x

Ratusan warga melakukan penyegelan Pulau G, Muara Angke, Jakarta, 17 April 2016. Ribuan nelayan di Muara Angke menggelar aksi menolak kebijakan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) terkait reklamasi Teluk Jakarta. TEMPO/Subekti

Iklan

Anton Priyanto

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Fenomena Kepemimpinan Ahok dan Renungan Masa Depan

Fenomena Ahok dalam memimpin Jakarta selama ini.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sekilas Ahok.

Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok adalah putra pertama dari Indra Tjahaja Purnama dan Buniarti Ningsing. Ia lahir di Belitung Timur, Bangka Belitung, 29 Juni 1966 memiliki 3 saudara kandung yaitu Basuri Tjahaja Purnama (dokter PNS dan Bupati di Kabupaten Belitung Timur), Fifi Lety (praktisi hukum), Harry Basuki (praktisi dan konsultan bidang pariwisata dan perhotelan). Pendidikan strata 1 ditempuh di Universitas Trisakti jurusan Teknik Geologi pada Fakultas Teknik Mineral. Setelah lulus, Ahok kembali ke Belitung dan mendirikan CV Panda yang bergerak di bidang kontraktor pertambangan PT.Timah pada 1989.  Pada 1994 Ahok menyelesaikan pendidikan S2 dan mendapatkan  gelar Master Manajemen di Sekolah Tinggi Manajemen Prasetiya Mulya. Ahok menikah dengan Veronica dan dikaruniai 3 orang putra-putri bernama Nicholas Sean Purnama, Nathania, dan Daud Albeenner. 

Pada tahun 1992 Ahok memulai dunia bisnis sebagai Direktur PT Nurindra Ekapersada. Selanjutnya bekerja di PT Simaxindo Primadaya dan resign pada tahun 1995. Ia kemudian mendirikan pabrik di Dusun Burung Mandi, Desa Mengkubang, Kecamatan Manggar, Belitung Timur, sebuah Pabrik pengolahan pasir kuarsa  yang pertama dibangun di Pulau Belitung, dan memanfaatkan teknologi Amerika dan Jerman. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Lokasi pembangunan pabrik ini adalah cikal bakal tumbuhnya kawasan industri dan pelabuhan samudra, dengan nama Kawasan Industri Air Kelik (KIAK).  Pada akhir tahun 2004, investor asal Korea berhasil di gandeng untuk membangun Tin Smelter (pengolahan dan pemurnian bijih timah) di KIAK. Investor asing tersebut tertarik dengan konsep yang disepakati untuk menyediakan fasilitas komplek pabrik maupun pergudangan lengkap dengan pelabuhan bertaraf internasional di KIAK.

Merambah dunia Politik

Pada tahun 2004 Ahok masuk dunia politik dan bergabung dengan Partai Perhimpunan Indonesia Baru (Partai PIB) sebagai ketua DPC Partai PIB Kabupaten Belitung Timur, dan mendapatkan jabatan di antaranya:

1.      DPRD Belitung Timur. Pada pemilu 2004 ia mencalonkan diri sebagai anggota legislatif dan terpilih menjadi anggota DPRD Kabupaten Belitung Timur periode 2004-2009. (1 tahun).

2.      Bupati Belitung Timur. Pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Belitung Timur tahun 2005, Ahok berpasangan dengan Khairul Effendi, B.Sc. dari Partai Nasional Banteng Kemerdekaan (PNBK)  terpilih menjadi Bupati-Wakil Bupati Belitung Timur untuk pertama kali  periode 2005-2010, namun pada 11 Desember 2006 Ahok mengundurkan diri sebagai bupati dalam rangka maju Pilgub Bangka Belitung 2007. Tapi, ia kalah dari pasangan  Eko Maulana Ali. (1 tahun).

3.      Anggota DPR RI 2009-2014. Pada Pemilu tahun 2009, Ahok ikut dalam pemilihan legislatif dan terpilih menjadi anggota DPR RI dari daerah pemilihan Bangka Belitung dari Partai Golongan Karya dengan perolehan 119.232 suara dan duduk di Komisi II DPR RI. (2 tahun).

4.      Wakil Gubernur DKI Jakarta.  Ahok digandeng  berpasangan dengan Joko Widodo dalam Pemilihan umum Gubernur DKI Jakarta 2012. Pasangan Jokowi-Ahok ini mendapat 1.847.157 (42,60%) suara pada putaran pertama, dan 2.472.130 (53,82%) suara pada putaran kedua, mengalahkan pasangan Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli.

5.      Gubernur DKI Jakarta. Pada 14 November 2014, DPRD DKI Jakarta mengumumkan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta menggantikan Joko Widodo yang telah menjadi Presiden Republik Indonesia dan resmi dilantik sebagai Gubernur DKI oleh Presiden Jokowi pada 19 November 2014 di Istana Negara.

Prediksi Orang Pinggiran, Masa Depan Jakarta di Tangan Ahok. 

Ahok sangat ambisius dapat diliat dari karir politiknya dalam rentang tahun 2004-2012 mendapatkan 5 jabatan penting  bahkan sebelum menjabat Gubernur DKI ia selalu resign dari jabatannya sebelumnya pada masa 1 hingga 2 tahun saja.  Dari sini sedikit banyak dapat di prediksi bahwa Ahok menyimpan potensial cita cita tinggi dan ingin mengubah Jakarta menjadi sangat berbeda dari budaya asli Jakarta. Dari beberapa kebijakan fenomenal Ahok dapat diduga ia menginginkan Jakarta laksana kota Singapura ataupun Shanghai dan Hongkong. Kota kota tersebut sangat tertib, maju dan homogen, hal ini karena tingkat ekonomi masyarakat sangat tinggi dimana kaum marjinal sudah terpinggirkan dan terusir dari pusat kota. Penggusuran demi penggusuran akan membuat Jakarta mengarah kepada 3 kota tersebut.

Reklamasi 17 pulau teluk Jakarta buat siapa…?  Sebelum reklamasi 17 pulau teluk Jakarta menjadi topik di media massa,  tidak pernah ada ulasan yang mengangkat pemukimanan Pantai Indah Kapuk, Marina dan Ancol, padahal daerah pemukiman ini sudah dapat dipastikan hampir tidak ada lagi penduduk kelas menengah kebawah, artinya sudah menjadi homogen. Berubahnya wilayah dari heterogen menjadi homogen akan membuat wilayah tersebut menjadi kawasan private artinya tidak sembarangan orang yang tidak berkepentingan memasuki wilayah ini karena sudah terintegrasi dengan sistem keamanan lebih mendalam lagi (one gate system) artinya sudah terbentuk kawasan eksklusif dalam Negara lingkup kecil.  

Kembali kepada reklamasi 17 pulau teluk Jakarta, kawasan ini semula adalah laut yang diurug menjadi pulau pulau.  Pertanyaannya kenapa harus reklamasi, apakah tidak ada daratan lagi.  Dibutuhkan anggaran yang sangat besar untuk menjadikan wilayah ini menjadi daratan baru, karena terjadinya pulau pulau berasal dari tanah tumbuh yang dibuat secara pribadi perusahaan pengembang, mahalnya investasi tentunya sudah menjadi pertimbangan masa depan untuk kepentingan eksklusif. Ketentuan ini juga disebutkan untuk rumah tinggal harga satuan termurah di Jakarta adalah Rp 10 miliar. Banten, Jabar dan Jatim Rp 5 miliar. Jateng, DIY, dan Bali Rp 3 miliar. NTB, Sumut, Kaltim, dan Sulsesl Rp 2 miliar, serta daerah lainnya di luar daerah-daerah tersebut Rp 1 miliar. Adapun untuk apartemen harga termurah di Jakarta Rp 5 miliar. Banten, Jabar, Jateng, dan DIY Rp 1 miliar. Jatim Rp 1,5 miliar. Bali Rp 2 miliar. NTB, Sumut, Kaltim, dan Sulsesl masing-masing Rp 1 miliar serta dan daerah lainnya Rp 750 juta.

Mari kita berpikir harga segitu sebuah nilai yang sangat terjangkau untuk mata uang asing apabila di kurs kan dengan rupiah. Akankah masa depan Jakarta seperti Singapura, Shanghai dan Hongkong sebuah kota megapolitan yang sangat maju, dipenuhi dengan pusat perbelanjaan modern milik asing seperti Lottemart (Korea), Aeon (Jepang) Ikea (Swedia) dan lain lain. Semua kenyamanan tersebut untuk kemudahan warga asing dan orang kaya sedangkan pasar tradisional dan koperasi seperti pasar inpres, pasar jaya dan pasaraya sudah dipinggirkan karena mengakomodasi kearifan lokal masyarakat,  seiring dengan penduduk miskin yang dipinggirkan dari Jakarta satu demi satu.

Ikuti tulisan menarik Anton Priyanto lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

22 jam lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

22 jam lalu