Seperti lagu dan kisah kehidupan, para pekerja rumah tangga (PRT) pun, memiliki kisah masing-masing. Hari Minggu, kami para PRT berkumpul di sekretariat Jaringan Advokasi Perlindungan PRT – JALA PRT untuk mengikuti training jurnalisme warga yang dipandu oleh mbak Luviana dan pak Nour. Buatku pribadi, ini adalah pertemuan ketiga yang ku ikuti, aku merasa sangat beruntung.
Teman-teman PRT sangat antusias sekali mengikuti training ini, terbukti banyak yang hadir, lebih dari 50 orang dari beberapa serikat PRT, seperti Sapulidi, Operata Sedap Malam, Operata Kemuning, semua terlihat semangat dan serius mengikutinya.
Singkatnya,setelah pembahasan cara registrasi di portal jurnalisme warga dan teknis penulisan, semua teman- teman PRT diminta untuk menulis dan membacakan cerita mereka didepan teman-teman PRT lainnya untuk diberikan masukan dan komentar. Teman -teman PRT ternyata memiliki kisah-kisah yang sangat bagus, mulai cerita sedih, haru, hingga cerita lucu. Saat masing-masing PRT membacakan tulisan mereka, ada banyak PRT yang menangis saat mendengar kisah mereka dan tentu ada yang tertawa ketika cerita lucu dibaca oleh penulisnya.
Seperti cerita ibu Rodiyah, PRT dari kelompok Operata Sedap Malam, yang sudah 14 tahun berpisah dengan kedua putrinya yang berada di Aceh, dia terpaksa merantau ke Jakarta setelah perceraiannya, sebelum terjadinya Tsunami tahun 2004. Dia tidak bisa pulang ke Aceh karena terbentur biaya, karena untuk hidup sehari-harinya pun dia serba pas-pasan.Tapi, dia beruntung, melalui Facebook, dia bisa menemukan profil anaknya dan dari situlah sampai sekarang dia bisa menjalin komunikasi.
Lalu cerita dari Ibu Sriwahyuni seorang PRT dari Operata Pamulang, yang menceritakan salah satu temannya sesama PRT dituduh mencuri uang majikan sebesar Rp.200,000 dan memaksa untuk mengakuinya, padahal dia tidak melakukannya, sampai majikannya memeriksa sampai ke pakaian dalam nya. "Menurut kami ini adalah salah satu tindak pelecehan", kata Sriwahyuni.
Berikutnya cerita dari Ludiah PRT asal Wonosobo, dari SPRT Sapulidi, menceritakan suka dukanya menjadi pengurus organisasi PRT Cipete Kemang. Banyak PRT yang masih belum sadar tentang pentingnya berorganisasi. tapi dia tetap bertahan dan kuat, positif thinking apapun yang terjadi.
Begitu pula cerita Ibu Dewi seorang PRT juga sekaligus anggota dari Operata Pondok Cabe, yang bercerita tentang perasaannya sangat senang setelah bergabung di SPRT dan banyak manfaat yang di dapat setelah mengikuti akitivitas dari organisasi PRT ini.
Sebenarnya masih banyak kisah-kisah yang disampaikan, semoga kisah-kisah PRT ini bisa lebih banyak beredar di dunia maya, khususnya melalui pelatihan ini. PRT juga seperti manusia lain memiliki kisah dan pengalaman hidup. PRT juga sama dengan pekerja lain, perlu kebijakan untuk perlindungan hak atas kerja layak, seperti cuti mingguan, upah layak, perlindungan sosial, bisa beroganisasi, dan kontrak kerja.
Terimakasih untuk ILO dan Jala PRT serta pelatih mbak Luviana yang tidak henti- hentinya mengajarkan, memberi inspirasi, dukungan dan motivasi untuk kami semua, untuk menulis cerita-cerita kami. Tetap semangat teman semua, majulah terus dan pantang menyerah. Nasib PRT tidak bisa di titip, buatlah perubahan yang lebih baik dengan semangat bersama, semangat berjuang.
Ditulis oleh: Yuni SR
PRT dan pengurus dari SPRT Sapulidi jakarta. 081213777995
Ikuti tulisan menarik Leny Suryani lainnya di sini.
