PRTA, pekerjaan berat untuk seorang anak
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBSeorang anak harus bekerja sebagai PRTA di usia yang seharusnya mendapatkan pendidikan dan kasih sayang keluarga.
Setelah membaca sebuah artikel mengenai kasus (F), aku menyebarkan artikel ini kepada teman-teman yang aktif menangani isu anak. Seorang anak meninggal dalam usia yang muda karena sebab yang belum diketahui. Anak tersebut bekerja sebagai pekerja rumah tangga anak (PRTA). Sebuah pekerjaan yang masih dianggap tidak bergensi, tidak menarik tapi faktanya sangat dibutuhkan banyak rumah tangga. Kita baru menyadari perlunya peran PRT ini pada saat mereka pulang kampung pada hari raya atau saat ijin mengunjungi kerabatnya.
Jumlah PRTA yang tersebar di negeri tercinta ini, berdasarkan Sakernas BPS tahun 2012 menunjukkan angka 111.000 anak berusia 15-17 tahun bekerja di sektor rumah tangga. Jumlah anak-anak yang usianya di bawah 15 tahun tentu tidak ada, hal ini mengacu pada batasan usia minimum yang diperbolehkan bekerja itu 15 tahun. Padahal, masih ada kan anak-anak di bawah usia 15 tahun yang memasuki dunia kerja, termasuk di sektor ini?
Korban (F, 16 tahun) ini bekerja sebagai PRTA. Pekerjaan ini termasuk kategori pekerjaan yang seharusnya tidak dimasuki oleh seorang anak. Mengapa demikian? Menjadi pekerja rumah tangga itu memerlukan keterampilan, kesiapan mental dan fisik. Hal ini penting mengingat jenis pekerjaan yang dilakukan sangatlah beragam. Seorang PRT bisa melakukan berbagai jenis pekerjaan dalam kehidupan sehari-harinya. Seorang PRT dewasa saja bisa kelelahan karena melakukan pekerjaannya, apalagi seorang anak yang fisik dan mentalnya masih dalam proses tumbuh kembang.
Kasus PRTA ini harus menjadi alarm untuk kita sebagai masyarakat. Keberadaan anak menjadi tanggung jawab kita, di manapun berada. Jika anak-anak itu menjadi PRTA di sekeliling rumah atau lingkungan kita, haruslah kita mengambil sikap untuk melindunginya dari bentuk kekerasan atau memberikan penyadaran bagi keluarga untuk memberikan Hak Anak bagi PRTA. Bukankah sudah selayaknya anak memperoleh kesempatan untuk perkembangannya, bukan berkutat pada tugas seperti orang dewasa dengan bekerja?
Perjuangan untuk membebaskan anak-anak dari pekerjaan yang berat dan membahayakan memerlukan dukungan banyak pihak. Ya, mulai dari kita, dari rumah kita. Mari bersama memenuhi Hak Anak dengan mendukung STOP PEKERJA RUMAH TANGGA ANAK. Dukung anak-anak meraih mimpi dan harapannya. Anak-anak harus memperoleh pendidikan bukan BEKERJA.
Salam,
Beti.MC, koordinator program Jaringan LSM untuk Penghapusan Pekerja Anak (JARAK)
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Hari Anak Nasional; Mencegah Anak Masuk Dunia Kerja akibat Dampak Pandemi
Kamis, 23 Juli 2020 19:58 WIBPekerja Rumah Tangga Belajar Pengelolaan Keuangan
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler