x

Iklan

TD Tempino

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Masih Wacana, Harga Rokok Belum Naik

Artinya semakin mahal harga rokok maka semakin membedakan tingkat ekonomi rakyat. Hal ini tidak bisa dipungkiri bahwa hoby merokok tetap akan jalan terus

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Belum Naik

Minggu sore , 21 Agustus 2016 saya mampir di salah satu toko serba ada di kawasan Pasar Induk Jakarta Timur.   Maksud hati ingin membeli sesuatu kebutuhan namun yang jelas bukan rokok.  Bersebab terbetik berita bahwa harga rokok sebungkus akan di naikkan menjadi Rp. 50.000,- Saya tergerak pula menanyakan perihal harga si batang  putih sepanjang 7 cm itu.

Ternyata harga rokok belum naik alias masih bandrol lama.  Menurut penjaja toko, belum ada perubahan harga dari Agen Distribusi walaupun mereka juga sudah mendengar issue tentang kenaikan harga rokok.  Keributan bernada kekuatiran yang dialami oleh para ahli hisap dan komunitas suro itu belum menjadi kenyataan, baru pada taraf wacana.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Inilah kekuatan sosial media, masalah rokok ramai diperbincangkan.  Perbincangan itu bukan saja berbentuk keluhan dari para penggemar rokok namun juga di bahas habis habisan oleh komunitas anti rokok. Rokok memang telah menjadi bagian hidup tak terpisahkan dari rakyat Indonesia sejak zaman dahulu.  Ini satu fakta yang tidak bisa terbantahkan bila kita lihat dokumentasi perjalanan sejarah rokok di masyarakat.

Menambah APBN

Ketua DPR RI Ade Komarudin mengatakan wacana pemerintah yang ingin menaikkan harga rokok hingga dua kali lipat dinilai bakal membantu APBN karena berpotensi meningkatkan penerimaan negara.  "Kalau dinaikkan harganya, otomatis penerimaan negara dari sektor cukai akan meningkat. Itu artinya, menolong APBN kita supaya lebih sehat di masa mendatang," kata Ade Komarudin dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (20/8). (republika)

Selain itu, menurut Ade Komaruddin, usulan pemerintah terkait dengan kenaikan harga rokok itu juga akan dapat mengurangi perilaku konsumtif masyarakat terhadap rokok. Hal tersebut menurut politisi Partai Golkar itu, kenaikan harga merupakan upaya untuk mengurangi jumlah perokok yang ada di tengah masyarakat.

Nampaknya  pemerintah mengambil kesempatan untuk menambah perbendaraan keuangan negara melalui upaya menaikkan cukai rokok.  Pajak penjualan diperkirakan akan di naikkan dua kali lipat.  Tetapi apakah benar kenaikan harga akan mengurangi konsumsi rokok, patut dilakukan penelitian empiris setelah harga rokok itu benar benar dinaikkan.

Addict

Hipotesa kecanduan perokok tentu berbeda dengan kebutuhan rekreasi atau kebutuhan sandang masyarakat.  Perokok adalah komunitas warga yang menikmati hisapan demi hisapan dalam kepulan asap.  Sepertinya kenikmatan itu tidak terpengaruh dengan kenaikan harga rokok.  Lain halnya dengan kenaikkan harga pakaian, pasti warga akan berpikir sepuluh kali ketika  akan membeli busana yang lebih  bagus.

Jadi upaya pemerintah dilihat dari sisi anggaran adalah benar menambah pendapatan negara namun ditinjau dari jumlah rokok yang terjual akan tetap sama alias tidak akan berubah.  Hipotesa ini menunjukkan bahwa para penggemar (addict) rokok sulit dihentikan karena kebutuhan itu sudah menyatu dalam gaya hidup.

Paling paling nanti para ahli hisap ini akan menukar jenis rokok dengan cara tradisonel seperti tembakau yang dililit kertas,  Bisa jadi harganya lebih murah namun mulut asam katanya tetap bisa dihindari. Kenikmatan  mengepulkan asap dengan alasan bisa lebih kosentrasi rasanya mengada ngada, tetapi biarlah toh soal kecanduan ini bermain di mindset si perokok. Satu hal yang belum dapat dijelaskan di sini bahwa tingkat kenikmatan berbeda antar satu perokok dengan perokok lain.

Hipotesa selanjutnya adalah soal rokok palsu.  Negeri ini memang sangat mudah mencari jalan keluar akibat kebijakan pemerintah.  Rakyat sangat kreatif melebihi kepiawaian jenius jenius ilmiah dalam hal menciptakan sesuatu yang baru namun masih dalam artian produk lama.  Jalan keluar selalu ada inilah hebatnya rakyat Indonesia.

Ya rokok palsu.  Apakah nanti akan muncul rokok palsu ?   Kita tungu saja bagaimana kelanjutan dari kepastian pemerintah jadi atau tidak menaikkan harga rokok.   Satu hal yang tidak bisa di tipu bagi para penggemar rokok adalah soal rasa (taste).  Memang ada rumus yang mengatakan bahwa tingkat kenikmatan rokok berbanding lurus dengan harga rokok itu sendiri.

Tidak Berpengaruh

Artinya semakin mahal harga rokok yang di hisap maka semakin membedakan tingkat ekonomi rakyat.  Hal ini tidak bisa dipungkiri bahwa hoby merokok tetap akan jalan terus dengan catatan tentu tetap disesuaikan dengan kondisi isi kantong.  Bagi komunitas elit,  rokok pilihan tentu yang mahal, sekali beli rokok bisa bisa ber pak pak atau paling tidak dua tiga bungkus.

Lain halnya dengan komunitas pengemar rokok tingkat sopir, buuruh  atau rakyat biasa lainnya.  Mereka jarang sekali membeli rokok sebungkus, ya jarang sekali.  Paling mereka membeli rakok batangan.  Beli sebatang dihisap, habis beli lagi sebatang.  Dengan pola ini mereka tidak merasakan kehilangan uang banyak, hanya sebatang berapa sih harganya?

Point yang ingin saya sampaikan disini bahwa kenaikkan harga rokok tidak akan mengurangi jumlah perokok secara signifikan.  Seperti juga usaha pemerintah memasang gambar gambar seram di bungkus rokok ternyata tidak berpengaruh pada ketakutan perokok terkait ancaman kesehatan dirinya.

Satu hal yang perlu dan mungkin lebih realistis dilakukan pemerintah adalah menjaga atau mengawasi penjualan rokok.  Disamping memang menaikkan harga rokok, pengawasan ketat penjulan rokok ditujukan kepada anak anak sekolah rasanya lebih bermanfaat.  Kondisi ini sudah masuk ke taraf gawat darurat  mengingat para perokok muda menjadikan rokok sebagai life style dalam pergaulan di tengah remaja.

Salamsalaman

TD

Ikuti tulisan menarik TD Tempino lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Taman Pecinta

Oleh: Wahyu Kurniawan

Senin, 29 April 2024 12:26 WIB

Terkini

Terpopuler

Taman Pecinta

Oleh: Wahyu Kurniawan

Senin, 29 April 2024 12:26 WIB