x

Seorang ibu berdoa jelang ujian seleksi masuk perguruan tinggi di sebuah kuil Budha di Seoul, Korea Selatan, 12 November 2015. Di Korsel diterima masuk perguruan tinggi bergengsi merupakan pencapaian tertinggi. REUTERS/Kim Hong-Ji

Iklan

Gusrowi AHN

Coach & Capacity Building Specialist
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Tidak Selamanya Pengalaman Itu Guru yang Terbaik

Segudang pengalaman tidak ada guna dan manfaatnya, jika tidak dijadikan sumber pembelajaran hidup.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kita sering mendengar ekspresi tentang “Pengalaman adalah Guru yang Terbaik”. Artinya, pengalaman yang pernah kita alami dan miliki adalah sumber pembelajaran yang sangat berharga, sehingga bisa menjadi acuan agar kita bisa terhindar dari ‘jatuh’ ke lubang kesalahan yang sama.  

Namun, disisi lain, tak jarang kita menemukan, banyak orang “tidak belajar” dari pengalaman yang dimiliki. Saya pernah bertemu dengan seorang residivis, yang keluar masuk penjara berkali-kali. Meskipun telah sering mengalami ketidaknyamanan hidup di dalam penjara, setelah keluar dari penjara ia tetap saja mengulangi kesalahan yang sama, dan akhirnya kembali masuk penjara.

Contoh lain terdapat dalam pekerjaan seorang konsultan manajemen. Seorang teman saya, yang berprofesi sebagai konsultan manajemen, dengan berbekal ijasah manajemen yang ia miliki, telah berhasil meyakinkan banyak klien-nya, bahwa yang ia sampaikan dan sarankan tentang bagaimana memulai bisnis adalah benar adanya. Padahal, teman saya ini sama sekali tidak memiliki pengalaman mengelola sebuah usaha bisnis, apalagi memilikinya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mungkin kita sendiri juga sering mengalami situasi, dimana ada orang yang meminta saran dan masukan tentang sesuatu yang kita sendiri belum pernah memiliki pengalaman melakukannya. Dahsyatnya, pandangan dan saran kita dipercayai, diyakini, dan diterapkan. Saya sendiri pernah mengalami ini.

Hanya berbekal ‘rasionalitas’ dan ‘common sense’, saya memberanikan diri memberikan masukan terhadap pertanyaan teman saya tentang apa yang harus ia lakukan untuk meluluhkan hati adiknya yang keras dan sulit dimengerti maunya. Padahal saya sendiri, anak bungsu, dan tidak pernah berpengalaman menghadapi nakal dan keras kepalanya seorang adik. Hasilnya? Luar biasa, teman saya berhasil meng-handle adiknya dengan baik, karena menjalankan saran yang saya berikan.

Disinilah, saya kemudian berani menyatakan, bahwa segudang pengalaman yang kita miliki, tidak akan menjamin kita bisa terhindar dari kesalahan-kesalahan ‘terjatuh’ di lubang yang sama. Namun, kemampuan dan kesuksesan kita belajar dari pengalaman-lah yang bisa menuntun kita untuk tidak mengulangi kesalahan-kesalahan yang pernah kita lakukan.

Jadi, guru terbaik kita yang sebenarnya adalah “pengalaman kita belajar dari pengalaman”, kemudian mengambil hikmah dan pembelajaran atas pengalaman itu. Tanpa proses ini, pengalaman hanyalah pengalaman yang tidak ada guna dan manfaatnya. #gusrowi.  

Ikuti tulisan menarik Gusrowi AHN lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu