x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kapan Ilmuwan Kita Menulis Buku Sains Populer?

Buku sains populer masih juga sukar dijumpai, mengapa ilmuwan kita enggan menulis?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

"Kebanyakan orang berkata, kecerdasanlah yang menjadikan ilmuwan hebat. Mereka salah: karakternya."

--Albert Einstein (1879-1955)

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Nobelis fisika Richard Feynman pernah menulis memoar berjudul Sure’ly You’re Joking, Mr. Feynman! Buku ini menarik, selain karena ditulis secara populer, encer, dalam bahasa sehari-hari, lucu dan seru, juga karena mengisahkan hidup Feynman sejak kecil.

Buku ini menjadi bukti bahwa meskipun Feynman fisikawan serius, ia punya selera humor yang tak kalah serius, yang sanggup menggelitik saraf ketawa kita. Dulu, ia dikenal sebagai dosen yang favorit yang mengajar topik-topik pelik dengan cara menyenangkan. Biografinya yang lebih serius ketimbang buku tadi ditulis oleh James Gleick. Tapi, bagi awam, Sure’ly merupakan jalan yang lebih enak untuk mengenal kehidupan fisikawan maupun ilmu fisika.

Astrofisikawan Stephen Hawking tak kalah produktif dalam menulis buku yang ia harapkan relatif mudah dipahami oleh awam. Yang legendaris adalah The Brief History of Time, yang sudah laku jutaan eksemplar. Buku-buku Hawking yang terbit sesudahnya, seperti Black Holes and Baby Universes and Other Essays, kurang laku dibandingkan dengan The Brief.

Di dunia Barat, buku-buku sains populer relatif banyak, termasuk yang ditulis oleh para ilmuwan sendiri. Bagi awam, membaca penjelasan populer langsung oleh ilmuwan merupakan nilai tambah tersendiri. Dari segi bobot keilmuannya, buku sejenis ini tetap dinilai tinggi walaupun ditulis secara populer.

Sayangnya, di Indonesia, buku sains populer yang ditulis sendiri oleh ilmuwan boleh dibilang langka. Bahkan, buku sains yang ditulis secara akademis pun tak mudah dijumpai. Padahal, Indonesia punya banyak ilmuwan dan ada banyak topik yang dapat ditulis dari sudut keahlian masing-masing. Lagi pula, Indonesia punya banyak persoalan. Misalnya, tentang kegempaan mengingat Indonesia berada di jalur gempa yang sangat aktif.

Menulis buku sains populer barangkali memang tidak termasuk prioritas dalam daftar kerja para ilmuwan kita. Padahal, kehadiran buku semacam ini amat bermanfaat untuk meningkatkan melek sains masyarakat kita. Beragam isu yang berkembang dalam masyarakat modern tidak lepas dari perkembangan sains dan teknologi, seperti perubahan iklim dan rekayasa genetika.

Kurangnya buku-buku sains populer membuat keahlian para ilmuwan tidak tersebar luas, sebab yang membaca karya mereka akhirnya terbatas komunitas ilmuwan sendiri, seperti peneliti, akademisi, dan mahasiswa. Ketika banyak kebijakan publik terkait dengan pengetahuan ilmiah atau sains, maka membekali masyarakat dengan pengetahuan tersebut akan membuat masyarakat bisa ikut bicara dan memengaruhi pengambilan keputusan.

Dengan menulis buku sains populer, ilmuwan berkomunikasi langsung dengan khalayak luas di luar wilayahnya selama ini—kampus, laboratorium, jurnal, konferensi. Para ilmuwan semestinya memperdekat jarak dengan masyarakat luas dan menyukai berbincang-bincang dengan awam untuk membuat mereka lebih memahami alam sekitarnya. ***

(sumber foto: strangenotion.com)

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu