya J.R.R. Tolkien niscaya tak akan lupa pada Shadowfax, kuda putih yang menjadi andalan Gandalf dalam bertarung melawan kekuatan hitam.

Dalam sejarah panjang manusia, kuda memperoleh tempat begitu istimewa. Bersama manusia, kuda menghela zaman. ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu