x

Iklan

Rusli Abdullah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

'Gebrakan' Kelas Menengah untuk Ketimpangan

Artikel ini berisi mengenai perbaikan indeks gini yang dijadikan sebagai ukuran ketimpangan kesejahteraan yang dimotori oleh kelas menengah

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

     Sejarah mencatat, kelas menengah menjadi mesin penggerak perubahan ekonomi, sosial, kebudayaan dan bahkan politik. Hipotesa yang mendasarinya adalah kelas menengah merupakan “kelas baru” yang menginginkan sesuatu yang baru dikarenakan meningkatnya kemampuan membeli mereka.

     Gambaran paling nyata dan “ekstrem” dalam sejarah Indonesia adalah permulaan awal pergerakan kemerdekaan Indonesia. Ide tentang kemerdekaan yang mulai bangkit kembali di awal 1900 an pasca Perang Diponegoro dipelopori oleh kelas menengah dan terdidik. H.O.S Tjokroaminoto yang menjadi guru para founding father Indonesia. Murid-muridnya yang memperjuangkan Indonesia merdeka adalah golongan menengah ke atas yang bisa mengakses pendidikan di sekolah Belanda pada zamannya, sebutlah Sukarno.

Gebrakan

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

     Terakhir, kelas menengah di Indonesia mampu berkontribusi dalam penurunan tangka ketimpangan di Indonesia. Badan Pusat Statistik (19/08) merilis bahwa angka ketimpangan di Indonesia yang diukur dengan Indeks Gini menurun. Angka Indeks Gini pada Maret 2016 sebesar 0,397, terendah sejak Maret 2012. Apabila dibandingkan dengan Maret 2015, angka tersebut lebih rendah 0,011.

Apabila dilihat porsi pengeluaran per kelompok pengeluaran, maka 20% penduduk berpenghasilan tinggi porsi pengeluarannya cenderung menurun sejak 2011. Pada 2011, porsi pengeluaran 20% penduduk berpenghasilan tinggi mencapai porsi 48,42% dari total pengeluaran. Porsinya menurun menjadi 46,89% pada Maret 2016.

Di sisi lain,porsi pengeluaran 40% penduduk berpenghasilan sedang/menengah meningkat. Pada 2011, angkanya mencapai 34,73% meningkat menjadi 36,09% di Maret 2016. Sedangkan 40% penduduk berpenghasilan sedang meningkat dari 16,85% di 2011 menjadi 17,02% di Maret 2016.  Di tengah perlambatan ekonomi, komposisi pengeluaran mereka meningkat.

Tulang Punggung

Keberadaan kelas menengah Indonesia saat ini menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia. Kelas menengah ini terus menjaga konsumsi tetap berjalan. Ekonomi Indonesia saat ini lebih didominasi oleh konsumsi. Hal ini terbukti dengan masih dominannya komponen konsumsi rumah tangga di Indonesia.

Data dari Badan Pusat Statisik Indonesia menunjukkan hingga saat ini konsumsi rumah tangga mendominasi PDB pengeluran kita. Kurun waktu 2011- 2015, konsumsi rumah tangga dalam struktur PDB Indonesia berkontribusi dalam pembentukan PDB lebih dari 50 persen.

Siapa kelas menengah? McKinsey Global Institute (September, 2012) mendefinisikan individu yang memiliki pendapatan sebesar USD3.600 per tahun ke atas (dengan ukuran purchasing power parity tahun 2005). Berdasarkan definisi tersebut maka pada 2010, jumlah kelas menengah di Indonesia mencapai 45 juta. Angkanya akan mencapai 134 juta pada 2030.

Merawat Kelas Menengah

Pemerintah harus berperan aktif memanfaatkan momentum peningkatan kelas menengah di Indonesia. Minimal ada dua hal yang bisa dilakukan oleh pemerintah untuk menjaga kelas menengah di Indonesia, pertama menjaga perilaku konsumsi mereka dan kedua, mengarahkan mereka menjadi wirausahawan.

Secara psikologis, kelas menengah baru akan berperilaku konsumtif sebagai akibat dari shock kenaikan pendapatan (orang kaya baru). Disinilah peran pemerintah untuk mengarahkan konsumsi kelas menengah ke produk buatan dalam negeri. Harapannya agar multiplier effect bisa tercipta.

Kebijakan kedua, mengarahkan kelas menengah menjadi seorang entrepreneur. Nielsen Indonesia (2012) pernah merilis data survei mereka yang menginformasikan bahwa kelas menengah Indonesia ‘berbau’ entrepreneur. Salah satu indikatornya adalah tumbuh usaha kecil dan menengah. Dimana, dalam berbelanja, kelas menengah tidak cuma berbicara soal harga tetapi bagaimana produk itu berguna bagi pengembangan usaha mereka.

Badan Ekonomi Kreatif Nasional dan Kementerian Koperasi-UMKM bisa menjadi lokomotif dalam mengarahkan kelas menengah menjadi entrepeneur. Promosi, pemetaan potensi industri kreatif serta peluang pasarnya bisa menjadi agenda utama badan ini untuk memantik jiwa entrepreneur kelas menengah. Harapannya pembelanjaan produktif tercipta demikian pula dengan lapangan pekerjaan.



 

Ikuti tulisan menarik Rusli Abdullah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu