Jangan Biarkan Energimu Menganggur

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Jangan pernah menyangka energi Anda hanya sebesar yang Anda lihat sekarang. Mungkin, ya sangat mungkin, jauh lebih besar.

 

"Usaha yang terus-menerus--bukan kekuatan atau kecerdasan--adalah kunci untuk membuka potensi kita."
--Winston Churchill

 

Sebuah batu yang berada di ketinggian tertentu memiliki apa yang disebut energi potensial karena jaraknya dari permukaan Bumi. Makin tinggi batu itu berada, makin besar energi potensialnya. Tapi, ini baru potensi dan ia akan berubah jadi energi yang dahsyat ketika jatuh. Energi yang semula baru potensi berubah menjadi energi yang aktual.

Begitu pula manusia. Secara potensial, manusia itu penuh energi—sayangnya, kita mungkin tidak menyadari keadaan ini karena kita kurang mengenal diri sendiri. Self-awaraness kita mungkin tidak begitu tinggi. Orang lain terkadang malah lebih tahu apa potensi kita, kelebihan kita, kekuatan kita, bakat kita. Energi potensial kita teronggok hingga kemudian kita mengubahnya menjadi aktivitas yang kreatif.

Andaikan pun kita tahu bahwa kita menyimpan energi yang demikian besar, soalnya kemudian ialah apakah kita sudah menggali energi yang kita punya? Apakah kita telah mengubahnya dari energi potensial menjadi energi kinetis? Energi kinetis itu kaitannya dengan gerak, dengan aktivitas. Bila kita diam saja, sampai kapanpun energi itu bersifat potensial semata. Daya ledaknya tidak akan terasa.

Banyak ahli mengatakan bahwa sebagai manusia kita menyimpan banyak energi. Yang kita gunakan baru sebagian. Nah, jika kita mampu meningkatkan lagi penggunaan energi potensial tersebut—misalnya saja 10 persen atau 15 persen lagi—efek perubahannya niscaya akan terasa betul. Misalnya saja, sebelumnya kita tidak pernah membereskan rumah yang terbiarkan berantakan. Ketika kita mampu mengusir kemalasan, kita sanggup merapikan seluruh rumah dalam satu hari. Betapa besar energi yang kita punya.

Mengatasi kelembaman memang perkara yang tidak mudah—kelembaman dalam pengertian mengubah yang potensial menjadi yang aktual/kinetis. Salah satu daya dorong yang pertama dan utama kita perlukan ialah sikap positif. “Manajer yang berhasil,” kata kawan saya, “tidak menoleransi ucapan-ucapan negatif.”

Ucapan negatif, yang berasal dari pikiran negatif, hanya akan mensabotase diri kita sendiri. Ia menjadi penghalang bagi kita untuk bergerak dari posisi diam ataupun dari posisi bergerak lamban. Ia menjadi rintangan yang menghalangi kita untuk mengubah energi potensial menjadi energi kinetis. Jadi, saran kawan saya, singkirkan pikiran negatif. Pikiran negatif ini menguasai ketika kita melihat segala macam benda bertebaran di dalam rumah: Bagaimana mungkin aku membereskan semua ini dalam satu hari? Dari mana mesti memulai?

Apa yang kita perlukan pertama-tama ialah menciptakan suasana nyaman bagi diri sendiri dalam berpikir, bekerja, bermain, maupun beristirahat. Suasana nyaman akan kondusif bagi terbangkitkannya energi potensial. Bagi sebagian orang, situasi yang menekan barangkali bisa mendorong lahirnya energi tersembunyi itu. Namun, bila terus-menerus tertekan, dampak buruknya bisa mengikuti—stres, stroke, dan seterusnya.

Perusahaan masa kini berusaha menciptakan suasana nyaman bagi karyawannya. Bahkan, menurut Don Tapscott dalam buku Grown Up Digital, generasi net akan sulit membangkitkan energi potensialnya bila ia dipaksa bekerja seperti era orangtua ataupun kakeknya yang siap bekerja kendati dimarahi atasan melulu. Para manajer yang mempekerjakan generasi net, kata Tapscott, harus membiasakan diri memberi ruang bagi mereka untuk bermain di tengah-tengah mereka bekerja.

Memegang komitmen merupakan cara lain untuk membangkitkan energi potensial. Kita, sebagai manusia, memang sering harus dipaksa membuat kesepakatan-kesepakatan untuk dijadikan pegangan dalam bertindak. Kita mesti memasang target-target untuk diraih. Tanpa komitmen, kita cenderung beraktivitas seenaknya. Dengan komitmen, energi potensial niscaya akan keluar.

Satu lagi: teruslah bergerak. Jangan biarkan diri kita diam, bengong, melamun. Berdiam diri barang sebentar, boleh saja, anggaplah ini jeda—asal jangan keterusan. Selesai mengerjakan satu urusan, kata para bijak, segeralah berpindah mengerjakan urusan lain. Terus bergerak akan membuat energi potensial kita muncul dengan dampak positif yang kian besar—bagi diri sendiri maupun orang lain.

Jangan pernah menyangka energi Anda hanya sebesar yang Anda lihat sekarang. Mungkin, ya sangat mungkin, jauh lebih besar. (Foto: tempo.co) ***

Bagikan Artikel Ini
img-content
dian basuki

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler