x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kendalikan Diri, Gak Perlu Narsis

Anda akan lebih mampu mengendalikan diri bila tidak menganggap diri sebagai yang terpenting.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Setelah menghabiskan satu mangkuk bakso sumsum yang lezat, masihkah Anda ingin menikmati mangkuk kedua? Mungkin. “Kapan lagi makan bakso seenak ini?” Godaan untuk menyantap mangkuk kedua boleh jadi berhasil Anda lawan, tapi bisa pula tidak—tergantung seberapa kuat Anda mampu mengendalikan diri. Godaan itu muncul seketika, dan respon Anda impulsif.

Seberapa kuat kemampuan kita mengendalikan diri, menurut kajian yang dilakukan Christian Ruff, seorang behavioral neuroscientist di Universitas Zurich, Swiss, bukan hanya dipengaruhi oleh seberapa impulsif seseorang, tapi juga dipengaruhi oleh seberapa mudah orang tersebut juga memandang sesuatu dari perspektif orang lain. Misalnya begini, ketika Anda ingin memesan mangkuk kedua, Anda ingat orang lain yang lapar tapi tak punya uang untuk membeli bakso. Maka, Anda tidak jadi memesan mangkuk kedua karena menganggap ini hanya hasrat sesaat dan berlebihan.

Temuan menarik lainnya ialah: dengan cara memandang seperti itu, Anda dapat tumbuh sebagai orang yang berbeda, seseorang dengan kepribadian yang lebih berempati di masa depan. Anda tidak akan jadi pribadi yang terlalu memanjakan diri dan menjadikan diri sebagai ‘pusat’, yang menganggap diri selalu benar, untuk tidak menyebut sebagai pribadi yang narsistik—memuja diri sendiri. Menurut American Psychiatric Association, kepribadian narsistik dicirikan oleh keangkuhan yang ekstrem, arogan, dan penuh emosi.

Perdebatan tentang bagaimana manusia mengembangkan pengendalian diri sudah berlangsung bertahun-tahun. Minat terhadap isu pengendalian diri didorong oleh relevansinya yang tinggi dengan perilaku sehari-hari dan dianggap penting bagi kesehatan (Ini dapat dimengerti dalam konteks hipertensi).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dengan lebih fokus pada apa yang dipikirkan dan diperlukan orang lain, secara langsung seseorang memperkuat pengendalian dirinya, sebab orang tersebut memikirkan bila dirinya berada dalam posisi orang lain atau ia memikirkan kebutuhannya di masa depan—suatu ketika Anda tidak punya uang sama sekali dan karena itu tidak bisa menikmati bakso, satu mangkuk sekalipun.

Yang terpenting, kata Ruff, ialah kita bukan sekedar fokus melakukan intervensi untuk mengendalikan impuls-impuls kita, yang muncul tiba-tiba, tapi juga perlu memikirkan bagaimana memperkuat kemampuan kita untuk berpikir dari perspektif orang lain. Misalnya, ketika Anda ingin membangun rumah tiga lantai, Anda berpikir lebih dulu apakah rumah tetangga saya akan terhalang dari terpaan cahaya matahari pagi? Pengendalian diri akan mendorong Anda untuk menemukan cara yang lebih bijak dalam memenuhi keinginan Anda dan tercapainya tujuan Anda tanpa melupakan kebutuhan orang lain—orang lain yang lebih memerlukan. (sumber foto ilustrasi: huffingtonpost.com) **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu