x

Iklan

Denny YF Nasution

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Asa dari Asa Firda

Asa Firda, seorang siswi sekolah menengah dari Banyuwangi menulis kegelisahannya. Kegelisahan tentang media sosial yang hari-hari ini telah begitu merusak.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

“...Kita juga tidak pernah kehabisan alasan untuk saling membenci. Apa-apa dijadikan ‘amunisi’. Sama-sama manusia, kalau beda negara rusuh. Sama-sama Indonesia, kalau beda agama rusuh. Sama agamanya, beda pandangan juga rusuh...”

Ini kutipan status facebook Asa Firda, siswi kelas XII SMAN 1 Gambiran, Banyuwangi. Statusnya ini telah menjadi viral di media sosial beberapa waktu lalu.

Asa Firda barangkali hanya salah satu remaja yang gelisah dan cemas dengan keadaan negerinya. Ia tak hendak protes kepada siapa pun. Ia hanya gelisah tentang perilaku bermedia sosial hari-hari ini, yang telah begitu merusak, mengganggu, dan memecah belah. Asa Firda barangkali mewakili kecemasan banyak orang; betapa media sosial kini telah menjadi alat untuk mencela, mencaci-maki, dan mengumbar fitnah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pemilik akun facebook Afi Nihaya Faradisa ini menulis, “Diri ini merasa lebih baik karena pihak lain terlihat lebih buruk. Kita merasa senang atas ketidakbaikan orang. Tuhan mana yang mendukung karakter seperti itu? Padahal, this too shall pass. Semua hal pasti akan berlalu sendiri silih berganti. 10 tahun lagi, apakah yang kita pertengkarkan ini lebih berharga daripada hubungan kita?”

Tentu saja ada nada gugatan dalam kalimat-kalimat Firda itu. Namun, apa yang terbaca adalah sebuah pikiran jernih dan mencerahkan dalam memandang persoalan-persoalan kebangsaan yang belakangan mengancam keberbedaan, kebinekaan Indonesia. Kalau pun Firda menggugat, ia hanya menggugat sentimen primordial yang terus “digosok-gosok” melalui media sosial, yang ternyata hanya berisi pesan-pesan kebencian. Dan Firda, remaja berusia 18 tahun itu tak hendakkan “Kita” menjadi terpecah-belah sebagai “Aku Ambon”, “Kamu Jawa”, “Aku Islam”, dan mohon maaf “Kamu bukan Islam”. “Yang dirahmati Tuhan adalah hubungan, bukan permusuhan,” tulisnya.

Ada harapan kecil, akan hadir pikiran-pikiran bening dan kritis serupa dari generasi Firda. Setidaknya, Asa Firda bisa menginspirasi semakin tumbuhnya generasi Indonesia dengan kepekaan dan kesadaran yang positif dalam perbedaan.

Harapan ini tentu tidak berlebihan, karena kelak, negeri ini membutuhkan pemimpin yang mampu memberi inspirasi, seperti kata Bill Gates, “Pemimpin masa depan adalah seseorang yang saat ini mampu menginspirasi dan memengaruhi orang lain secara positif.

Semoga.

Ikuti tulisan menarik Denny YF Nasution lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB