x

Iklan

Nur Isnaini

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Tafsir Al Mishbah dalam Tradisi Tafsir Nusantara

Review buku: Diskursus Munasabah Al Quran Dalam Tafsir Al Mishbah

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

DISKURSUS MUNASABAH AL QURAN Dalam Tafsir Al-Mishbah

“ Tafsir Al-Mishbah dalam Tradisi Tafsir Nusantara”

 

Judul Buku                 :  DISKURSUS MUNASABAH AL QURAN Dalam Tafsir Al-Mishbah

Penulis                         :  Dr. Hasani Ahmad Said, M.A.

Editor                           :  Nur Laily Nusroh dan Abdul Manaf

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit                       :  AMZAH

Design Cover               :  Diah Purnamasari

Layouter                       :  Pawit Suhardi

Tanggal Terbit              :  Edisi Pertama, Cetakan Pertama, April 2015

Jumlah Halaman          :  xxxii + 294 hlm. ; 23 cm.

Peresensi                     :  Nur Isnaini

NIM                              :  11150820000056

Kelas                           :  Akuntansi 2B

Fakultas                       :  Ekonomi dan Bisnis

Nama Perguruan Tinggi: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

 

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Tafsir Al Mishbah merupakan tafsir yang sangat berpengaruh di Indonesia. Bukan hanya menggunakan corak baru dalam penafsiran, yang berbeda dengan pendahulunya, beliau juga menyesuaikan dengan konteks ke-Indonesiaan. Dalam buku Diskursus Munasabah Al Quran khususnya bab 2 penulis mengupayakan membahas mengenai Tafsir Al Mishbah dalam Tradisi Tafsir Nusantara.

Dalam bagian pertama dibahas mengenai kondisi sosial dan intelektual masa M. Quraish Shihab.[1] Penulis menceritakan secara terperinci mengenai biografi dari seorang M. Quraish Shihab dapat dilihat mulai dari tanggal lahir, latar belakang pendidikan, karakteristik fisik, kecintaannya terhadap Al Quran, awal mula kesuksesan karir hingga saat ini. bahkan penulis pun hingga menceritakan seorang yang sangat berjasa dalam perjalanan hidup M. Quraish Shihab baik itu kedua orang tuanya, saudara-saudaranya, istri tercinta, dan anak-anaknya. Penulis menceritakan latar belakang pendidikan M. Quraish Shihab dengan terperinci karena dapat dilihat dari setiap tahun bersejarah bagi M. Quraish Shihab yang dicantumkan oleh penulis dalam buku ini.

Hal yang menarik di bagian pertama adalah begitu pentingnya peran orang tua dalam menanamkan bibit unggul bagi sang anak di masa depan seperti M. Quraish Shihab yang sejak dini diberikan bimbingan oleh Ayahnya yaitu K.H. Abdurrahman Shihab tentang Ma’rifatul Qur’an sehingga tumbuhlah rasa kecintaan M. Quraish Shihab terhadap Al Quran. Hal menarik lainnya yaitu banyak profesi yang M. Quraish Shihab miliki mulai dari seorang ahli tafsir, intelektual, birokrat dan diplomat (Menteri Agama, Rektor IAIN dan juga duta besar RI di Mesir) yang saat ini di Indonesia tidak semua orang dapat memiliki keahlian seperti itu.[2]

Dalam bagian kedua dibahas mengenai kesarjanaan dan karya-karya M. Quraish Shihab. Penulis mengatakan bahwa pengintegrasian antara keulamaan dan produktivitasnya selaku penulis, menjadi satu kesatuan yang menyokong kesuksesan M. Quraish Shihab.[3] Begitu banyak hasil-hasil karya dari M. Quraish Shihab dan semua karyanya dapat diterima oleh masyarakat dapat dibuktikan buku-bukunya selalu menjadi bestseller. Penulis menjabarkan secara terperinci mengenai judul-judul buku M. Quraish Shihab dan gambaran singkat mengenai isi dari masing-masing buku tersebut dapat menjadikan referensi buku bacaan bagi seseorang yang suka membaca. Salah satu buku M. Quraish Shihab yang menarik perhatian peresensi adalah Jilbab: Pakaian Wanita Muslimah Pandangan Ulama Masa Lalu dan Cendekiawan Kontemporer, (Jakarta: Lentera Hati, 2004)[4]

Dalam bagian ketiga penulis lebih menegaskan pada metode dan karakteristik Tafsir Al-Mishbah mulai dari mengenal tafsir Al Mishbah dan metode penyusunannya, pendekatan (manhaj) tafsir M. Quraish Shihab dalam tafsir Al Mishbah, dan thariqah, corak serta karakteristik tafsir Al-Mishbah. Di bagian ini, terlalu banyak istilah-istilah yang dapat menyebabkan kurang dimengerti oleh pembaca di kalangan awam.       

Dalam bagian keempat, penulis menceritakan mengenai pentingnya mengembangkan tafsir di Indonesia dengan tafsir Al Mishbah. Di bagian ini, penulis mencoba untuk membandingkan antara tafsir Al-Mishbah dengan tafsir-tafsir ulama lain. Di bagian ini lebih mudah dimengerti oleh pembaca meskipun masih banyak istilah-istilah arabnya. 

KELEBIHAN

- Penulis sangat bertanggung jawab dalam mencantumkan setiap tulisan yang ia buat dapat dilihat dari catatan kaki sebagai penjelasan dari kutipan yang selalu dicantumkan dalam setiap paragraf bahkan terkadang setiap kalimat.

- catatan kaki dapat dijadikan referensi cara penulisan catatan kaki bagi pembaca yang akan membuatnya.

 - Materi berisi kutipan yang terpecaya dan merupakan data yang sebenarnya.

 - Pembahasan materi dikaji secara mendalam dan terperinci.

 - Cover depan buku dan jenis lembar kertasnya bagus sehingga dapat menarik bagi pembaca. Biasanya kesan pertama bagi pembaca itu mau membaca buku tersebut adalah dari cover bukunya.

KEKURANGAN

- Catatan kaki kurang efisien karena di setiap halaman terlalu banyak catatan kaki hingga hampir seperampat halaman.

- Penulisan catatan kaki yang berstruktur terlalu rumit dan sulit dipahami jika akan diobservasi.

- Kurangnya pemahaman bagi pembaca di kalangan awam mengenai istilah-istilah yang menggunakan bahasa Arab.

- Pilihan kata yang sulit dipahami.

KESIMPULAN

Buku yang ditulis oleh Dr. Hasani Ahmad Said yang berjudul “Diskursus Munasabah AlQuran Dalam Tafsir Al Mishbah” merupakan buku yang patut di baca. Buku ini sangat bermanfaat, banyak ilmu yang akan didapat. Dengan membaca buku ini membuat pihak pembaca memiliki kesan ingin tahu terhadap tafsir-tafsir yang tercantum dalam buku secara detail. Buku ini pun dapat dijadikan referensi dalam pembelajaran mata kuliah studi islam.

 

Terimakasih atas perhatiaannya, semoga bermanfaat.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.



[1] Ibid.

[2] Ibid. hlm. 83.

[3] Ibid.hlm. 92

[4] Ibid. hlm. 106.

Ikuti tulisan menarik Nur Isnaini lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler