x

Sejumlah massa yang tergabung dalam Gerakan Nasional Kawal Fatwa MUI (GNKF-MUI) melakukan aksi dan doa bersama di depan Pengadilan Negeri Jakarta Utara, Jakarta, 13 Desember 2016. Aksi bersama tersebut sebagai bentuk pengawalan terhadap sidang dugaan

Iklan

Kang Nasir Rosyid

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Yang Lucu dari Sidang Ahok

Suasana Sidang Perdana Ahok

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Selamat Malam Semuanya, Sugeng Ndalu

Poro pepunden lan poro pinisepuh ingkang sami di rahamati Allah SWT.

Kulo wau sami sami melihat tayangan ingkang wonten Tivi nggih, acaranipun Sidang Perdana Kasus Penistaan Agama yang dilakukan Ingkang Sinuwun Ahok, nami Indonesianipun inggih puniko Basuki Cahaya Purnama. Leres pisan ya namanya, Jabatannya juga Gubernur non aktif sekaligus Calon Gubernur DKI yang pemilihannya akan dilaksanakan tahun depan alias tahun kaleh ewu tujuh belas.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tapi sayang, mulai hari ini  tanggal 13 Desember dua ribu enam belas, panjenenganipun Bapak Ahok menyandang gelar baru dilingkungan Peradilan Indonesia, gelarnya resmi deberikan oleh Pak jaksa dan Pak Hakim disaksikan  juga oleh para pembelanya yang katanya berjumlah 80 orang, jika moodnya memungkinkan, bisa jadi nanti bertambah hingga ruang sidang Pengadilan penuh dengan pembela.

Oh iya lupa, gelar itu sejatinya paling ditakuti oleh manusia biasa, engga tahu kalau bagi Ahok, kulo mboten ngertos, gelar kebanggaan menopo gelar kebetulan, naminipun gelar meniko nggih puniku “Terdakwa”.

Kalau kita perhatikan jalannya sidang secara seksama walaupun dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, banyak hal yang dapat kita lihat, dari hal yang lucu sampai hal yang aneh.

Saya maksudkan lucu disini karena menimbulkan orang tertawa, minimal mesem mesem walaupun sejatinya tidak “kocak”. Coba saja perhatikan saat tim pengacara membaca nota keberatan atas dakwaan jaksa, disitu banyak sekali menggunakan kata kata yang bernuansa Islam, tapi kemudian terkesan lucu bagi kaum muslim yang mengerti tentang sebutan simbol-simbol Islam yang asluhunya berasal dari Bahasa Arab.

Saya sempat memperhatikan pembacaan keberatan dakwaan oleh Tim Pembela, pada saat dibaca oleh Tim pembela yang perempuan, saya sampai melototi gerak bibir dari yang membaca, sebab ada sesuatu yang kurang jelas kedengaran  kosa katanya seperti kata “bepatisipasi” dan lainnya, Setelah saya perhatikan dengan seksama ternyata maksudnya adalah “berpartisipasi”, Oalah ngga taunya ibu ini engga bisa mengucapkan huf “R” alias cedal, ya ahirnya saya maklumi.

Selanjutnya ibu ini mengatakan yang terdengar “Alah”, untung saja  dibelakang kata “Alah” itu ada kalimat yang kedengarannya “Subanahu watala”. Oh rupanya yang dimaksud adalah sebutan untuk “Allah Subhanahu Wata’ala” sebagaimana orang Islam selalu mengagungkan nama Allah dan membunyikan huruf “a” dibelakang “l” dibaca setengah “o” hingga bunyinya “Alloh” karena sebutan itu berasal dari bahasa Arab/Qur’an . Kesimpulan saya, Ibu ini belum pernah mengucapkan kalimat “Allah Subhanahu Wata’ala” dalam kesehariannya sebagaimana ummat Islam, atau bisa jadi Ibu ini dalam kesehariannya menyebut kalimat “Allah” dalam versi non muslim, hingga kosa katanya diucapkan dengan lafal “Alah”. Sayapun mafhum juga walaupun tak barengi karo rodo mesem mesem.

Kalau Ibu itu mengucapkan beberapa kalimat Islami dengan versi yang dimilikinya, sekali lagi masih rodo tak maklumi, tetapi ada juga yang lebih parah alias ancur ancuran. Ini dilakukan oleh Tim pengacara yang laki laki, orang  sudah agak tua ning urung ngekek, saya ngga hafal namanya. Apa yang diucapkan oleh Bapak Pengacara ini, membuat saya lan konco konco yang lagi nonton tivi, bukan hanya mesem mesem, tapi aku ngguyu ngakak alias terpingkal pingkal mpe kepuyuh puyuh.

Bapak yang satu  ini bukan salah sebut, tapi salah menempatkan kalimat yang bagi ummat Islam sangat sakral dari yang tersakral. Ia dengan tergopoh gopoh menyebut “…. Saat Nabi Isa Subhanahu…..”,sampai disini, menyadari kekeliruannya hingga berhenti, namun lagi lagi meneruskan kalimat yang salah dengan mengatakan “…. Wallahi… wasalam...”. Hua ha ha ha ha, rupanya bapak ini bukan salah kata, tapi ancur ancuran, kalimat “Subhanahu” itu, dalam Islam, bukan sebutan gelar  Nabi  siapapun, tapi untuk “Allah”, lengkapnya “Allah Subhanahu Wata’ala”. Adapun kalimat Wallahi… wasalam ngga jelas maksud nya kemana, mungkin maksudnya untuk nabi Isa yang dalam Islam biasa disebut “Isa Alaihissalam”. Sungguhpun demikian, yo ra popo lah, mungkin bapak ini tidak terbiasa juga menyebut ‘’gelar suci kenabian”, saya tidak akan menganggap penghinaan, anggap saja bapak ini kejeglog, yow is ra popo, ning tenan, aku kepingkel pingkel lan kepuyuh puyuh –untuk tidak menyebut tertawa hingga terkecing kecing – saking lucunya tapi tidak kocak. KEJEGLOG.

Yo wis yo, kayaknya sudah panjang nih ulasan, kalau soal yang aneh, biarlah nanti dalam segmen berikutnya.

Salam, Selamat berjuang semuanya.

Ikuti tulisan menarik Kang Nasir Rosyid lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB