Buku adalah muara menulis. Tulisan itu ibarat layang layang terbang tinggi di awan. Layang itu mempunyai nasib dua saja. Pertama dia akan ditarik kembali oleh pemiliknya dan kemudian disimpan. Nasib layang layang kedua dia lepas, artinya tali atau benang putus. Tali putus bisa bersebab karena beradu di awan dengan layang lain. Kemungkinan lain tali putus karena memang sudah rapuh.
Ketika layangan disimpan setelah bemain dia bernasib baik sedangkan layangan putus nasibnya tak beruntung. Bisa jadi layangan itu putus kemudian menjadi rebutan anak anak, di kejar sampai dapat. Tentu ber resiko robek. Atau layang layang itu tersangkut di dahan, atau malah tercebur di empang. Itulah nasib jelek si layanglayang mengikuti takdirnya.
Sesungguhnya analog dengan peruntungan tulisan itu sama dengan layang layang. Artikel yang di posting di media social hampir mirip dengan layang layang. Dia tersimpan dinegeri orang dalam kewenangan server. Sang pemilik tulisan bisa jadi cemas ketika server itu tiba tiba error yang berujung file tulisan ghoib alias hilang. Masih bernasib baik apabila sang empunya punya tulisan memiliki cadangan di file pribadi. Apabila tidak maka karya itu akan hilang selamanya.
Perumpamaan layang layang itulah yang menjadi motivasi kuat awak menerbitkan buku. Sebenarnya lebih tepat bukan menerbitkan buku tetapi menjilid tulisan nan terserak di media social. Ada rasa khawatir apabila suatu saat tulisan yang berjumlah 1835 artikel itu tiba tiba hilang bersebab sesuatu hal yang tidak terduga.
Oleh karena itulah setelah melihat jumlah artikel yang di posting di social media sudah cukup memadai awak berniat menerbitkan buku. Menyelamatkan tulisan intinya. Kemudian bertanya kepada sobat bagaimana sih kog anda bisa punya buku. Pertanyaan itu mendapat apresiasi dari Mbak Winda. Penulis novel kawakan ini menganjurkan awak untuk menghubungi penerbit Leutikaprio yang beralamat di kota Jogyakarta. Nampaknya ada kemudahan yang ditawarkan dalam arti buku bisa diterbitkan.
Tadinya awak berprasangka bahwa penerbit akan menseleksi isi buku dan kemungkinan di terbitkan hanya 15 %. Prasangka buruk itu beralasan ketika kita mengirimkan buku ke Penerbit Major. Namun beda halnya di penerbit indi ini, mereka memberikan fasilitas mumpuni dengan syarat segala isi buku menjadi tanggung jawab penulis.
Tahun 2011 Buku BUKAN ORAG TERKENAL terbit. Inilah buku pertama seorang anak desa Tempino Jambi yang akhirnya bisa memecahkan rekor diri sendiri dan mungkin keluarga atau orang sekampung. Tidak usyahlah membandingkan dengan Buya Hamka pada zamannya. Penyair kawakan itu dengan segala kesulitan saja bisa menerbitkan demikian banyak buku. Kini di zaman teknologi informasi modern ternyata dengan segala kemudahan ternyata menerbitkan itu tidak sulit.
Menyelamatkan tulisan nan terserak menjadi mootivasi menerbitkan buku. Sekali lagi sesungguhnya muara dari menulis adalah buku. Buku abadi adanya. Buku bisa menjadi pembuka silaturahim ketika berfungsi sebagai hadiah. Hadian nan sangat berharga karena dalam buku ter angkum isi pikiran dan ide sang penulis.
Selain itu buku memiliki usia lebih panjang dari penulisnya. Buku bisa mengikuti takdirnya kemana saja, tak usyah risaukan apakah buku itu laris atau tidak atau dibaca atau di simpan saja. Justru roh dari buku itu spektakuler. Tak salah apabila Buya Hamka berucap, biarlah buku itu membela dirinya sendiri, biarlah buku mu itu mengikuti takdirnya.
Termotivasi dengan ungkapan Buya Hamka tersebut jadinya awak bersemangat sekali menjilid buku. Sebenanya membuat buku mudah sekali dengan catatan anda menulis setiap hari atau paling tidak dalam sebulan menulis artikel lebih dari 20 buah. Setlah 3 bulan terdapat 50-60 artikel. Ini modal utama menerbitkan buku setebal 200 halaman.
Alhamdulillah semangat menulis tetap bisa dipertahankan dari berbagai ide dan inspirasi menulis. Dari hasil tulisan telah dirangkum dalam 10 buku berikut ini :
Sepuluh buku karya diterbitkan periode 2011-2016
- Bukan Orang Terkenal
- Hadiah Terindah
- Celoteh Kompasianer Tede
- Catatan Harian Seorang Purnawirawan Polri, edisi 1 dan 2
- Ketika Baitullah Bersaksi
- Prabowo Presiden Ku
- Prabowo Presiden Kita
- Magnet Baitullah
- Kasidah
- Bukan Hoax
Tadinya awak tidak begitu perhatian dengan buku buku yang telah diterbitkan. Maksudnya setelah buku terbit kemudian dihadiahkan kepada sanak saudara dan teman tidak terpikir untuk menyimpan. Memang buku buku awak tidak di jual, hanya untuk koleksi pribadi dan perpustakaan Bunda Kandunag Hj Husna di Bogor dan Perpustakaan Kasidah di Tempino Jambi. Hanya buku Prabowo Presiden ku yang dijual terkait dengan kampanye Pemilihan Presiden 2014. Buku ini best seller bahkan di bajak kemudian di jajakan di lampu merah.
Ternyata setelah diperhatikan buku buku nyaris habis. Sampai sampai di rumahpun tidak ada stock buku Bukan Orang Terkenal dan Hadiah terindah serta Celoteh Kompasianer TD. Terpaksa awak memesan kembali ke penerbit atau mengkopi ulang dengan system digital. Kini 10 buku itu sudah lengkap terhimpun dengan persediaan yang tidak boleh lagi di hadiahkan kepada orang lain.
Terkait dengan memuliakan buku maka kami sekeluarga telah membeli rak buku yang agak besar dan lebar. Selama ini buku buku itu di simpan di lemari biasa, tertumpuk dan tidak terawat baik. Kini buku buku koleksi keluarga sesuai dengan peminatan masing masing telah disimpan terkelompokkan di lemari. Jadi inilah Perpustakaan Keluarga kami. Asset yang tak ternilai karena dari buku lah kami mendapatkan kepintaran dan wawasan sehingga bisa hidup sejahtera sesuai dengan kemampuan.
erpustakaan keluarga kini mampu menampung semua buku termasuk 10 buku awak yang telah nyaman berada di habitatnya. Selama ini buku buku terserak entah dimana, namun dengan keberadaa Perpustakaan Keluarga kini lebih mudah mencari buku yang diperlukan. Putri bungsu Amalia Muflihat Alumni Fakultas Ilmu Budaya Jurusan Perpustkaaan Universitas Indonesia berjanji akan membuat katalog perpustakaan.
Semoga pemuliaan buku dengan cara menempatkan di perpustakaan keluarga akan semakin memberikan berkah. Di Perpustakaan buku merasa nyaman, terawat dan terurus dan yang pasti tidak ter sia sia kan. Koleksi buku buku Agama dalam bentuk serial seperti ensiklopedia kini tampak rapi dan gagah di lemari buku. Insha Allah buku buku tersebut akan tersentuh ketika kami atau siapapun yang membutuhkan untuk mencari referensi terkait dengan kegiatan menulis.
Salamsalaman
TD
Ikuti tulisan menarik TD Tempino lainnya di sini.