x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Genopolitik: Mengapa Saya tidak Memilih Cagub X?

Pengaruh gen terhadap pandangan dan perilaku politik semakin diakui.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

“Secara alamiah, manusia adalah makhluk politik.”

--Aristoteles

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bila saya memilih calon gubernur X dan kamu memilih Y, atau kita tidak memilih keduanya alias Golput, apakah karena saya dan kamu terpengaruh sepenuhnya oleh kampanye mereka, rumor dan hoax yang berlalu lalang di media, atau karena pada dasarnya saya dan kamu punya kecondongan politik tertentu yang dipengaruhi oleh faktor-faktor genetika yang kita warisi dari orang tua? Pertanyaan ini mengusik sebagian sarjana yang mendalami ilmu politik dan berminat pada isu-isu genetika.

Seperti halnya faktor-faktor genetika mulai dipertimbangkan dalam kajian ilmu sosiologi dan psikologi, sebagian sarjana juga mulai berminat untuk melihat pengaruh unsur genetika terhadap pilihan-pilihan politik. Rose McDermott, akademisi Brown University, dan Peter Hatemi, akademisi Pennsylvania State University, memelajari perbedaan antara kaum liberal dan konservatif dalam masyarakat AS: Apakah ada faktor genetik yang memengaruhi perbedaan ini?

Pilihan kedua kelompok masyarakat ini, tulis McDermott dan Hatemi (Trends in Genetics, September 2012), kelihatannya dipengaruhi oleh faktor genetik. “Bagaimana kita memandang politik,” kata McDermott, “bergantung pada bagaimana kita memandang dunia.” Di sini, pandangan dunia kita dipengaruhi oleh faktor genetik, walau bukan satu-satunya.

Genopolitik—istilah ini ditemukan oleh James Fowler, akademisi University of California at San Diego—merupakan kajian berbasis genetika mengenai perilaku dan sikap politik. Perkembangan ilmu pengetahuan ini didorong oleh semangat menemukan penjelasan lain setelah selama puluhan tahun, perilaku, nilai-nilai, dan kecondongan politik seseorang dipandang socially determined atau lebih dipengaruhi oleh lingkungan. Mereka ingin menemukan jawaban atas pertanyaan: Apakah genetika tidak menyumbangkan perannya dalam pilihan politik atau ideologi seseorang?

Kajian genopolitik agaknya berada dalam arus perkembangan konvergensi sains, yang muncul ketika para sarjana tidak puas menggunakan satu pendekatan ilmu pengetahuan. Mereka ingin memakai beberapa pendekatan dengan harapan memperoleh penjelasan yang lebih meyakinkan tentang fenomena tertentu. Maka, genetika pun memasuki kajian politik, psikologi, hingga ekonomi.

Pendekatan genetika, maupun fisiologi dan biologi evolusioner, untuk memahami politik memang masih baru dan belum sepenuhnya diterima. Namun, di tengah skeptisisme ilmiah terhadap riset tentang kaitan antara genetika dan politik, antusiasme terhadap studi ini sulit dibendung. Dalam istilah genopolitik terkandung pengakuan terhadap peran gen dalam membentuk kecenderungan perilaku seseorang, dan niscaya ranah politik bukan pengecualian. Begitu pandangan para pendukungnya.

Terdapat beberapa gen yang disebut-sebut oleh para peneliti, termasuk Fowler dan sejawatnya, yang sangat mungkin memengaruhi perilaku dan sikap politik seseorang. Sebagian gen itu adalah Dopamine Receptor DRD2 yang bertautan dengan kecenderungan seseorang berafiliasi pada partai politik tertentu, lalu Dopamine Receptor DRD4 yang dianggap bertautan dengan ideologi politik, serta 5HTT yang memengaruhi pilihan pemilih. Inilah beberapa gen yang menurut sebagian peneliti dianggap berada di balik pilihan politik seseorang: Mengapa saya memilih cagub X dan bukan cagub Y.

Kajian genopolitik memang masih di tahap awal dan masih memerlukan pengayaan riset untuk dapat diambil kesimpulan yang lebih dapat dipertanggungjawabkan. Yang jelas, minat mereka tampaknya tak terbendung oleh kritik. Di tengah keraguan ini, sumbangan genopolitik niscaya akan semakin penting untuk memahami kecenderungan politik suatu masyarakat, termasuk kita di sini. Misalnya saja, kita dapat bertanya: Apakah demokrasi liberal (yang nyata-nyata dipraktikkan selama ini, meskipun dicoba disanggah) merupakan sistem politik yang sesuai untuk masyarakat kita? ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu