Memaafkan = Melupakan?

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Memaafkan = Melupakan?

Hari Raya Idul Fitri adalah sebuah momen yang pas untuk mempererat tali siraturahmi. Hari raya tersebut menjadi sebuah kesempatan untuk bertemu dengan sanak saudara, kerabat, dan handai taulan sekalian.

Pada hari raya tersebut, kita juga menyamaikan permohonan maaf. Selama setahun sebelumnya, kita mungkin telah membuat kesalahan baik secara fisik maupun ucapan, yang sudah menyakiti orang lain. Oleh karena itu, Idul Fitri adalah waktu untuk mengungkapkan penyesalan atas kesalahan yang sudah diperbuat dan menyampaikan niat baik untuk meminta maaf.

Meminta maaf memang tidak dapat menghapus semua kesalahan yang sudah diperbuat. Namun, meminta maaf mampu melepas beban perasaan dalam diri kita. Kita dapat terbebas dari bayang-bayang penyesalan yang terus menghantui hidup kita.

Saya sudah sering mendengar kisah orang-orang yang terus dibayangi oleh penyesalan masa lalu. Orang-orang tersebut jelas sudah membuat kesalahan terhadap orang lain. Namun, karena suatu alasan, orang-orang tersebut belum menyampaikan permintaan maaf. Akibatnya, rasa sesal di hati tersebut terus saja mengikuti orang tersebut.

Pernahkah anda mengalami rasa gelisah berkepanjangan lantaran belum menyampaikan permohonan maaf kepada orang lain? Betapa tidak enaknya! Kita tidak bisa menikmati makanan di meja makan meskipun makanan tersebut disajikan di sebuah restoran terkenal. Kita juga tidak bisa nyaman tidur walaupun kita tidur di atas kasur yang super empuk. Semua itu terjadi karena kita belum berani meminta maaf.

Bayangkan hal itu terus terjadi selama beberapa hari, beberapa minggu, atau bahkan beberapa bulan. Bisa kita bayangkan betapa sukarnya menanggung perasaan bersalah tersebut selama itu.

Memaafkan Diri Sendiri

Langkah pertama untuk membebaskan diri dari perasaan bersalah tersebut adalah memaafkan diri sendiri. Kita harus menerima diri kita sebagaimana adanya, dengan semua kelebihan dan kekurangan. Kita harus belajar mencintai dan menyayangi diri sendiri.

Ada beragam cara yang dapat digunakan untuk mengekspresikan perasaan tersebut. Saya akan menjelaskan satu cara yang sering saya gunakan untuk menyatakan perasaan sayang saya terhadap diri sendiri.

Pada pagi hari, setelah bangun tidur, saya berlatih relaksasi di halaman rumah, dan pada saat itulah, saya mengungkapkan kasih saya terhadap diri sendiri. Sambil menyentuh dada, saya mengucapkan, “Meskipun terdapat perasaan negatif dalam pikiran saya, seperti rasa sesal, saya menerima diri saya sebagaimana adanya, dan saya berniat melepas semua perasaan sesal tersebut demi kebahagiaan saya saat ini esok dan seterusnya.”

Kemudian saya bernapas dalam sebanyak tiga kali. Hasilnya? Sungguh luar biasa! Saya merasakan sukacita. Batin saya terasa lebih plong. Semua emosi negatif tersebut telah bertransformasi menjadi perasaan lega.

Keuntungan Memaafkan

Memaafkan dapat menumbuhkan empati. Empati adalah sebuah kemampuan untuk melihat situasi dari sudut pandang orang lain. Dengan belajar memaafkan, kita mencoba memahami emosi diri sendiri dan orang lain. Kita bisa membangun kembali hubungan yang sudah renggang kalau kita bersedia memaafkan dengan ikhlas.

Seperti sudah saya singgung di awal tulisan, memaafkan memang tidak mengubah masa lalu. Yang sudah berlalu akan terus demikian adanya. Kita memang sulit melupakan pengalaman pahit yang terjadi pada masa lalu. Ingatan tersebut akan terus berada dalam memori kita.

Namun demikian, bukan berarti kita harus terus membawa semua emosi negatif terkait pengalaman tersebut seumur hidu kita. Kita harus belajar mengikhlaskan pengalaman tersebut. Kita harus belajar melepaskan emosi negatif tersebut.

Cara sederhana yang bisa kita lakukan untuk mencoba menetralisir perasaan negatif yang timbul adalah dengan menulisnya. Cara tersebut sudah teruji secara ilmiah dapat melepaskan perasaan tersebut secara lebih tenang. Jadi, kalau ada perasaan sesal yang muncul, kita dapat mengambil secarik kertas dan menuangkan perasaan tersebut dalam bentuk tulisan. Kita akan merasa lebih damai, lebih lega, dan lebih segar.

Oleh sebab itu, walaupun sulit, kita perlu belajar melepas sedikit demi sedikit. Demi keluhuran kita, lepaskanlah perasaan tersebut. Semoga kita hidup lebih ikhlas, lebih damai, dan lebih bahagia.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Adica Wirawan

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Bob Dylan: Musikus yang Meraih Nobel Sastra

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
img-content

Empat Cara Alami Mengatasi Sakit Flu

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler