x

Iklan

Gledys Cellymia

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Realita 04 November 2016

http://indonesiaamansejahtera.blogspot.co.id/

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

demo 1

 
Jumat, 4 November 2016
 
Seperti yang sudah beredar, bertepatan pada hari itu adalah hari aksi demo untuk ditangkapnya salah satu pejabat negara kita (tak perlu disebutkan semua juga sudah tau ya). Awal kisah Saya berangkat ke kampus dengan niat untuk mencari referensi, sesampainya disana saya duduk sebentar. Sebelumnya saya memang sudah ada perjanjian dengan seorang teman untuk mengerjakan bersama. Dan teman saya tersebut sudah sampai lebih dulu di kampus. Selang beberapa lama teman saya mengahampiri saya dan berkata
"Dys hunting foto demo yuk!" entah mengapa langsung terlontar dari mulut saya kata "ayuk!". Sebelumnya saya bertanya siapa saja yang akan menuju kesana dan teman saya berkata dengan beberapa teman kampus dan teman dari WKM Telefikom Fotografi (untuk ini google aja ya udah terkenal kok :P). Tanpa perlu lama saya dan ke 6 teman saya berangkat menuju istana negara. Kebetulan saya dan teman saya yang mengajak ini (sebut saja namanya Rangga) mengambil jurusan Komunikasi Jurnalistik di kampus. Sehangga selain berniat untuk hunting foto kami juga berniat untuk meliput dan membuat suatu berita, namun sayang harus gagal karna keterbatasan alat yang ada. Ya tetapi setidaknya kami mendapatkan hasil jepretan kamera yang lumayan :D
 
Foto diatas adalah foto disaat sebelum terjadinya kerusuhan seperti yang terlihat di tv (agak jauh sekali karna waktu itu hp saya lowbattery dan akhirnya harus saya matikan), kalo tidak salah setengah jam setelah shalat Azhar (karna saat shalat Azhar berlangsung saya masih berada di barisan pendemo dan mendapat moment dimana mereka sedang melaksanakan shalat di tempat itu juga)
 
Dan ini fotonya,
demo 2
 
 
Setelah sekian lama terjebak ditengah kalangan HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) akhirnya saya bisa masuk melewati pagar tameng polisi pada saat itu. 
 
Seperti ini ramainya para pendemo saat saya ambil dari keramaian HMI,
 
 
Begini...
Pendemo terdiri dari beberapa kalangan, ya kalangan karna tak hanya lelaki yang turun, wanita dan ibu-ibupun hadir pada saat itu. Ada pula beberapa anak-anak yang tertangkap mata saya namun tak banyak, bahkan di depan mata saya sendiri ada yang memakai kursi roda (saya menyebutnya tetua dari para pendemo). Mereka mengepung 3 titik sebut saja titik kanan, kiri, dan depan (saya ambil dari sudut depan istana negara). Tanpa berfikir panjang saya langsung jeprat-jepret sana sini karna memang sesuai dengan niat awal bahwa saya ingin hunting foto pada saat itu. Saat saya terjebak pada titik tengha saya sudah banyak mendapatkan banyak jepretan. Akhirnya saya dan beberapa teman saya beranjak ke titik kanan. Sungguh tanpa dugaan, belum sampai jauh kami sudah mendapat cacian, begini yang saya ingat (sebelumnya saya sensor ya gaenak takut kena pelanggaran UU ITE :D) "Wartawan ta* lo! Mati aja lo! Ngent**!! Anj*** lo semua". Jujur saat itu adalah saat pertama kali saya terjun dalam hal seperti itu, dan saya hanya bisa berkata wow. Namun seperti yang saya lihat bahwa yang berkata seperti itu adalah gerombolan anak SMP yang hanya melepas seragam atasnya dan berganti dengan kaos biasa. Tanpa menghiraukannya saya terus berjalan mencari momment tepat untuk dijepret, dan saya mendapatkannya. 
 
Dan ini foto keramaian pada sisi kanan,
 
 
Tanpa letih kami terus berjalan mencari beberapa momment untuk kami simpan, setelah itu kami beranjak menuju titik kiri, tak ada sama sekali huru-hara ataupun cacian, semuanya berjalan aman. Hanya mereka bersemangat mengumandangkan gema "Allahuakrbar". Tetap kami mencari hasil jepretan terbaik, kamipun kembali ke titik tengah. Seperti foto diatas, foto itu saya ambil dengan kamera hp dan dengan sedikit penuh perjuangan. Saya harus naik keatas mobil Pemadam (kalau tidak salah saya lupa-lupa ingat, mengapa saya sebut perjuangan karna saya termasuk orang yang gemuk :D).
 
Tak ada sama sekali kerusuhan yang ada, hanya ada orasi dan aspirasi mereka yang ingin disampaikan. Setelah lelah akhirnya kami memilih untuk beristirahat, tetap pada titik tengah hingga adzan maghrib datang dan setelahnya adzan isyapun berkumandang. Sebelum adzan isya kerusuhan pun mulai sedikit terjadi namun mereda karna mereka melaksanakan shalat isya, saya pada waktu itu sedang berpencar dengan teman saya mencari makan karna memang kami terjebak tidak bisa keluar sama sekali (kabar yang beredar pendemo sampai pada gedung indosat).
 
Sesaat setelah shalat isya, kerusuhan mulai terjadi. Berawal dengan lempar melempar sampai akhirnya aparat terpaksa melepaskan tembakan gas air mata dan water canon untuk mengamankan. Ya kerusuhanpun makin memanas dan beberapa korban pun mulai berjatuhan.
 
Tak ada maskud apa-apa disini, saya hanya ingin berbagi pengalaman dan menjelaskan kejadian yang sebenarnya.
Sesungguhnya kerusuhan yang terjadi pada saat itu adalah murni karna adanya provokasi. Mengapa saya saat yakin? karna pada saat kerusuhan terjadi, beberapa tetua dan pendemo ada di balik pagar tameng. Ya mereka ada di belakang saya persis, namun apa yang terjadi? mereka juga ikut kabur dan berlindung dari kerusuhan, kalau memang kerusuhan ini terjadi karna akibat pendemo, mengapa mereka tidak menyerang saya dan teman-teman saya. Apalagi yang mereka tau bahwa saya seorang wartawan? Seperti juga beredar foto saat ini, yaitu foto seorang pendemo mengoleskan pasta gigi pada muka seorang polisi? Mengapa tak ia serang saja polisi pada saat itu?
 
Saya dan teman-teman berlarian kesana kemari mencari titik aman dari serangan, dengan mata yang cukup perih dan tenggorokan yg cukup sakit kami terus mencari titik aman. Tak lama saya melihat tetua pendemo menarik seseorang, ya mereka mendapatkan salah satu provokator pada saat itu. Gas air mata terus berhamburan sampai saya menginjak salah satu selongsongnya. 
 
Tak lama terlihat kobaran api yang cukup besar, yang saya dengar hal tersebut terjadi karna 2buah tank polisi saling bertabrakan akibat dorongan tangan-tangan pendemo yang sudah terprovokasi pada saat itu.
 
Saya muslim, namun saya tidak pernah memihak manapun, saya selalu bersifat netral. Saya hanya tidak mau kalian berfikir bahwa pendemo kemarin adalah biang rusuh negara atau apalah itu. Dan saya juga tidak menyalahkan media, memang benar terjadi adanya kerusuhan, memang mereka menyorot sesuai keadaan yang sedang terjadi disana.
 
Yang pada intinya disini saya sendiri menyimpulkan segala bentuk ocehan masyarakat itu seusai pola pikir mereka masing-masing bukan karna perseorangan maupun perkelompok. Karna saya berpendapat bahwa manusia masa kini mempunyai beragam pola pikir, ada yang langsung menyimpulkan, ada yang meneliti dulu sebelum berpendapat bahkan ada yang apatis, benar-benar acuh dengan keadaan yang ada. Saya sama sekali tidak bermakssud menyalahkan siapapun, atau mungkin saya yang memili salah dalam blog saya kali ini. 
 
Saya hanya berniat untuk berbagi pengalaman, karna saat itu saya berada disitu. Melihat orang-orang berlarian, asap dimana-mana, beberapa orang bersimbah darah, aparat yang berlarian saling membantu satu sama lainnya.
 
Setelah semua telah mereda saya tetap duduk bersama teman-teman saya di depan istana negara (kapan lagi bia menginjakkan kaki disitu, biasanya jalan itu ditutup :D). Dengan berani teman saya bertanya dengan salah satu aparat PM (Polisi Militer), begini yang saya ingat "Pak itu gimana? Ngamaninnya cm pake gas air mata?" dengan santai beliau menjawab "Ya kami hanya menjalankan tugas sesuai komando atasan, bila memang tidak terkontrol maka kopasus dikeluarkan" saya pun iseng ikut bertanya "jadi gas air mata terus nih pak sampe reda?" jawabannya pun membuat saya terdiam "yah iya komando cm bilang gitu, pokonya kita hanya mengamankan, tidak boleh menyerang"
 
Ini juga yang menarik, selama ini banyak ocehan yang berkeliaran bahwa "Aparat Kasar" atau "Aparat Menyerang". Namun pada nyatanya, mereka masih berniat baik untuk mengamankan tanpa harus menyerang. Komando berjalan mulus tanpa harus adanya kopasus hingga akhirnyapun reda.
 
Banyak kesimpulan yang ingin saya buat disini, tetapi dengan cerita diatas sepertinya sudah cukup  jelas ya. 
 
Sejatinya tidak pernah ada agama yang mengajarkan keburukan, semua agama mengajarkan kebaikan kepada setiap umat. Dan itu semua kembali lagi kepada setiap umatnya bagaimana dalam menjalankan kewajibannya sesusai dengan kitab yang dianutya. 
 
Dan saya dan teman-teman juga sempat mengobrol dengan anggota kodam jaya beliau berkata "Fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan, kalo pembunuhan aja langsung masuk neraka bagaimana dengan fitnah? berarti kan itu sudah keraknya yang paling parah" begitu ucapnya kalau tidak salah.
"Penghina agamamu tidak akan membuat agamamu terhina tetapi reaksi Anarkismu yang mengakitbatkan agamamu menjadi terhina" - K.H Mustofa Bisri.
Sekian dari saya, bila ada kesalahan mohon saya dikoreksi dan dimaafkan sebelumnya.
Dan saya juga ingin mengucapkan banyak terimakasih kepadaa teman-teman saya kemarin sudah memperbolehkan saya untuk ikut dan tidak lepas untuk menjaga saya hingga kerusuhan pun reda.
 
Wabillahi Taufiq Walhidayah Wassalamualaikum Warabmatullahi Wabarakatuh
 
 
Tangerang, 05 November 2016
Gledys Cellymia.
 

Ikuti tulisan menarik Gledys Cellymia lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu