x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Asahlah Rasa Ingin Tahumu

Rasa ingin tahu mendorong lahirnya kreativitas, tapi bagaimana cara membangkitkan rasa ingin tahu?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Apakah rasa ingin tahu atau curiosity itu diperlukan? Dalam konteks yang positif, rasa ingin tahu jelas bermanfaat. Misalnya saja, mengapa pelangi di angkasa punya beragam warna? Mengapa telinga saya terasa sakit jika menelpon terlampau lama? Sebaliknya, rasa ingin tahu urusan pribadi orang lain, tentu saja bukan hal baik, terlebih jika kita hanya berniat punya bahan menggosip.

Thomas Chamorro-Premuzic, penulis buku Confidence: Overcominng Low Self-Esteem, Insecurity, and Self-Doubt, menyebut tiga kualitas psikologis penting untuk meningkatkan kemampuan kita dalam mengatasi persoalan. Pertama, intelligence quotient (IQ) yang terkait dengan kecerdasan kognitif. Kedua, emotional quotient (EQ) yang berhubungan dengan kemampuan mempersepsikan, mengendalikan, dan mengekspresikan emosi. Ketiga, curiosity quotient (CQ) yang bertalian dengan rasa ingin tahu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Rasa ingin tahu diperlukan sebagai jalan menuju pribadi kreatif, dan kreativitas diperlukan tatkala kita menghadapi situasi rumit, berubah-ubah, serta tidak pasti. Thomas memasukkan CQ sebagai kualitas psikologis yang dibutuhkan untuk hidup di tengah situasi yang tidak pasti. Semakin tinggi CQ seseorang, semakin terbuka orang tersebut kepada pengalaman baru untuk mengisi kekurangan yang ia rasakan.

Bila rasa ingin tahu merupakan langkah pertama menuju kreativitas, pertanyaannya: bagaimana cara membangkitkan rasa ingin tahu? Selama ini, kita mungkin beranggapan bahwa rasa ingin tahu muncul dengan sendirinya—ujug-ujug turun dari langit. Tapi, banyak studi justru menunjukkan bahwa rasa ingin tahu mesti dibangkitkan, dilatih, dan diasah sehingga jadi tajam.

Menurut Mihaly Csikszentmihalyi, profesor dan mantan ketua Departemen Psikologi di University of Chicago, langkah pertama untuk membangkitkan rasa ingin tahu ialah dengan menyadari apa yang telah menstimulasi perhatian dan kemauan kamu untuk mengeksplorasinya.

Bagaimana stimulasi dapat dirasakan? Ketika kamu melihat sekeliling dan kamu tertarik untuk memperhatikannya lebih dekat, ketika itulah kamu tengah mengalami stimulasi. Misalnya saja, ketika disodori sepotong kue, kamu menikmati kelezatannya, lalu bertanya, “Apa sih resepnya?” Tatkala melihat seseorang tengah memotret burung dengan begitu asyiknya, kamu mendekati dan bertanya: “Bagaimana sih cara memotret burung yang terus bergerak?”

George Loewenstein, profesor psikologi di Carnegie Mellon University, berbagi kiat praktis untuk menstimulasi rasa ingin tahu kita:

Pertama, mulailah bertanya. Pertanyaanlah yang memancing rasa ingin tahu. Biasakanlah dirimu untuk bertanya lebih dahulu bila bertemu seseorang: “Lagi sibuk ngerjain apa?” Mulailah bertanya kepada penjaga stand bila kamu mengunjungi acara pameran atau ajukan pertanyaan kepada pembicara ketika menghadiri seminar atau diskusi.

Kedua, pancinglah rasa ingin tahumu. Rasa ingin tahu memerlukan pengetahuan awal. Kebanyakan orang tidak ingin mengetahui sesuatu yang ia tidak punya pengetahuan sama sekali mengenai hal itu. Jika kita punya pengetahuan barang sedikit, rasa ingin tahu kita berpotensi untuk terpantik dan kita ingin belajar lebih banyak lagi. Ini seperti mengisi pompa dengan sedikit air untuk menarik lebih banyak air dari dalam tanah.

Ketiga, berkomunikasilah. Berkomunikasi merupakan cara terbaik untuk memancing rasa ingin tahu. Ketika kita ngobrol dengan seseorang mengenai topik tertentu, kita lebih mungkin untuk ingin mengetahui lebih banyak mengenai topik pembicaraan. Apa lagi, jika teman ini menguasai topik dan asyik ngobrolnya.

Itulah tiga kiat praktis yang bisa kita coba terapkan—tidak memerlukan iktiar keras, melainkan keteraturan. Perlahan tapi pasti, rasa ingin tahumu akan tumbuh dan berkembang. Kamu akan berusaha menemukan jawaban atas rasa ingin tahumu: “Mengapa pelangi punya banyak warna?” (sumber foto ilustrasi: thousandthoughts.org) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB