x

Iklan

Syarifuddin Abdullah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Raja Salman adalah Pemimpin Negara, Bukan Pemimpin Agama

Raja Salman adalah salah satu negarawan Kerajaan Saudi Arabia. Raja Salman tidak pernah memposisikan diri sebagai ulama Islam.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Beberapa analisis, komentar ataupun gambar tentang rencana kedatangan Raja Salman ke Indonesia pada awal Maret 2017, seolah-olah memposisikan Raja Salman bin Abdul Aziz sebagai pemimpin agama. Dan itu asumsi yang keliru, persepsi yang tidak benar sama sekali.

Bahwa Raja Salman adalah seorang Muslim, konon penghapal Quran, banyak memberikan bantuan kepada umat Islam di dunia, dan kebetulan kepala pemerintahan di negara yang menjadi tempat dua kota Suci umat Islam, iya. Itu benar.

Tapi Raja Salman lebih sebagai seorang pemimpin negara. Dan karena sistem negaranya adalah morarki, maka dia bergelar Raja, bukan presiden atau Perdana Menteri.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Karena itu, Raja Salman dan kunjungannya harus diposisikan sebagai kunjungan bilateral biasa. Seperti halnya kunjungan kepala negara dan kepala pemerintahan dari negara-negara lain, yang pernah dan/atau akan berkunjung ke Indonesia.

Bahwa dalam kunjungan itu ada kegiatan atau acara yang bersentuhan dengan agama Islam, misalnya acara shalat sunat di Masjid Istiqlal, hal itu diposisikan sebagai sesuatu yang normal saja. Justru keliru jika Raja Salman berkunjung apalagi shalat sunat di Katedral Jakarta, atau berziarah ke salah satu Pura terbesar di Bali.

Setahu saya, berdasarkan pemberitaan di media, tidak ada agenda khusus Raja Salman akan bertemu dengan Ormas-ormas Islam tertentu. Bahwa di Masjid Istiqlal nanti ada pertemuan atau ramah tamah dengan sejumlah ulama, sekali lagi, itu normal saja. Dan tidak bisa diklaim sebagai dukungan kepada Ormas Islam tertentu.

Dan ada satu poin yang perlu dicatat, seperti umumnya negara-negara Arab pada umumnya, Kerajaan Arab Saudi adalah negara Islam yang tidak memiliki hubungan istimewa dengan komunitas habaib. Makanya aneh juga bila ada berita yang menyebutkan Raja Salman akan bertemu dengan ulama habaib di Indonesia. Bahwa dalam pertemuan di Istiqlal, ada beberapa ulama habaib yang hadir, itu wajar saja.

Kalau melihat agendanya selama berada di Jakarta, Raja Salman dan rombongan hanya akan mengunjungi tiga titik: Istana, Gedung DPR, dan Masjid Istiqlal. Coba perhatikan tiga titik kunjungan itu: Istana adalah simbol negara, Istiqlal adalah Masjid negara dan karena itu simbol negara juga, dan DPR adalah lembaga dan simbol negara.

Sementara lawatan Raja Salman dan rombongannya ke Bali itu adalah acara pribadi. Karenanya, rombongan yang ke Bali mungkin juga melibatkan anggota keluarga masing-masing anggota rombongan: istri dan anak-anak mereka masing-masing. Mereka semua juga kan manusia biasa, bukan malaikat yang baru turun dari surga.

Dan banyak orang yang tidak tahu bahwa Saudi Arabia termasuk salah satu negara berpenduduk mayoritas Islam di dunia, yang memiliki kebijakan paling tegas – dan model penerapan kebijakan yang juga tegas – dalam upaya untuk memberantas terorisme dan paham-paham radikal.

Saudi Arabia adalah salah satu negara Islam, yang bukan hanya paling getol, tetapi juga mungkin salah satu yang paling keras dalam memerangi kelompok teroris Islamic State (Daisy) dan jaringannya di seluruh dunia.

Saudi adalah negara Islam yang secara terbuka dan resmi, misalnya, menggolongkan milisi-milisi Islam seperti seperti Hezbullah di Lebanon dan/atau jaringan organisasi Ikhwanul Muslimin di seluruh wilayah Teluk sebagai organisasi teroris.

Kunjungan Raja Salman ke Indonesia harus diposisikan dan dipahami secara proporsional. Jangan diberi muatan yang bukan-bukan, dan terkesan berlebihan. Dan saya berani memastikan bahwa kunjungan Raja Salman tidak berkaitan sama sekali dengan agenda Pilgub DKI 2017, ataupun wacana tentang penistaan agama atau kontroversi tentang pemimpin Muslim.

Tapi, sekali lagi, bahwa Raja Salman adalah seorang Muslim yang taat, oke. Bahwa Raja Salman sering bersikap prihatin terhadap penderitaan yang dialami warga Muslim di berbagai belahan bumi, itu benar. Bahwa Raja Salman berasal dari negara, yang menjadi tempat dua kota Suci umat Islam (Makkah dan Madinah), itu juga fakta yang tidak terbantahkan. Raja Salman adalah salah satu negarawan Kerajaan Saudi Arabia. Tetapi sepanjang penelusuran saya, Raja Salman tidak pernah memposisikan diri sebagai ulama Islam. Raja Salman tidak pernah menghasilkan karya-karya tulis keagamaan (berupa buku misalnya).

Karena itu, kalau boleh saya menyimpulkan, kunjungan Raja Salman ke Indonesia adalah murni dan mestinya disikapi sebagai kunjungan kenegaraan, bukan kunjungan keagamaan. Sebab sekali lagi, Raja Salman adalah pemimpin negara, bukan pemimpin agama.

Syarifuddin Abdullah | Senin, 27 Februari 2017 / 01 Jumadil-akhir 2017

Ikuti tulisan menarik Syarifuddin Abdullah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler