x

Munaslub Golkar Disepakati pada 7 Mei

Iklan

Seha Buddin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Riwayat Golkar Tamat

Jika Munaslub Memilih Aburizal Bakrie Riwayat Golkar Tamat

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

partai golkar

Tak ada yang baru. Masih begitu-begitu saja. Itulah sekelumit berita menjelang digelarnya Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Partai Golkar di Bali Mei mendatang.

Golkar menurut hemat saya, akan tamat riwayat keemasannya pada 2019 mendatang. Atau meminjam bahasanya akan menjadi Dinosaurus karena terlalu lama mengasuh konflik sampai 1,5 tahun lamanya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Anda mungkin ingat atau bisa disegarkan kembali dengan iklan partai Golkar tahun 2014 di youtube. Iklan tersebut kini hampa tak bernilai.

Ada anak kecil tergolek sakit dan demam panas. Ibunya malah tertawa sembari memegang baju berwarna kuning. Anak tersebut tiba-tiba sembuh dan bangkit. Lalu, melihat ayahnya yang sedang mengecat becak berwarna sama dengan Partai Golkar.

Ayah sang anak mengajak banyak orang turun ke jalan membawa bendera Partai Golkar. Sampai akhirnya tiba di sebuah jalan bertemu Bis bertuliskan: “Suara Golkar Suara Rakyat” yang disebelahnya terpampang foto Ketua Umum, Aburizal Bakrie.

Iklan tersebut, hanya citra belaka. Realitas politik kekinian Golkar justru kian mengkhawatirkan. Kebijakan Golkar makin melukai rakyat, bukan lagi penyembuh seperti iklan itu.

Dalam Munaslub saya memrediksi, Partai Golkar akan memasang strategi parkir bus. Artinya, bertahan untuk mempertahankan Aburizal Bakrie kemudian melakukan serangan balik agar peserta Munaslub menyepakati aklamasi.

Akankah Munaslub Aklamasi Untuk Aburizal?

Indikasi itu, sudah dimulai dengan digelarnya Musyawarah Daerah (Musda) Partai Golkar yang aklamasi memilih pemimpin lama. Di Sumsel misalkan, Alex Noerdin secara aklamasi terpilih kembali menjadi Ketua DPD Golkar Sumsel periode 2016-2022. Bahkan, Aburizal Bakrie sendiri yang menyatakan kalau Musda diusahakan aklamasi.

Gelagat yang terjadi di Musda, bukan mustahil terjadi di Munaslub. Bahkan, sejumlah skenario sudah mulai kelihatan dengan mewajibkan mahar sebesar Rp 1 miliar bagi para calon ketua umum (caketum) Partai Golkar.

Lantas ada juga Komite Etik yang sebetulnya kebijakan politik semu untuk partai besar sekelas Golkar. Bukankah Komite Etik menjadi pembenaran sejarah kalau dalam setiap Munas Partai Golkar dugaan politik uang itu benar adanya?

Lantas, jika merunut siapa-siapa saja yang akan mencalonkan diri, jelas politisi berduit di Partai Golkar didominasi oleh loyalis Aburizal. Dan bisa jadi pula, dalam prakteknya di Munas melakukan lobi politik sehingga tersusun skenario Aburizal agar terpilih kembali.

Memang sich, katanya Aburizal tidak akan mencalonkan diri kembali. Namun, dalam sebuah berita yang saya membaca kemungkinan Aburizal mencalonkan malah terbuka lebar.

Jika Kader Partai Golkar Buka Mata

Dalam sebuah jajak pendapat yang digelar Litbang Kompas, terungkap kalau Agung Laksono atau Aburizal Bakrie ditenggarai bukan figur yang mampu menyelesaikan konflik.

Jika merujuk jajak pendapat itu dan dikaitkan dengan Munaslub Partai Golkar, ada harapan bagi para calon ketua umum (caketum) untuk memimpin Partai Golkar periode 2016-2021.

Dan memang, jika Golkar tak ingin tamat riwayat keemasannya, harus berani memilih figur yang memiliki program revolusioner. Seorang tokoh yang mampu membakar semangat kader bukan dengan gaya saudagar yang dibayar setelah pekerjaan selesai.

Jika kader Golkar membuka mata, prestasi terburuk partai Golkar selama mengasuk konflik tak bisa dibantah. Faktanya, adalah kekalahan 12 kader Partai Golkar dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak pada 9 Desember 2015.

Berbeda dengan PDI Perjuangan yang memenangkan 14 daerah dari 23 daerah yang menggelar pilkada. Memang, ada beberapa daerah yang menang namun diraih setelah berkoalisi dengan partai politik lain.

Jika kader Golkar membuka mata, sesungguhnya momentum terbaik mengembalikan kepercayaan Golkar adalah berani bersikap dan keluar dari sangkar politik yang sudah membongsai kebesaran Golkar.

Dinamika Golkar di era Aburizal Bakrie selalu dibesarkan dengan isu-isu kontraproduktif dengan realitas politik partai.

Nah, apakah benar-benar Partai Golkar akan tamat? Kita tunggu siapa figur yang akan terpilih dalam Munaslub Mei mendatang. ***

Ikuti tulisan menarik Seha Buddin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Taman Pecinta

Oleh: Wahyu Kurniawan

Senin, 29 April 2024 12:26 WIB

Terpopuler

Taman Pecinta

Oleh: Wahyu Kurniawan

Senin, 29 April 2024 12:26 WIB