x

Pendemo berhadapan dengan polisi huru-hara setelah terjadi ledakan saat berlangsungnya aksi damai oleh aktivis pro-Kurdi di Ankara, Turki, 10 Oktober 2015. REUTERS/Stringer

Iklan

Agus Supriyatna

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Berita Demonstrasi Mahasiswa yang Menyebalkan

Berita yang saya klik, lalu saya baca, adalah berita tentang aksi demonstrasi yang dilakukan oleh sekelompok mahasiswa Yayasan Administrasi Indonesia (YAI)

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 
Sambil leyeh-leyeh di tempat tidur nan empuk, di sebuah hotel di pinggir pantai di Makassar, saya mengklik-klik tautan berita di sebuah situs berita ternama. Ada sebuah berita, setelah saya baca, menarik saya untuk kemudian menuliskan ocehan tak penting ini.
 
Berita itu pun tak penting. Berita yang saya klik, lalu saya baca, adalah berita tentang aksi demonstrasi yang dilakukan oleh sekelompok mahasiswa Yayasan Administrasi Indonesia (YAI). Mereka berdemo di sekitar jalan dekat kampus YAI, Jalan Dipanegoro, Salemba yang bertetanggaan dengan RSCM, sebuah rumah sakit besar plat merah. 
 
Mereka berdemo karena kecewa dan marah dengan kebijakan kampus mereka. Masalah kejelasan administrasi yang mereka tuntut. Tapi, sepertinya pihak kampus kurang respon, maka sekelompok mahasiswa itu perlu turun ke jalan untuk menunjukan bahwa mereka sedang 'marah'. Spanduk pun dibentang, berisikan tulisan tuntutan pada pihak kampus.
 
Dan, biar lebih heroik dan gagah, selain berorasi, mereka juga melakukan aksi blokir jalan. Hingga jalan yang ada di sekitar kampus YAI dan RSCM, macet total alias tak bisa dilewati. Setelah membaca itu, kok saya ingin juga menunjukan 'kejengkelan' saya. Saya perlu menunjukan eksistensi saya sebagai pembaca berita yang tak sabaran dan setengah emosian. 
 
Adek-adek mahasiswa, demonstrasi adalah hak adek-adek dalam menyuarakan aspirasi. Demonstrasi juga ada tanda bahwa demokrasi ini masih menggeliat di negeri ini. Artinya, masih ada ruang kebebasan untuk mengekspresikan pendapat, gagasan, serta aspirasi. Tapi, demonstrasi yang terjadi juga sebuah isyarat, bahwa ada sesuatu yang disumbat, hingga aksi turun ke jalan akhirnya yang ditempuh. Ada ruang dialog yang tak terbangun, hingga yang kecewa, terpaksa berorasi, berteriak di jalanan. 
 
Tapi mbok kalau demonstrasi itu jangan sampai memblokir jalan. Aksi itu tak penting. Hanya bikin orang terganggu dan marah. Bagaimana coba, kalau para pengguna jalan yang marah karena jalannya diblokir itu melakukan aksi serupa, melakukan demonstrasi tandingan. Runyam kan bila seperti itu.
 
Ya, kalau mau heroik, carilah aksi yang cerdas. Bila memang mau di dengar, pakailah strategi yang cerdas. Tidak dengan blokir jalan, apalagi sampai bakar-bakar ban. Cara cerdas nan pintar itu, misalnya undang media, suarakan tuntutan dengan argumen yang bernas. Tapi jangan media yang abal-abal. Namun media terkenal, dan bila perlu yang mainstream. Cara lain, kirim rilis ke semua media, agar tuntutan dimuat jadi berita.
 
Memang, aksi blokir jalan manjur, karena kemudian banyak media yang memuatnya. Ya, karena aksi blokir jalan itu lumayan memang bisa hasilkan kehebohan. Para pengguna jalan dibuat kelimpungan, tak bisa lewat, karena jalan ditutup. Tapi, yakinlah, yang baca berita itu, alih-alih mengapresiasi aksi adek-adek, tapi justru mencibir, atau bahkan mencercanya. Ya, contohnya saya. Habis baca berita, mual, lalu menuliskan ini. 
 
Carilah cara simpatik. Misal bagi bunga ke pejalan dan pengguna jalan. Atau bila memang kebelet mau bakar-bakar, tolong jangan bakar ban. Asapnya hanya bikin pengap dan perih mata. Tapi, bakarlah ikan atau sate, lalu bagikan kepada pengguna jalan, atau kepada pejabat rektorat di universitas yang adek-adek demo. Setelah itu,  makan bareng dan mengobrol-lah. 
 
Yakinlah, aksi itu simpatik bin menarik. Nanti, akan muncul berita Mahasiswa universitas anu lakukan demonstrasi sambil bakar ikan. Mahasiswa sekolah tinggi anu, gelar makan bersama tuntut kejelasan kebijakan rektorat. Bukan kemudian berita yang dibaca, mahasiswa lakukan aksi blokir jalan dan bakar ban. Itu mah basi...
 

Ikuti tulisan menarik Agus Supriyatna lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu