x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Makin Baik Istirahatmu, Makin Kreatif Kamu

Istirahat atau jeda dari pekerjaan berperan penting bagi peningkatan kreativitas dan produktivitas.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Bagaimana sebagian orang mampu menguarkan energi kreatif yang melampaui kebanyakan? Apakah orang-orang yang ‘terobsesi’ pada pekerjaan jadi kreatif karena mereka bekerja ekstra keras?

Alex Soojung-Kim Pang, konsultan senior di Strategi c Business Insights serta visiting scholar di Stanford University, melihat paradoks pada sosok-sosok kreatif seperti Charles Darwin, Stephen King, dan Maya Angelou. Terkait pekerjaan, mereka tampak sangat bersemangat, namun mereka terlihat tidak bekerja terlampau keras. Pertanyaannya: apakah kreativitas mereka hanya bertumpu pada antusiasme dan obsesi terhadap kerja? Adakah sesuatu yang lain?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pang tergoda untuk menelisik dari sudut pandang lain dan menemukan rahasianya terletak pada bagaimana sosok-sosok kreatif itu mengambil jeda dan beristirahat. Jeda dan istirahat macam apa, inilah yang membuat Pang bertanya-tanya sehingga ia berusaha mengeksplorasi aktivitas tidur, tidur-tiduran, bermain, mengambil cuti panjang, maupun berolahraga.

Seperti Pang katakan kepada Ferris Jabr di scientificamerican.com, istirahat dapat kita lakukan secara alamiah, tapi juga dapat kita perlakukan sebagai keterampilan—artinya, dapat dilatih. Namun, yang terpenting, menurut Pang, beristirahat adalah kegiatan restoratif atau pemulihan. Ini bukan sejenis berhenti dari aktivitas bekerja lalu duduk di sofa, menaruh kaki di atas meja pendek, dan menyalakan televisi.

Gagasan sosok-sosok kreatif tentang beristirahat, kata Pang, lebih hebat ketimbang yang dipikirkan kebanyakan orang. Orang-orang ini akan berjalan kaki sepanjang 20-30 kilometer atau mendaki gunung. Bagi mereka, istirahat dari bekerja bukanlah sesuatu yang pasif, melainkan bertenaga dan melibatkan aktivitas mental namun mereka menjalaninya sebagai aktivitas restoratif dari kehidupan kerja yang normal. Setelah menulis di pagi hari, Naguib Mahfouz terbiasa berjalan kaki ke sudut-sudut kota Kairo dan berbincang-bincang dengan penduduknya.

Dalam bukunya yang akan terbit Desember tahun ini, Rest: Why You Get More Done When You Work Less (Penerbit Basic Books), Pang menyebutkan bahwa mengambil jeda atau beristirahat merupakan komponen esensial dari produktivitas dan kreativitas. Tanpa jeda dan istirahat sebagai kegiatan restoratif atau pemulihan, pencapaian produktivitas dan kreativitas tidak akan optimal.

Setelah orang bekerja, ia memerlukan istirahat—lagi-lagi dalam pengertian pemulihan. Bila kondisi pikiran, tenaga, serta emosi tidak mengalami pemulihan, istirahat hanya akan bermakna berhenti sejenak dari bekerja. Istirahat dalam bentuk tidur yang nyenyak, bermain, mengambil cuti panjang, atau bersepeda keliling kota dapat dikatakan menyerupai psychological reward setelah bekerja.

Sehabis Perang Dunia II yang sangat menguras pikiran, emosi, tenaga, maupun waktu, negarawan Inggris Winston Churchill memilih aktivitas melukis sebagai istirahat restoratif dari pemerintahan. Churchill memberi psychological reward kepada dirinya sendiri dengan menikmati aktivitas menggoreskan kuas di atas kanvas. Menarik garis, memberi warna, membuat bentuk, hingga mencium aroma cat memberi kesegaran tersendiri di tengah pergulatan politik dan militer.

Churchill menyadari bahwa berdiri di depan kanvas sesungguhnya memiliki keserupaan dengan menyampaikan argumen politik: perlu keberanian dan ketegasan yang sama. Anda harus punya visi yang jelas mengenai apa yang ada di hadapan Anda dan apa yang ingin Anda capai, sekalipun itu di atas kanvas. Material atau mediumnya saja yang berbeda.

Penting untuk disadari, ketika pikiran kita mengembara, tatkala pikiran kita tidak harus fokus pada hal tertentu, otak kita terus menelisik secara aktif dan mencari kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah. Ketika Anda ‘beristirahat’ dari bekerja dan melakukan aktivitas berjalan-jalan, pikiran bawah sadar Anda terus bekerja mencermati masalah yang sebelumnya menjadi fokus.

Pengalaman yang diperoleh ketika pikiran relatif santai akan memungkinkan otak Anda mengeksplorasi berbagai kombinasi ide-ide serta menguji solusi yang berbeda. Dan setelah itu, tatkala telah tiba pada salah satu solusi yang terlihat menjanjikan, maka itulah yang akan muncul di kepala Anda sebagai momen Aha! Anda menemukan solusi jitu. Anda mendapatkan ide hebat.

Dari studinya itu, Alex Soojung-Kim Pang menyimpulkan bahwa beristirahat atau mengambil jeda bukanlah opsional—bisa dipilih, bisa tidak. Bekerja dan beristirahat (yang restoratif atau memulihkan) merupakan pasangan yang tidak terhindarkan bila Anda ingin semakin kreatif dan bertambah produktif. Bekerja dan beristirahat tidak ubahnya gelombang: Anda tidak bisa punya ombak tinggi (puncak) tanpa memiliki ombak rendah (lembah).

Pesan penting Pang, dan sebenarnya ini menegaskan apa yang juga disampaikan peneliti lain sebelumnya, ialah “Semakin baik Anda beristirahat, semakin baik Anda dalam bekerja—lebih kreatif, lebih produktif”. (sumber foto ilustrasi: tempo.co) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

10 jam lalu

Terpopuler