Siapakah Para Ahli Surga

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ahli surga itu ada tiga golongan, penguasa yang berlaku adil, yang berkasih sayang dan berlaku adil, dan yang menjauhkan diri dari harta haram ...

Ada ungkapan populer dalam masyarakat kita, Muda foya-foya, tua kaya-raya dan mati masuk surga. Sebagai manusia, tentunya kita ingin hidup senang dan kaya di dunia ini dan setelah mati bisa masuk surga. Namun untuk bisa hidup bahagia dan masuk surga, jalannya tidak selalu mulus. Ada usaha, kerja keras dan berbagai rintangan yang harus kita lalui. Apalagi, setan sebagai musuh utama manusia tidak akan membiarkan manusia melenggang begitu saja ke surga. Dengan segala tipu dayanya, manusia diajak untuk menemaninya menghuni neraka. Hanya manusia pilihan saja yang bisa menjadi ahli surga. Siapakah mereka?

Dalam satu hadist, Nabi Muhammad Saw menjelaskan, Ahli surga itu ada tiga golongan. Pertama penguasa yang berlaku adil. Kedua, yang berkasih sayang dan berlaku adil terhadap keluarga sendiri. Ketiga, muslim yang menjauhkan diri dari harta yang haram, dan mempunyai tanggungan yang wajib ia nafkahi.”

Akhir-akhir ini masalah kekuasaan dan kepemimpinan menjadi perhatian utama masyarakat Indonesia. Para peminpin negeri ini dituntut memberikan perlakukan yang adil terhadap rakyatnya. Diharapkan tidak ada pengistimewaan kepada orang atau golongan tertentu di mata hukum. Siapa yang salah mesti dihukum. Siapa yang berlaku benar dan jujur, janganlah dicari-cari kesalahannya untuk dihukum. Waktu yang akan membuktikan apakah para pemimpin bisa amanah terhadap kepercayaan yang diberikan kepadanya.

Dalam masalah keadilan, Nabi selalu menyelesaikannya dengan tuntas. Baik yang menyangkut urusan orang besar atau orang-orang kecil. Urusan orang-orang kecil bisa berupa perampasan hak milik oleh yang berkuasa, seperti barang dagangan dan sebagainya. Keadilan juga tentu berlaku atas diri Nabi. Kalau keliru sedikit, Allah sendiri yang akan menegurnya.

Golonga kedua adalah orang yang berkasih sayang dan berlaku adil terhadap keluarga sendiri. Nabi Muhammad Saw memberi contoh yang baik tetang berkasih sayang dan berlaku adil terhadap keluarga. Beliau terkenal sebagai pribadi yang penuh kasih sayang dan lemah lembut kepada keluarganya. Bisa dibilang beliau tidak pernah memarahi keluarganya. Jika dipanggil istri, jawabannya adalah “Ya, sayang.” Dan jika memanggil Siti Aisyah, istrinya, menggunakan panggilan kesayangan, “Wahai, Humaira” yang artinya si merah jambu. Disebutkan bahwa Aisyah Ra memang berpipi merah jambu. Kalau memutuskan sesuatu, beliau berusaha seadil mungkin. Tidak jarang beliau bertanya dulu pada keluarganya, “Sudahkan aku berlaku adil dan dengan kasih sayang?”

Golongan ketiga adalah muslim yang menjauhi harta haram dan mempunyai tanggungan yang wajib dinafkahi. Untuk hal ini, kita juga bisa mengambil teladan dari Nabi dimana beliau tak pernah tersentuh oleh harta yang haram. Sebaliknya, beliau mengutamakan hak milik yang halal. Nabi selalu berdoa agar keluarganya dijauhkan dari harta yang haram dan diberi kemampuan menafkahi mereka dengan harta yang halal. Seringkali kali Nabi memilih berlapar-lapar atau dalam kemiskinan untuk bisa mempertahankan apa yang diyakininya bahwa harta yang halal sajalah yang bisa memperkokoh pribadi siapa pun.

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Fathur Rozi

Selain aktif di SPORTS EVENT, saya ingin Berbagi Inspirasi & Solusi kepada sesama melalui WWW.SILATURAHIM.CO.ID untuk masa depan yang lebih baik.

0 Pengikut

img-content

Siapakah Para Ahli Surga

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
img-content

Kekuatan 'Tiga Suci'

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terpopuler di Peristiwa

img-content
img-content
img-content
img-content
Lihat semua