x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Rekatkan Lagi Solidaritas Kita

Solidaritas sosial adalah kapital berharga untuk melawan teror maupun ancaman lain.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

“Solidaritas adalah gerakan yang mengubah arah sejarah.”

--Jeane Kirkpatrick (Mantan Dubes AS untuk PBB, 1926-2006)

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

#We are not afraid. Pesan yang disampaikan warga masyarakat ini adalah respon yang tegas terhadap aksi teror di Thamrin, Jakarta, pekan lalu. Warga bergandeng tangan dan saling menguatkan hati untuk tidak takut menghadapi aksi teror yang berusaha menciptakan kekacauan, ketakutan, rasa tidak aman, maupun menyebarkan kebencian dan prasangka.

Kekacauan yang sempat terjadi membuat jatuhnya korban tidak mudah dihindari. Empat warga berpulang. Kepulangan abadi mereka dapat menjadi pengingat bersama bahwa aksi teror itu irasional ketika dalam upaya mencapai tujuan (apabila memang ada), pelakunya menyasar siapapun.

Pesan #We are not afraid itu sekaligus sinyal bahwa solidaritas sosial, khususnya di kota besar, belum lagi mati. Denyutnya demikian terasa ketika peristiwa tertentu meletup—walaupun seyogyanya solidaritas itu juga terasa ketika keadaan normal. Tak perlu ada teror, solidaritas itu perlu senantiasa dirawat.

Betapapun, peristiwa yang memicu ketegangan dan kengerian semacam teror telah memantik rasa senasib sepenanggungan di antara warga. Dihadapkan pada ancaman mematikan, warga secara spontan dan bersama-sama menunjukkan bahwa ‘kita tidak sendirian’, ‘kita bisa berbagi duka’.

Masih adanya ikatan batin di antara warga sesungguhnya dapat menjadi kapital sosial yang berharga untuk menghadapi beragam tantangan: teror, banjir, gempa, kegaduhan politik, hingga peristiwa sosial lain. Solidaritas sosial adalah bekal untuk mengatasi tekanan hidup yang dihadapi bersama. Juga untuk menghalau prasangka dan kebencian.

Kita tahu, prasangka dan kebencian adalah unsur penting yang ingin diciptakan oleh pelaku teror. Dalam konteks Jakarta, juga sebelumnya di Paris, berbagai upaya dilakukan untuk mencegah tercapainya tujuan menciptakan prasangka dan kebencian di antara sesama warga. Sejauh ini, upaya tersebut tampak positif. Warga yang beraneka latar belakangnya semakin menyadari bahwa aksi teror tidak identik dengan agama.

Saya rasa, ancaman eksternal akan lebih mudah menembus masyarakat apabila ikatan sosial di antara warga semakin rapuh—terutama di tengah kerasanya kehidupan kota-kota besar. Tatkala individualitas kian menonjol, kepedulian di antara sesama warga semakin berkurang. Bagi ancaman eksternal, seperti pelaku teror maupun organisasi berkamuflase, ini dapat menjadi titik masuk yang mudah ditembus.

Setidaknya, itulah yang terjadi dalam konteks berbagai pemberitaan belakangan ini yang menyebutkan anggota keluarga hilang tak tentu rimbanya. Anak, isteri, suami, paman pergi entah kemana. Fenomena ini kelihatannya sudah berlangsung lama, namun keriuhannya baru meletup akhir-akhir ini. Ini memang bukan teror dalam wujud aksi kekerasan, tapi setidaknya ini adalah teror psikologis yang meresahkan masyarakat. Lemahnya solidaritas sosial membuat peristiwa ini terungkap demikian terlambat.

Dua peristiwa ini semestinya dapat menjadi momentum untuk menguatkan kembali solidaritas sosial; bahwa kita tidak bisa hidup tanpa peduli kepada orang lain, atau (akibatnya) orang lain akan tidak peduli terhadap kita. Dalam lingkungan yang berubah cepat dan tekanan hidup yang semakin keras, kita justru semakin membutuhkan solidaritas sosial dan kekompakan. Kita perlu bergandengan tangan untuk menghadapi tantangan hidup yang semakin absurd. (foto; tempo.co) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB