x

Model memperagakan koleksi busana musim semi dan musim panas karya Anya Hindmarch saat London Fashion Week di London, Inggris, 22 September 2015. Anya Hindmarch tampil beda di London Fashion Week dengan tata panggung orisinil memadukan permainan caha

Iklan

Gusrowi AHN

Coach & Capacity Building Specialist
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Mengelola 'Blind Spot' Diri Kita

Pengen tahu kekurangan-kekurangan anda? Pengen tahu kemampuan anda yang masih bisa dikembangkan?, Maka Kelola-lah "Blind Spot" anda dengan baik!!!

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Jika pengen tahu kekurangan-kekurangan kita? Pengen tahu hal-hal tentang diri kita yang masih bisa dikembangkan? Pengen tahu kemampuan yang selama ini tidak kita sadari?  Maka, kita mesti mengelola dengan baik blind spot diri kita.

Pemaknaan saya terhadap konsep Blind Spot menurut Stephen Covey adalah ‘area gelap’ diri kita, yang merupakan ‘area terang’ bagi orang lain. Artinya, orang lain-lah yang bisa melihat dan menemukan apa yang tidak bisa kita lihat ada di dalam diri kita. Ilustrasi sederhananya, ‘tanpa bantuan cermin, kita tidak bisa melihat punggung kita, bukan?.

Ketidakmampuan melihat ‘punggung’ kita sendiri, menjadikan punggung yang berada di bagian belakang tubuh sebagai blind spot kita. Dengan bantuan cermin, maka kita  bisa melihatnya. Peran cermin inilah yang kita butuhkan dari orang lain dalam membantu kita mengelola blind spot kita.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Langkah terpenting yang kita butuhkan untuk bisa mengelola blind spot dengan baik adalah menjalin kerjasama dengan orang yang kita percayai mampu untuk secara jujur membantu melihat sisi lain diri kita. Jujur disini menjadi syarat penting. Dalam menjalin kerjasama dengan orang lain (baik dan dekat), terkadang kita lebih cenderung menyuarakan hal-hal yang bagus dan menyenangkan saja, dan menghindari hal-hal yang kurang baik, yang jika diungkapkan akan membawa  ketidaknyamanan pada hubungan baik yang terjalin.  Karena itulah, untuk mengelola blind spot, kita butuh orang yang mau jujur dan mau berterus terang tentang apa yang ia lihat atas diri kita.

Setelah menjalin kerjasama yang baik dengan orang yang kita percaya, langkah berikutnya adalah keikhlasan dan kelapangan hati menerima berbagai informasi, masukan, saran, kritik dan feedback, baik positif maupun negatif  tentang diri kita. Biasanya, respon terhadap hal-hal ini tidaklah mudah. Meskipun berasal dari orang yang kita percaya, menerima kritikan dan feedback tentang diri kita, khususnya dalam hal-hal yang negatif, tidaklah selalu mudah. Tingkah defensif, membela diri dan upaya-upaya mengklarifikasi untuk menunjukkan bahawa kritikan yang disematkan kepada kita adalah ‘salah’ adanya, seringkali menjadi jurus andalah yang dilakukan.  

Satu hal yang bisa membantu kita, agar bisa menerima dan melewati kritikan adalah dengan mengedepankan pemikiran, bahwa apa yang orang lain lakukan adalah upaya membantu untuk membuka ‘sisi gelap’ diri kita. Ketimbang emosional, defensif, dan sibuk mencari pembenaran diri, maka lebih baik kita berpikir: “Jangan-jangan di dalam kritik itu ada benarnya.  Ada baiknya aku merenungkan, memikirkan dan mempertimbangkannya. Mungkin ini memang saatnya untuk berubah”.  

Semoga dengan landasan berpikir seperti itu, kita terbiasa dengan kritikan, dan karenanya, bisa lebih konstruktif dampaknya bagi upaya kita mengelola blind spot diri kita. Semoga !. #gusrowi. 

Ikuti tulisan menarik Gusrowi AHN lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu