x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Belajar dari Kepunahan Hobbit, si Manusia Flores

Jejak-jejak manusia hobbit di Flores menyingkapkan sebagian rahasia manusia masa lampau.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Manusia hobbit bukan hanya ada dalam The Hobbit dan The Lord of the Rings, dongeng gubahan penulis J.R.R. Tolkien. Manusia bertubuh pendek, diperkirakan tingginya sekitar 105 cm, yang disebut hobbit itu sudah punah. Jejak-jejaknya ditemukan para peneliti Indonesia dan asing baru-baru ini di Liang Bua, Flores—dan karena itu manusia hobbit disebut pula Homo floresiensis.

Para peneliti menarik kesimpulan menarik: kaum hobbit punah bersama hewan-hewan setempat kira-kira 50 ribu tahun yang silam. Mungkin, menjelang atau segera (kira-kira 40 tahun) setelah manusia modern menjejakkan kaki ke tanah kaum hobbit. Kesimpulan ini mengoreksi penelitian sebelumnya yang menyatakan kaum hobbit musnah sekitar 12 ribu tahun yang silam—artinya, pernah hidup cukup lama bersama manusia modern.

Kepunahan makhluk memang keniscayaan, hanya saja para peneliti ini belum menemukan jawaban yang pasti apa penyebab kepunahan hobbit bersama hewan-hewan lokal itu. Di masa itu kaum hobbit hidup bersama hewan seperti burung pemakan bangkai, bangau raksasa Marabau, gajah purba mini, maupun hewan-hewan lain. Dugaan sementara, kaum hobbit maupun hewan-hewan ini menjadikan gajah mini sebagai makanan. Ketika gajah mini habis, habis pula sumber makanan mereka. Dan, selanjutnya, mereka mati.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selain isu bagaimana kaum hobbit dan hewan-hewan itu punah, ada fakta menarik yang layak diperhatikan. Ternyata, seperti kata Matthew Tocheri, paleonthropologis di Lakehead University, Ontario, Kanada, ada berbagai jenis spesies hominin. Jadi, di masa lampau, keragaman umat manusia jauh lebih besar dibandingkan dengan keragaman di masa sekarang. Tapi semua hominin itu sudah punah, yang tersisa tinggal manusia modern—kita.

Manusia hobbit punah, hewan-hewan purba punah. Pelajaran apa yang diberikan melalui alam? Kita, yang masih hidup di masa sekarang, perlu memahami dengan lebih baik mengapa makhluk-makhluk itu punah dan kita—manusia modern—mampu bertahan di tengah dunia yang terus berubah.

Semakin kita mengerti, semakin menyadari, mestinya kita mampu membuat keputusan yang lebih baik perihal bagaimana cara kita merawat planet kita beserta isinya demi masa depan manusia. Bila tidak, kepunahan manusia modern berada di ambang mata.

Temuan penting di Liang Bua ini mengisyaratkan kekayaan negeri ini bagi kajian tentang manusia dan alam sekitarnya. Selalu saja ada yang baru dari setiap kunjungan ke situs Liang Bua, seperti dituturkan arkeolog Thomas Sutikna. “Setiap tahun kami kembali ke sana,” kata Sutikna, “kami memelajari sesuatu yang tidak diketahui atau disadari sebelumnya.”

Banyak misteri belum terungkap dari masa lampau manusia. Jejak-jejaknya yang bertebaran di negeri ini menanti disingkapkan rahasianya. Seperti di Liang Bua, Gua Baros dengan lukisan di dinding guanya, maupun situs-situs lain—di sanalah, kita dapat mengenali moyang manusia dengan lebih akrab untuk menjawab pertanyaan: ‘Siapa kita?’. (sumber ilustrasi: sci-news.com) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB