x

Iklan

jefri hidayat

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Arcandra dan Rasa Nasionalisme.

Rasa nasionalisme kita baru muncul ketika Timnas sepakbola bermain dengan tim Negara lain.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Beberapa hari ini tengah riuh perdebatan soal rasa nasionalisme menyususl dwikewarnegaraan Arcanra Tahar, Menteri ESDM yang diberhentikan dengan hormat oleh Presiden Joko Widodo, Senin malam lalu. Pembehentian tersebut tidak serta-merta menghentikan kontroversi pejabat teras Negara itu tapi isu tersebut terus menggelinding bagai bola salju.

Kasus Arcandra tersebut mimicu banyak pengamat angkat bicara dari beragam aspek. Banyak yang berpendapat agar Presiden tidak mencopot Menteri yang punya prestasi gemilang di luar negeri itu. Tidak sedikit pula yang sependapat dengan keputusan Jokowi ihwal pencpotan karena melihat dari sisi integritas dan lantaran meragukan nasionalisme Arcanra yang ‘katany’ telah mengucapkan sumpah dan janji untuk setia kepada Amerika Serikat.

Kita sebagai orang kecil hanya bisa menonton perdebatan dari banyak pakar itu. Entah siapa yang paling benar. Dan kita juga tidak tahu seperti apa orang yang punya nasionalisme besar terhadap negeri ini. Apakah nasionalisme itu hanya diukur soal adminitrasi kewarnegaraan atau soal apa yang diberikan oleh anak bangsa ini kepada negaranya seperti ucapan mantan Presiden Amerika Serikat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Teman saya berucap, rasa nasionalisme kita belakangan ini kian terkikis dan tipis. Ada banyak alasan yang menyebabkan rasa patriotic itu luntur. Mungkin disebabkan oleh pemimpin dan pemangku kepentingan di Negara ini hanya mementingkan diri pribadi dan kelompoknya. Bisa juga dikarenakan oleh lemahnya rasa empati pemimpin terhadap rakyatnya.

Dia melanjutkan, rasa nasionalisme kita baru muncul ketika Timnas sepakbola bermain dengan tim Negara lain. Ratusan rakyat Indonesia menonton di layar kaca memberikan semangat dan dukungan agar tim sepakbola itu meraih kemenangan.

Tidak hanya orang dewasa, anak kecil pun bersorak-sorai dan berjingkrak riang ketika salah satu pemain timnas mampu menyrangkan bola ke gawang lawannya. Kita bangga dan seketika jiwa patriotic kita terbang melayang jauh.

Kebanggan akan Indonesia ini yang kedua katanya, apabila kita membaca atau menonton di Televisi tentang anak bangsa di luar negeri punya prestasi gemilang. Seperti yang pernah ditayangkan Kick Andy beberapa tahun lalu yang menyiarkan orang-orang Indonesia yang meraih jabatan dan karir penting di manca Negara. Saat menonton nasionalisme kita kembali muncul. Kita bangga sebagai orang Indonesia melihat prestasi brilian yang ditorehkan anak negeri.

Jadi soal nasionalisme tidak sekedar paspor dan adminitrasi kewarnegaraan seperti pendapat banyak pengamat dan orang-orang yang kita tahu belum mampu memberikan sesuatu kepada bangsa ini. Bukan juga soal berapa lama mereka tinggal dan menetap di luar negeri sana.

Jika dibandingkan nasionalisme Arcandra dengan para pengamat yang pekerjaan hanya mengamati itu ya tentu jelas Arcandra layak disebut patriot karena Arcandra mengorbankan gaji miliaran rupiah di Amerika sana dan mengabdi di negeri sendiri meski digaji 20 juta.

Dan yang tidak kalah penting adalah ketika anak bangsa seperti Arcandra menjadi orang penting di bidang perminyakan di Negara maju itu dengan punya tujuh paten kita sebagai warga Indonesia amat bangga dan rasa nasionalisme akan negeri ini kembali muncul dan bersemi. Bahwa kita memang bangsa besar dan hebat.

 

 

Ikuti tulisan menarik jefri hidayat lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB