x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Di Era Digital, Apakah Jurnalis Kian Mandiri?

Dalam konteks hari pers saat ini, para jurnalis seyogyanya menegaskan kembali apa yang ingin ia perjuangkan dan kepada siapa kesetiaannya diberikan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

“A free press needs to be a respected press.”

--Tom Stoppard (penulis drama, 1937-...)

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di tengah arus deras informasi yang silih-berganti dengan sangat cepat, pers nasional dihadapkan tantangan serius: beradaptasi terhadap perubahan zaman sembari tetap berpegang pada prinsip-prinsip jurnalistik. Barangkali terkesan paradoksal, tapi jika para jurnalis tidak setia kepada prinsipnya, apa yang akan membedakannya dari media lain yang tumbuh karena perkembangan teknologi?

Para pemilik media cetak, radio, maupun televisi pada umumnya juga memiliki media online. Salah satu alasan mengapa mempunyai media online itu penting ialah karena perilaku pembaca dan masyarakat yang berubah. Masyarakat telah menjadikan teknologi digital sebagai bagian dari keseharian hidupnya, dan lazimnya mereka menuntut kecepatan dan kebaruan informasi.

Media cetak tidak mampu memenuhi tuntutan kebaruan secepat media online maupun media sosial. Ketika kemudian para jurnalis mengembangkan media online sebagai pelengkap dari media lain yang sebelumnya digarap, mereka dituntut untuk bekerja dengan tetap mengikuti prinsip dan kaidah jurnalistik. Bila tidak, rumor akan mudah masuk dan dipublikasikan sebelum dipastikan kebenarannya.

Demi mengejar kebaruan dalam waktu secepat-cepatnya, terbuka potensi bahwa sebuah informasi yang masuk ke ruang redaksi (newsroom) tidak diverifikasi lebih dulu kebenaran atau ketidakbenarannya. Mungkin juga tidak dilakukan cek dan recek dengan menggali informasi dari sumber-sumber yang berbeda atau bahkan berlawanan (jika itu terkait perselisihan). Obsesi kepada kecepatan dapat menyingkirkan terpenuhinya akurasi dan asas kesetimbangan dalam menampung pandangan yang berbeda-beda.

Dibandingkan masa Orde Baru, para jurnalis punya kebebasan yang sangat cukup dalam menyampaikan informasi yang penting diketahui oleh masyarakat luas. Tapi, para jurnalis juga punya tanggungjawab untuk memastikan bahwa informasi itu benar. Ruang redaksi adalah clearing house untuk menjernihkan informasi melalui verifikasi sebelum informasi itu disampaikan ke ruang publik. Tanggung jawab inilah yang membedakannya dari media sosial.

Isu krusial lainnya terkait dengan apa yang diperjuangkan para jurnalis dan kepada siapa loyalitasnya diberikan? Dalam dua hal ini, situasinya cukup mencemaskan mengingat sejumlah pemilik media publik (koran, televisi, media pers online) dipunyai oleh orang-orang yang aktif secara bisnis maupun politik. Dalam pertarungan memperebutkan kursi parlemen maupun RI-1 pada 2014, kecondongan politik dan bahkan keberpihakan media-media ini sangat terlihat. Kecenderungan ini kelihatannya akan berlanjut dalam medan politik 2019 mendatang.

Dalam konteks hari pers saat ini, para jurnalis seyogyanya menegaskan kembali apa yang ingin ia perjuangkan dan kepada siapa kesetiaannya diberikan. Siapapun yang memilih jadi jurnalis telah diajar perihal sejumlah prinsip. Dua di antaranya, sebagaimana disarikan oleh Bill Kovach dan Tom Rosenstiel dalam buku The Elements of Journalism, sangat mendasar. Pertama, kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran. Menjadi kewajiban para jurnalis untuk menyampaikan kebenaran, sehingga masyarakat memperoleh informasi yang mereka butuhkan untuk berdaulat.

Jurnalis telah dilengkapi dengan seperangkat cara untuk menyaring sekian banyak informasi yang ia peroleh dari fakta yang ia lihat, ucapan yang ia dengar, maupun interaksinya dengan banyak orang. Tak kalah penting, dalam mengejar kebenaran itu, jurnalis mesti membebaskan diri dari kepentingan tertentu yang merugikan (disinterested pursuit of truth).

Prinsip kedua terkait dengan loyalitas. Loyalitas pertama jurnalis ialah kepada warga (citizens). Pencarian kebenaran dalam prinsip pertama ditujukan untuk melayani warga bangsa—bukan untuk memuaskan keinginan penguasa atau pemerintah, partai politik, pebisnis dan perusahaan, tentara dan polisi, lembaga survei, juga bukan untuk menuruti kemauan pemilik media tempat jurnalis bekerja (terlebih lagi para pemilik ini adalah politikus aktif).

Jurnalis harus bekerja semata-mata untuk kepentingan warga bangsa. Di tengah lalu-lalang informasi yang sangat cepat dan padat, pers yang bebas dan independen berperan sangat krusial dalam menyajikan informasi yang akurat. Inilah kontribusi penting para jurnalis di era digital. (foto: tempo) **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu