x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Jadikan Kelemahan tidak lagi Relevan

Meraih kinerja dan karir terbaik lebih dimungkinkan bila kita fokus pada kekuatan ketimbang kelemahan kita.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Mendiang Peter Drucker pernah berujar: “Seseorang seharusnya tidak ditempatkan di posisi manajerial bila visinya fokus kepada kelemahan anak buahnya dan bukan pada kekuatan atau keunggulan mereka.” Drucker juga mengatakan: “Kunci manajemen efektif ialah membuat kekuatan jadi efektif dan kelemahannya jadi tidak relevan.”

Mengapa kekuatan atau keunggulan menjadi fokus perhatian? Setidaknya ada dua alasan yang bersifat personal. Pertama, masing-masing orang memiliki bakat yang unik. Andik Vermansyah, misalnya, memiliki bakat bermain sepak bola. Dalam olah raga ini, kecerdasan kinestetik (gerak) Andik terlihat menonjol.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Alasan kedua, potensi terbesar seseorang dapat tumbuh sangat baik bila berada di wilayah yang menjadi kekuatannya. Prestasi Andik bagus di lapangan sepak bola, tapi ia mungkin akan sukar meraih prestasi tinggi bila bermain musik. Kecerdasan geraknya mungkin memang lebih bagus dibandingkan kecerdasan musikalnya. Karena itu, ia melatih dan mengasah terus kecerdasan geraknya agar kekuatan itu lebih menonjol.

Fokus pada kekuatan menjadi prinsip yang disarankan untuk ditegakkan. Dalam buku Now, Discover Your Strength, Marcus Buckingham dan Donald Clifton menunjukkan betapa kekuatan individu dapat berkontribusi besar bagi kekuatan masyarakat atau organisasi. Dengan memanfaatkan kekuatan masing-masing individu yang unik, organisasi dapat meraih potensi maksimumnya.

Apa yang dimaksud Buckingham dan Clifton dengan kekuatan (strenght)? Bila Anda mampu meraih kinerja yang nyaris sempurna secara konsisten dalam aktivitas tertentu, maka itulah kekuatan Anda. Jika setiap kali menjual produk baru, Anda mampu menarik pelanggan dalam jumlah terbanyak dibandingkan orang lain, maka kekuatan Anda adalah menjual.

Individu akan mampu meraih kinerja tertingginya bila ia memilih peran yang sesuai dengan keunggulannya. Seseorang yang mudah bergaul dengan orang yang baru dikenal mungkin akan meraih kinerja terbaiknya bila terjun di arena public relations. Ia akan senang bertemu dengan orang baru, berada di lingkungan baru, dan menjalin relasi dengan orang-orang yang suatu ketika dapat diajak bekerja sama untuk perusahaannya.

Mereka yang berkarir di bidang yang jadi kekuatannya pada umumnya akan merasa menikmati apa yang mereka kerjakan. Rasa senang, passion, maupun rasa ingin tahu akan mendorong mereka untuk meraih kinerja terbaik. Mereka terlibat (engaged) dengan suka cita dalam urusan bisnis, bukan karena terpaksa hanya karena pertimbangan penghasilan.

Mereka yang ingin meraih karir terbaik, Buckingham dan Clifton menawarkan saran, tentukan dulu apa saja kekuatan Anda (atau tim Anda), identifikasi kesesuaian antara kekuatan dan peran yang Anda mainkan—jika tidak sesuai Anda harus berpikir untuk melihat kemungkinan lain, lalu identifikasi peluang-peluang yang memungkinkan Anda memanfaatkan kekuatan secara optimal.

Bagaimana jika Anda ditugasi memimpin sebuah tim? Dalam konteks topik ini, memimpin berarti menyelaraskan kekuatan-kekuatan anggota tim sehingga kelemahan-kelemahan mereka menjadi tidak relevan. Bila Anda ingin membangun perubahan yang positif, gunakan aspek-aspek positif untuk memotivasi tim Anda menuju masa depan yang lebih baik. Inilah kekuatan pendekatan appreciative inquiry di dalam mendorong perubahan.

Kekuatan tersebut berasal dari fakta bahwa semua pemain diajak untuk berpartisipasi dalam sebuah budaya positif: memandang segi-segi positif, bertumpu pada kekuatan positif. Ini jauh lebih memberikan inspirasi dan memotivasi dibandingkan dengan fokus pada rasa malu karena manajer mencari siapa yang bersalah. Terlalu fokus pada kelemahan karyawan akan dengan cepat meruntuhkan semangat organisasi.

Tentu saja, bukan berarti kelemahan diabaikan sama sekali, terutama apabila kelemahan itu demikian menonjol. Selain memperbaiki, cara lain yang dapat dilakukan ialah dengan ‘mengelola’ hal-hal lain di sekitar kelemahan itu. Misalnya saja, ketika seluruh anggota tim kurang tekun menangani hal-hal kecil, manajer dapat merekrut seseorang yang punya perhatian besar pada detail.

Secara personal, sebagai manajer pun, Anda memiliki kelemahan. Tapi Anda dibantu oleh orang lain yang mengisi celah-celah ini. Yang dibutuhkan dari Anda sebagai manajer adalah kekuatan tertentu yang orang lain tidak memilikinya. Menjadi tugas Anda menemukan beragam kekuatan, menyatukan dan menyelaraskannya satu sama lain, sehingga kelemahan menjadi tidak relevan lagi. (Foto: tempo.co) **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu