Main Lego Star Wars Ditemani Muhammad dan Yesus (1)

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dengan bermain Lego tanpa puas begitu, mudah-mudahan kreativitas berkembang, tapi....

(Disclaimer: Jika ada pembaca yang keberatan bermain lego bareng-bareng Muhammad dan Yesus sekaligus, maka tersedia alternatif ini: bagi yang Muslim, silakan bermain lego ditemani Nabi Muhammad. Bagi yang Kristen, silakan bermain lego ditemani Yesus. Buat yang nggak mau main Lego juga gapapa. Masih banyak mainan lain kan? ).

***

Pagi cerah ini saya diguyur berkah. Anakku (sebut saja namanya Budi, usia 5 tahun), sarapan pagi sambil bermain lego Star Wars (Makasih Tante Dian buat oleh-oleh Legonya!). Setelah beberapa kali kesal karena sempat kesulitan memasang bongkah-bongkah plastik kecil itu dengan jari-jari mungilnya, akhirnya Budi berhasil: 93 butiran lego untuk usia 6-12 tahun itu selesai dia susun menjadi pesawat Darth Vader yang keren banget. Sendirian, dengan minim bantuan!

Setelah pesawatnya selesai dia bangun, Budi bukannya memainkannya, tetapi malah melihat kardus karton pembungkusnya. Rupanya, dia tertarik melihat model-model pesawat Star Wars lainnya yang sengaja diiklankan di kardus lego itu.

Ini trik cerdik dari Lego: menaruh gambar-gambar produk lainnya supaya anak merayu orangtuanya agar dibelikan produk lainnya lagi. Persis seperti trik tukang mainan keliling yang sengaja bikin suara “tetot tetot” sambil teriak “sayang anak, sayang anak”, untuk memancing perhatian agar sang ibu mau merogoh kocek untuk menyenangkan buah hatinya.

Dan, memang itulah yang terjadi: Budi menunjuk produk iklan di kardus itu dan memperlihatkannya ke saya sambil bilang gini: “Ayah, Budi paling suka yang ini nih. Soalnya, tembakannya ada empat. Lebih banyak”.

Saya senyum saja, sambil teringat ayat ini: “Fa idzaa faraghta, fanshab: Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,” (Al-Quran, 94:7).

Urusan manusia memang tidak pernah selesai, baik untuk orang dewasa maupun anak-anak. Apabila Lego Darth Vader sudah selesai disusun, timbul keinginan untuk menyusun pula Lego Hans Solo, R2-D2, Chewbacca, Master Yoda, dll, yakni, selama dompet orangtua masih mengizinkan.

Dengan bermain Lego tanpa puas begitu, mudah-mudahan keterampilan motorik tangan dan logika spasial-matematis anakku terus meningkat, kesabaran dan ketekunannya dalam mengerjakan sesuatu pun makin bertambah. Kreativitasnya berkembang. Amiin. Bukankah ini semua akhlak mulia yang diajarkan nabi-nabi?

Namun di sisi lain, saya teringat pula dengan hadis Nabi: jika diberi emas satu lembah, kita manusia akan pingin tambah dua lembah, lalu pingin tiga lembah, dan seterusnya begitu sampai kita masuk kubur. Well, serem juga kalau kita tidak pernah puas, alias rakus.

Kata Gandhi, “Earth provides enough to satisfy every man's needs, but not every man's greed.” Bumi ini cukup untuk memuaskan kebutuhan setiap manusia, tapi tak cukup memuaskan kerakusan mereka.

Untungnya, guru-guru agama sudah mewanti-wanti bahwa rakus tidak selalu negatif. Rakus harta, rakus tahta, dan rakus wanita/pria memang buruk. Tapi, rakus ilmu dan rakus ingin berbuat baik justru mulia.

Hmmm… tapi bagaimana dengan rakus main lego ya?  Di satu sisi, Lego bagus sekali untuk melatih kecerdasan dan ilmu pada anak-anak. Tapi di sisi lain, kerakusan yang satu ini perlu modal yang tidak sedikit. Hua…huaa hiks hiks….

***

Tapi, percaya deh. Modal beli Lego yang tidak sedikit itu insya Allah mendatangkan hasil yang setimpal. Bukan saja anak-anak akan berlatih keterampilan jari dan tangannya (motorik halus), kesabaran, ketertiban bekerja sesuai instruksi dan buku panduan, keterampilan berhitung, kecerdasan spasial-logis, kreativitas dan imajinasi, tetapi Lego juga bisa mengasah kecerdasan akhlak / etis anak-anak sejak dini.

Ini terbukti pada anak saya sendiri pagi tadi.

Saat dia memperhatikan berbagai model lego yang diiklankan di kardus Lego Darth Vader-nya itu, tiba-tiba dia nyeletuk gini:

Ayah, lihat nih: kalau yang jahat, tembakannya warna merah. Kalau yang baik, tembakannya warna hijau!

Buat saya, ini pelajaran akhlak luar biasa dari Lego via mulut anak saya: jangan lawan kejahatan dengan “warna”, gaya, dan cara yang sama dengan si penjahat. Jika kejahatan dibalas secara jahat, maka apa bedanya kita dengan si jahat?

Lawanlah si angkara murka merah yang panas membara itu dengan si sejuk hijau yang bijaksana!

Lawanlah hate-speech dengan love-speech!

Lawanlah benci dengan cinta!

Bukankah itu ajaran Muhammad dan Yesus, dan banyak nabi lainnya sejak dahulu kala?

[bersambung: Main Lego Star Wars Ditemani Muhammad dan Yesus (2)] 

Bagikan Artikel Ini
img-content
ilham ds

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler