x

Iklan

Asep Bahtiar Pandeglang

www.asepbahtiar.com
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Dunia Menutup Mata Terhadap Karya Seni Teman Saya

Ada banyak manusia di negara ini yang begitu pintar dan ahli dalam bidangnya masing-masing, tapi sedikit sekali dari mereka yang mempunyai kesempatan untuk

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Malam itu saya di undang oleh Imal, seorang kawan di desa untuk kumpul-kumpul di rumahnya, kebetulan ada kawan lama saya bernama Rijal yang sudah lama tidak bertemu, teman lama sewaktu Sekolah Dasar (SD), kopi dan kueh tersedia di meja hidangan, dan kami pun ngobrol dengan asiknya, tiba tiba, pandangan mata kawan saya, Rijal, terpaku pada seonggok koran bekas yang bertumpuk di dalam lemari kayu

“Itu koran bekas di pake gak?” tanya nya kepada Imal si empu rumah

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Gak kok, ambil aja kalau kamu ingin baca-baca”

“Bukan untuk saya baca, aku ingin buat motor-motoran” Kata Rijal

Saya dan Imal saling berpandangan, tidak tahu apa yang dimaksud teman kami si Rijal, tanpa aba-aba, tangannya langsung menyergap koran-koran bekas itu, di rapihkannya lalu ia sobek-sobek di beberapa bagian.

“Ada gunting gak? Kalau bisa sama Lem kayu ya?”

Imal, si empu rumah tanpa banyak cakap segera pergi ke dapur dan mengambil gunting beserta lem pesanan si Rijal, sementara Rijal sedang asik menggunting beberapa koran bekas tersebut, melipat-lipat dan menyusunnya, saya dan Imal terus saja bercakap-cakap tanpa perduli apa yang dikerjakan oleh Rijal, lama sekali kami ngobrol hilir mudik sampai tak terasa kopi dan kueh sudah hampir habis

“Sudah jadi nih” Teriak Rijal memecah obrolan kami yang asik, tangannya mengapung sambil memamerkan benda keramat yang baru saja dibuatnya “Coba kalian lihat, bagus tidak ?!”

Saya dan Imal terbelalak melihat arca seni tangan berbentuk motor Vespa yang kesemuanya terbuat dari koran bekas. Saya langsung memegang dan menekuk-nekuk bagian motor-motoran itu, tidak lengket, keras, tidak robek, aneh sekali pikir saya.

“Ini kamu bikin tanpa kayu, bambu atau lidi kan?” Tanya saya penasaran

“Semuanya dari koran” ujar Rijal sambil menyeruput kopi yang sudah dingin, obrolan kami langsung memberondong puluhan pertanyaan kepada Rijal sebagai dalang arca seni malam itu, saya sendiri sudah lama tidak pernah bertemu Rijal, mungkin delapan tahun lamanya, semenjak ia lulus sekolah SLTA di kecamatan saketi, lalu terdorong oleh kawannya untuk merantau ke Jakarta.

“Di Jakarta saya bekerja membuat kesenian tangan itu mulai dari perahu, kapal terbang, saung rumah-rumahan, sepeda motor, gelas, piring-piringan, semua terbuat dari koran bekas yang kami beli kiloan dari pasar Tanah Abang” kata Rijal menjelaskan pengalaman hidupnya. Tiga tahun ia bekerja membuat seni rupa koran-koran bekas tersebut, dalam satu hari ia bisa membuat sepuluh sampai limabelas biji, sayangnya karya seni yang ia ciptakan terlalu murah untuk dipasarkan.

“Paling motor-motoran seperti itu laku Rp 15rb, satu hari penghasilan saya hanya 60-70rb, itu belum makan, bayar kontrakan, miris lah, 3 tahun kelompok kesenian tangan itu bubar”

“Kenapa bubar?” tanya saya kaget.

“Bos saya di penjara !!”

Rijal melanjutkan ceritanya, bahwa Bos nya yang biasa di panggil Dedi tersebut, akibat krisis ekonomi yang melanda keluarganya, ia terpaksa mencuri motor milik tetangganya, naasnya ia tertangkap basah oleh warga kemudian dilaporkan ke Polisi, semanjak Bos nya masuk penjara itulah Rijal beralih profesi menjadi pedagang asongan dan bekerja serabutan atau menjadi kuli di toko sembako milik si engkoh. Karena bosan dengan kondisinya di Kota besar yang begitu-begitu saja, Rijal akhirnya pulang kampung dan lebih memilih menggarap sawah milik orangtuanya

“Saya sudah lama tidak membuat karya seni dari koran-koran bekas itu, saya sendiri kaget kok masih bisa membuatnya…” Kata Rijal

“Kenapa kamu tidak membuat saja puluhan karya seni itu lalu bisa kamu jual ?”

“Ah buat apa, cuma menghabiskan waktu, di jakarta saja penghasilannya kecil banget, apalagi di desa, yang membuat sulit itu begini loh, barang-barang yang kami buat itu di tampung oleh pengkoleksi seni hias, dia beli murah dari kami, seharga 10-15 rb per biji sedangkan ia menjual kepada orang-orang kaya dan turis asing seharga Rp 100-150 rb, jadi yang kaya raya itu bukan kami, tapi mereka…!!” Seru Rijal

Ia menjelaskan bahwa untuk memulai usaha kerajinan tangan itu tidak mudah bila mengandalkan kesenian semata, apalagi anak buah yang bekerja di perusahaannya nanti harus di latih terlebih dahulu dan harus benar-benar punya bakat khusus.

“Dulu sewaktu saya di jakarta, saya di ajari bos saya selama satu bulan, itu belum menghitung biaya makan sehari-hari saya di Jakarta, Jadi kalau saya memulai dari awal, mengajari orang-orang baru itu sungguh berat, di tambah lagi saya harus mengurus penjualannya, suplay barangnya, ah pokoknya ribetlah…”

Saya mengangguk-ngangguk saja mendengar cerita Rijal, kawan lama saya yang baru saja bertemu tersebut. Tidak berapa lama saya langsung memotret hasil karya teman saya itu, cekrak cekrek di sana sini, bagi saya ini unik, sebab baru pertamakali saya melihat karya seni yang terbuat dari koran bekas, biasanya terbuat dari kayu atau plastik, ini berbeda. Saya coba-coba cari di Google berapa harga karya seni tersebut di jual, sayangnya saya tidak menemukan harga paten di pasaran, beberapa gambar karya seni dari koran bekas saya dapatkan juga yang lebih keren dan menarik. 

Ada banyak manusia di negara ini yang begitu pintar dan ahli dalam bidangnya masing-masing, tapi sedikit sekali dari mereka yang mempunyai kesempatan untuk menunjukan keahliannya, seperti nasib teman lama saya, Rijal, yang lebih memilih menjadi Petani di desa, padahal dari hasil karya seni tangannya ia bisa membuat negara ini bangga dan tentunya mendapat penghasilan lumayan ke kantong pribadinya sendiri. Tapi sayang, dunia menutup mata terhadap karya seni teman saya. (*)

Ikuti tulisan menarik Asep Bahtiar Pandeglang lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu