BREDEL
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBKami tak dendam. Tidak pula memelihara rasa sakit itu. Pembicaraan tentang bredel di Tempo hari-hari ini adalah diskusi nostalgia.
Beberapa bulan lalu, seseorang yang dekat dengan mantan Menteri Penerangan Harmoko menelpon saya. Mas, apa betul Tempo akan menuntut Pak Harmoko perihal pembredelan? Saya mendapat kabar dari seorang teman yg melihat running text di televisi, katanya.
Saya sampaikan bahwa itu tidak benar. Tak pernah ada pembicaraan di Tempo untuk menuntut pak menteri, betapapun bredel adalah sejarah hitam dalam perjalanan kami.
Kami tak dendam. Tidak pula memelihara rasa sakit itu. Pembicaraan tentang bredel di Tempo hari-hari ini adalah diskusi nostalgia yang lebih banyak bernuansa gurau ketimbang amarah.
Ketika video pembredelan diputar kembali pada kenduri peringatan hari naas itu, kami memang terharu. Ada adegan pemimpin redaksi Tempo Goenawan Mohamad berpidato sambil menahan tangis di depan sejumlah awak redaksi. Tapi menyaksikan film itu ada saja reporter muda yg nyeletuk: "mas goen ternyata pernah ganteng juga". Setelah itu tawa berderai. Lalu kami berebutan menyantap nasi tumpeng.
Masa lalu memang tidak untuk diratapi. Tantangan ke depan tidak kalah berat dibanding apa yg sudah kami lewati. Jurnalisme investigasi, jalan tak mudah yg kami pilih, menyimpan ancaman "pembedelan" dalam bentuk berbeda: kriminalisasi, serangan pada entitas bisnis, fitnah di media sosial.
Tapi tak ada kata mundur. "Danger is our business," begitu kami saling menguatkan ketika ancaman itu datang berkali-kali.
Bredel 21 Juni 1994 tak boleh dilupakan. Kebebasan pers bukan sesuatu yg tak mungkin hilang. Hari ini, juga kapanpun, Mempertahankan kebebasan sama sulitnya dgn mendapatkannya.
Arif Zulkifli
Pemimpin Redaksi Majalah Tempo
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Acara Temu Penulis Indonesiana Lancar dan Cukup Gayeng
Rabu, 27 Maret 2024 18:04 WIBDiskusi Outlook Perlindungan Sosial 2024
Rabu, 24 Januari 2024 11:54 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler